.
.
.
.
Tiba-tiba, Eunbi terbangun. Ia mendekap selimut tebal sebatas dada sambil duduk bersandar. Pandangannya berangsur secara sempurna. Tirai jendela masih tertutup, tapi tidak menghalangi sinar matahari masuk melalui celahnya. Semenit kemudian, ia menyadari ia sendiri dalam kamar ini.
Ketakutan mulai melanda. Bukankah kebanyakan pria akan memilih tinggal di tempat tidur seusai malam pertama? Sebab katanya, mereka tidak ingin melewati hari pertama setelah menyandang status suami-istri. Tapi, pagi ini Eunbi tidak melihat Jungkook ada di sampingnya.
Kepanikan merajalela. Rangkaian adegan semalam berotasi di kepala: raut bahagia seluruh tamu undangan dan juga keluarga yang datang, senyum lebar Jungkook dan dirinya, menikmati dinner romantis di taman belakang rumah. Yang paling penting, ritual malam pertama mereka.
Seingatnya, semua berjalan dengan baik semalam. Jungkook tidak menunjukkan gelagat yang aneh. Semula, alis pria itu menukik, matanya membola, dalam sekejap raut wajah pria itu berubah. Apa yang terasa dalam pikirannya, terbayang dalam gelembur dahinya. Namun, Eunbi tidak tahu perihal apa yang sedang dipikirkan Jungkook. Kemudian tidak ada hitungan menit, pria itu menarik dua sudut bibir, membentuk senyuman.
Tapi, Jungkook tidak berada di sini. Tidak ada ucapan romantis saat pertama kali matanya terbuka. Tidak ada kecupan manis untuk menyambut hari. Bukankah semalam Jungkook baik-baik saja? Semoga ini bukan pertanda buruk. Bergegas, Eunbi pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari sisa-sisa semalam.
"Pengantin baru bangunnya kesiangan," goda sang ibu.
Eunbi hanya menyembunyikan senyum. Baru saja memunculkan diri di taman belakang, tikaman ledekan itu sudah menyambut harinya. Hari ini akan dilaluinya dengan penuh ejekan sebagai pengantin baru. Mulanya tersipu malu, tapi ada sensasi lain yang Eunbi rasakan, seperti naik hysteria. Jantungnya tak kalah hebat berdetak cepat.
"Jungkook itu lelaki baik yang pernah Ayah kenal," kata pria yang memasuki usia empat puluh sambil mengoleskan selai pada roti. "Tapi, jangan sampai kau semena-mena dengan suamimu. Ingat, kau itu seorang istri. Dan surga istri ada pada suami."
Nasehat di hari pertama Eunbi menjadi istri. Eunbi mengangguk paham lalu duduk di sebelah sang adik. Kemudian mengoleskan selai cokelat pada roti. Petuah lebih baik daripada olokan malam pertama, pikirnya.
Tuan Jung berbicara tentang perbedaan paling jauh antara Eunbi dan Jungkook. Terutama soal karakter keduanya. Jungkook dididik menjadi pria yang mandiri. Jungkook juga dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial yang kental. Bisa dibilang berbanding terbalik dengan pola hidup zaman sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [Jungkook-Eunha]
Fanfic[On Going] Jung Eunbi, putri satu-satunya keluarga Jung. Cantik dan pintar menjadi nama tengahnya. Hidupnya merasa sempurna ketika tujuan terakhirnya tercapai, menikah dengan Jeon Jungkook. Namun, selalu ada kata 'tapi' di penghujung kata sempurna...