2

4.3K 542 85
                                    

.


.

.

"Empat pul-puluh sembilan..."

"Bersikap yang benar jika tidak mau usahamu terbuang percuma."

Si legenda pengayun samurai terkenal pada klan dinasti Min. Pengawal yang mengabdikan baik jiwa raganya untuk Kerajaan turun-temurun.

Park Jimin.

Menukik lurus ke bawah, mengayunkan penggosok baju yang terbuat dari kayu ke betis Taehyung kencang.

"Hhaaarkh!"

Taehyung meredam semua jeritan sakit dengan menggigit karung goni sekuatnya.

Mengenaskan.

Sesi hukuman itu berakhir, yang disaksikan sejubel rakyat dan gadis desa secara berbondong.

Park Jimin membereskan peralatan, mengulurkan satu tangan. "Ikut aku."

Taehyung berdiri teramat lemas, mengangguk patah-patah.
"Baik, saya mengerti junim-eul."

Sekujur punggungnya berhias sabet cambuk. Kulitnya lecet mengelupas yang tentunya meneteskan cairan merah.

Taehyung disandera dengan rantai percis budak rendah, digiring memasuki lorong menuju ruangan utama Raja Min.

Jimin mewaspadai gerak-gerik Taehyung di belakang.

Bisa dibilang ini suatu kehormatan tersendiri bagi rakyat biasa seperti Taehyung untuk menginjakkan kaki di ubin Kerajaan.

Tidak ada sejarah rakyat biasa pernah berada di Kerajaan dalam kondisi aman. Jika tidak dibawa dalam wujud mayat kering, pasti pun telah dikremasi.

Hanya para petinggi dan tetuah pangkat besar yang diperbolehkan lalu lalang di area Kerajaan.

"Apa memang orang miskin seperti kami harus menerima perlakuan semena dari Kerajaan?"

Lirih Taehyung pertama kali dengan jalan sedikit timpang.

Prajurit Park berujar pekat, "Tutup mulutmu. Kau tidak berhak bersuara atas apapun. Inilah hukum negara yang bijak."

Ini lelucon?

Katakan.

Langkah bijak seperti apa yang telah Min Daejeong lakukan dalam reformasi negara selain mencekik mati para rakyat ?

Kekejaman dari pembantaian massal putra mahkota Raja Min Taejo sudah meluas.

Min Daejeong merupakan orang picik.

Taehyung menghadap belakang tiba-tiba, membuat dada mereka tidak sengaja bertabrak ringan.

Dugh

Jimin menghindar gesit, tidak suka disentuh. Wajahnya berang, mengulas kemarahan.

Netra basah berkaca-kaca, Taehyung bertanya. "Tuanku.. apa kamulah yang sudah memenggal nenekku?"

Jimin dibungkam, tidak menunjukkan respon baik.

Tanpa menyahut, Jimin mendahului jalan tergesa-gesa. Seakan menyudahi obrolan keduanya berlanjut.

Perjalanan keduanya sampai di depan pintu megah kediaman Min Daejeong.

Satu tangan kekar mendorong pintu agar terbuka,  Jimin pun menyentak kasar bahu Taehyung untuk lekas masuk.

"Ingat. Jika kau berbuat sesuatu yang meresahkan, aku tidak akan tinggal diam."

Mimik muka masam, minim ekspresi dan sinis berkelebat di wajah prajurit Park.

DAECHWITA | YOONTAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang