Hubunganku dengan Vincent pun semakin berjalan baik, kami sering chating-chatingan bahkan telponan sampai malam, aku juga sering sekali menyimpan foto-foto di instagramnya, sampai aku mengoleksi fotonya baik yang berpakaian casual maupun formal, foto-fotonya inilah yang setiap hari menemani fantasi dan masturbasiku, aku pun semakin sering mempercantik diri baik dengan cara spa, facial, tutorial makeup maupun minum pil hormon, dia pun seringkali datang mampir ke salon, sekedar mengapeliku ataupun membawa makanan untukku dan yang lain, kami juga seringkali sering pergi berdua, jalan-jalan, pergi nonton, makan dan lain sebagainya.
Kami benar-benar seperti sepasang kekasih, aku sungguh menikmati perlakuannya kepadaku seperti membukakan pintu untukku, membawakan tas dan belanjaanku, menawarkan kursi dan jaketnya untuk saat aku kedinginan dan caranya memandangku, seakan-akan aku satu-satunya wanita di dunia baginya. Semakin hari aku semakin meleleh akan perlakuannya kepadaku yang selayaknya tuan putri.
Suatu hari Vincent mengajakku untuk makan malam di sebuah restoran, aku pun mengiyakan ajakannya dan berdandan secantik mungkin, memilih pakaian dalam warna pink dan gaun merah tanpa lengan dan agak ketat sehingga menunjukkan lekukan tubuhku yang sudah sangat feminism dan high heels warna pink, Vincent pun tampak sangat rapi dengan pakaian formalnya yaitu kemeja putih dengan set jas, dari semua gaya fashionnya menurutku gaya formal seperti inilah yang paling menarik dan seksi.
Kamipun menjalani makan malam dengan tenang, berbicara mengenai keseharian kami dan masa yang akan datang, sesekali ia menyelingi pembicaraan dengan jokes-jokes receh namun semua itu membuatku tertawa, aku merasakan niatnya yang begitu ingin membuatku tertawa, aku begitu beruntung bisa menikmati hari-hariku dengannya. Setelah makan kami mengobrol kembali, sambil menikmati live music yang begitu lembut, kemudian berjalan-jalan menikmati suasana malam Jakarta hingga akhirnya Vincent mengajakku ke apartemennya.
Apartemennya cukup besar dan nyaman untuknya sendiri, disitu iya menawarkanku wine, dan kami menonton beberapa film di ruang tamunya, kami duduk berdua dan aku menyenderkan tubuhku kebahunya, seakan-akan Vincent sudah sepenuhnya suamiku sambil dia sesekali mengelus dan memainkan rambutku, aku merasakan perasaan yang begitu tenang, damai dan nyaman. Sampai akhirnya Vincent memanggilku.
"Char, kayaknya ada yang harus kubilang ke kamu."
"Ada apa itu cent? Bilang aja?" tanyaku bingung sambil mengangkat kepalaku untuk menatap matanya.
Dia pun juga memegang kedua tanganku dengan tangannya, aku kembali merasakan kehangatan yang sebelumnya aku alami.
"Dari awal pertama kali aku ketemu kamu, aku sudah merasa tertarik sama kamu, kecantikan kamu, sifatmu, caramu menatap mataku, itu belum pernah aku dapat dari siapapun selama hidupku. Dan saat aku ketemu kamu lagi, aku percaya itu bukan suatu kebetulan, seakan-akan aku merasa bahwa kamu memang ditakdirkan buat aku, semakn hari perasaan ini semakin bertambah, ga ada satupun hari lewat dimana aku ga mikirin kamu..."
Aku tercengang dengan perkataan Vincent, tak terasa air mataku mengalir.
"...jadi aku merencanakan semuanya untuk hari ini, hari dimana aku mau bilang; aku ga bisa hidup tanpa kamu, I love you Charista."
Aku tidak dapat lagi menahan air mata, aku menarik tanganku dari genggamannya dan terduduk menangis di sofa, mengabaikan Vincent yang terlihat bingung dan sedih.
"Kenapa Charista? Apa kamu ga suka juga sama aku?"
Aku menggelengkan kepalaku "Ngga cent, aku juga sayang kamu, kamu orang pertama yang benar- benar tulus menyayangi aku, bisa bikin aku nyaman dan membuat aku merasa seperti satu-satunya wanita di dunia ini. Makanya setelah dengerin perasaan kamu aku sadar...kamu gapantes dapet orang kayak aku..." kataku sambil terus menangis.
"Ga pantes? Maksudmu apa Char? Kamu tuh wanita terbaik yang pernah kutemui selama hidupku!" katanya sambil memegang kedua pundakku, aku menundukkan kepalaku dan tidak berani melihat matanya, aku menarik nafas pelan...
"Aku waria cent...aku terlahir cowok juga seperti kamu dengan nama Christopher, tubuh yang kamu lihat sekarang ini akibat terafi hormon dan perawatan yang aku lakuin, aku pun sebenernya masih punya alat kelamin cowok...jadi maaf banget cent, aku ngerti kalau kamu marah sama aku, aku sebenernya mau ngaku sama kamu dari dulu Cuma aku ga sanggup...aku bener-bener minta maaf...harusnya kita ga
pernah ketemu supaya aku ga sesayang ini sama kamu..."
Aku terduduk lemas di lantai dan kembali menangis, aku takut untuk melihat wajah Vincent, aku takut dia akan memarahiku, aku takut dia akan menolak dan memukulku sama seperti papa dulu. Namun tak kusangka...dia juga berlutut dan memelukku erat.
"Aku ga akan marah sama kamu, aku ga merasa tertipu sama kamu, aku pun ga peduli kamu terlahir cowok atau cewek, perasaan aku ke kamu ga akan berubah Cuma karena hal itu saja, aku mencintai kamu secara pribadi Charista..." bisiknya sambil mengelus pipiku, menghapus air mataku.
Aku terkejut mendengar perkataannya, aku membisu, merasakan pipiku memanas, dan memberanikan diriku untuk kembali melihat matanya, matanya yang penuh dengan kesungguhan.
"Dan kalo kamu masih ga percaya, sekarang aku bakal buktiin ke kamu."
Perlahan Vincent pun mulai mencium keningku, aku merasakan sentuhan bibirnya yang begitu lembut pada keningku, merasakan cintanya kepadaku, setelah beberapa kecupan, bibirnya turun ke pipiku, kemudian ke cuping telingaku, iya mencium, menghisapnya dan mulai menjilat di area dalam telingaku, aku mulai mendesah kegelian merasakan permainan lidahnya, yang kemudian turun ke leherku, ia memainkan leherku dengan jarinya, dielus-elus dan kemudian dicium dan dihisap dengan begitu ganas, seakan-akan Vincent ingin menandakan bahwa aku miliknya satu-satunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/229737145-288-k437462.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Waria
Storie d'amoreChris seorang pria muda berumur 22 tahun yang suka merawat diri agar terlihat lebih menarik termasuk dengan cara sering menata rambutnya. Saat 'Barber Shop' langganannya gulung tikar, Chris pun direkomendasikan ke sebuah salon, namun apa yang Chris...