→: akar :

852 132 12
                                    


Tubuh itu terpaku, terduduk di tepi ranjang. Tatapannya berlari ke arah lain, tidak lagi melihat ke arahnya. Kalimat terakhir yang diucapkan sanggup mengguncangkan jiwanya juga ketidakmampuan Jungkook untuk melanjutkan yang sudah terjadi.

Seluruh rasanya bergelut jadi satu. Eunbi mampu menyulut api yang berusaha ia padamkan. Namun, amarah sangat cepat tersulut sehingga ia tidak mampu menahan apa yang ia pendam selama ini. Melihat Eunbi terdiam lalu terduduk dengan tatapan kosong ternyata sanggup menghancurkannya juga. Hatinya luar biasa berdenyut nyeri, seolah ada yang mencabik-cabiknya.

Tubuhnya gemetar. Pun dengan bibirnya yang tak mampu mengeluarkan sepatah kata lagi. Ia berusaha menenangkan perasaan yang bergejolak. Eunbi marah bercampur kecewa saat Jungkook mengungkitnya pada keadaan yang tidak mendukung mereka.

Jungkook menghampiri Eunbi. Ia urungkan niat untuk meninggalkan Eunbi sendirian. Sebab Jungkook sudah memulai dan ia pun harus mengakhirinya segera mungkin. Ia sudah terlanjur lelah pada serangkaian kejadian yang menghantamnya. Jungkook memberi jarak antara mereka sementara punggung Eunbi masih membelakanginya.

"Jadi, Kakak sudah tahu?" Jungkook hanya bergumam. Lalu Eunbi pun melanjutkan, "Kenapa Kakak tidak memberitahu Eunbi saat itu juga?"

"Karena Kakak tidak bisa melakukan itu. Kakak menjaga perasaan Eunbi. Dan kakak berusaha menerimanya."

"Lalu menyakiti hati Kakak?" Eunbi pun berbalik, menghadap Jungkook. Air mata itu sudah tak sederas tadi. Hanya saja jejak-jejaknya terlihat jelas pada kedua pipinya. Tangis tanpa isakan, yang justru semakin pilu.

Karena jujur, ego Jungkook cukup terluka. Ia cukup terpukul dengan kenyataan yang diterimanya. Namun, ia tidak mungkin mengakhiri semuanya di saat ia baru memulai. Yang perlu dilakukannya hanya menerima lalu berpura-pura untuk tidak mengingatnya.

Jungkook memang terluka, tetapi waktu pasti akan menyembuhkan luka itu, meskipun tak bisa melupa. "Karena tidak semua yang kita inginkan bisa diterima orang lain." Karena Jungkook tidak ingin memperkeruh keadaan di usia pernikahannya yang baru sehari.

"Di masalah yang serumit ini?" Masih Eunbi tidak bisa percaya begitu saja. Jika berada di posisi Jungkook, mungkin Eunbi akan meledak dan menanyakan kejelasannya. Namun, Jungkook tetap lah Jungkook, sosok yang tenang dan dewasa. Memilih tetap menyimpannya sendiri, memilih terluka sendiri yang akhirnya luka itu merambat ke Eunbi juga.

Malam ini ia berhasil membuka topeng Jungkook. Eunbi tidak bisa melupa ketika Jungkook menatapnya dengan dingin, seolah mampu membekukan setiap kinerja anggota tubuhnya. Eunbi berhasil memancing amarah Jungkook.

Bukankah itu yang ia inginkan? Melihat Jungkook yang biasanya tenang menjadi berapi-api. Melihat Jungkook yang biasanya menatapnya hangat menjadi tatapan yang membekukan. Sungguh Jungkook lebih menyeramkan dari yang ia bayangkan. Dan itu mampu membuat bulu kuduknya meremang.

"Lalu Eunbi ingin Kakak berbuat apa?" tanyanya frustrasi. "Eunbi ingin Kakak marah? Eunbi ingin Kakak seperti Eunbi yang meledakan semua isi kepala?"

Eunbi terdiam. Kedua pasang mata itu saling mengadu. Saling mengutarakan rasa frustrasi, kecewa, dan marah. Dalam beberapa detik, sepasang manusia itu membeku melalui tatapan mereka.

Hingga Jungkook yang menyudahi, "Kakak hanya ingin kejujuran Eunbi. Kakak menunggu Eunbi jujur."

Eunbi tetap tidak memutus tatapan mata itu. "Dan Eunbi juga menunggu kejujuran Kakak."

"Kejujuran?" Jungkook kembali bingung.

"Kakak terpaksa menikahi Eunbi, kan?!" Nyaris Eunbi berteriak.

Kepala Jungkook berdenyut nyeri. Ia pun sempat memijat pelipisnya dan mengusap mukanya asal. Selain menguras tenaga, menghadapi Eunbi yang dalam mode meledak juga membuat kepalanya pening. "Bagaimana bisa Eunbi berpikiran seperti itu?"

Lalu Eunbi memberi tahu Jungkook tentang malam itu, malam di mana Eunbi mendengarkan aduan Jungkook pada sang ibu. Jungkook yang berpura-purad dan Jungkook yang terpaksa.

Jungkook pun tahu akar-akar masalahnya. Kenapa akhir-akhir ini Eunbi cenderung menghindarinya. Kenapa akhir-akhir ini Eunbi lebih banyak terdiam. Sebab Eunbi mendengar pembicaraannya pada sang ibu malam itu.

"Kakak minta maaf, Kakak kembali menyakiti Eunbi. Eunbi harus tahu satu hal. Hanya Eunbi yang bisa meramaikan dunia Kakak yang sepi. Dan Kakak tidak ingin menikah dengan perempuan mana pun selain dengan Eunbi. Sampai, ...."

Suara Jungkook tercekat di penghujung kalimat, "Sampai malam itu datang. Jujur Kakak butuh waktu untuk menerimanya."

"Maaf." Satu kata yang mampu Eunbi ucapkan lirih. Ia menunduk, tak berani menatap Jungkook. "Eunbi minta maaf sama Kakak karena tidak bisa menjaga diri Eunbi." Lalu suara isak tangis kembali terdengar.

Jungkook pun menggenggam tangan Eunbi. Mendengar kembali isakan Eunbi sungguh membuat hatinya berdenyut nyeri. "Bukan masalah Eunbi tidak bisa menjaga diri, Kakak hanya ingin Eunbi jujur dan bicara apa yang sudah terjadi dari awal."

Sebab di masa lampau, mereka pernah berjanji bersama untuk saling menjaga hati dan juga diri. Lalu belum genap sehari mereka resmi menjadi pasangan suami istri, Jungkook dihadapkan kenyataan yang tak pernah ia sangka. Jung Eunbi yang ia kira lugu, Jung Eunbi yang ia kira gadis polos, ternyata.... Bahkan Jungkook tidak bisa mewakilkannya dengan kata-kata.

Mungkin akan lain halnya, jika Eunbi dari awal jujur pada Jungkook. Menceritakan semua yang terjadi di masa lalu. Kisah apa yang dilakoni Eunbi tanpa ada Jungkook di sisinya. Saat jarak menjadi penghalang mereka, tentu Jungkook tidak bisa ada dua puluh empat jam untuk menemani Eunbi. Hanya saja, Jungkook tidak bisa memaksa Eunbi, meskipun ia dipenuhi rasa tanya.

"Maaf, Eunbi minta maaf." Tangisnya tak mau berhenti. Hatinya sungguh sakit melihat Jungkook begitu mudah menyurutkan amarahnya. Eunbi merasa tidak pantas untuk Jungkook. "Eunbi janji akan menjadi istri yang baik untuk Kakak."

Jungkook pun memeluk Eunbi. Membelai lembut surai pirang yang mulai tumbuh panjang. Lalu ia teringat kembali tentang awal mula pertikaian mereka terjadi. Jungkook mengurai pelukannya. Mata Eunbi masih basah dan sembab dan ia meminta pengampunan dalam hati karena telah melukai Eunbi begitu dalam. Namun, Jungkook pun terluka. Mereka sama-sama terluka.

"Satu hal yang harus Eunbi tahu, Kakak tidak pernah terpaksa untuk menikahi Eunbi. Eunbi adalah muara hati Kakak, tempat di mana Kakak pulang. Eunbi lebih dari pilihan hati Kakak, juga tujuan hidup Kakak. Jadi, mulai sekarang Eunbi singkirkan segala pikiran buruk tentang Kakak."

Eunbi mengangguk seraya menerbitkan senyum, meskipun ia masih terisak. "Eunbi akan lebih terbuka dan menjadi istri yang lebih baik lagi untuk Kakak. Dan Kakak harus menemani Eunbi."

Lalu mereka kembali saling merengkuh. Hingga yang terjadi akhirnya mereka saling memadu pada yang telah menjadi candu. Saling terlena dan bercumbu hingga yang terdengar hanya suara napas yang beradu.

[]


Tolong ya Eunbi jangan berharap banyak pada Jungkook :)

Btw, makasih yah buat kalian yang udah semangat di chapter sebelumnya. Maap banget nih baru bisa update. Deadline tugasku mencekik semua :" hiks tapi aku usahakan update biar cepat selesai.. ide-ide eunkook yg lain udah menumpuk soalnya :))

So, gimana chapter ini? Jangan harap part depan bakalan setenang ini wkwkwk

Target part ini lebih dari part sebelumnya. Kalian semangat, aku juga semangat.😉

[18 Juni 2020]

Evanescent [Jungkook-Eunha]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang