→: sepasang kemungkinan :

796 120 35
                                    



Eunbi sangat bersyukur sebab Nyonya Jeon perlahan mulai membaik. Beberapa kali Jihyo sempat datang untuk menjenguk sang mertua. Kali ini, Eunbi tidak akan berprasangka buruk apapun lagi.


Justru Jihyo sangat membantunya di sini. Jihyo membagi makanan apa saja yang seharusnya dikonsumsi dan mana yang tidak boleh. Sebenarnya Eunbi bisa saja mencari di internet atau bertanya pada Ibu makanan yang masih bisa Ibu makan dan tidak.


Eunbi benar-benar memenuhi ucapannya untuk mengundurkan diri. Dan sudah hampir seminggu lebih ia menjadi pengangguran. Tidak, ia beralih menjadi ibu rumah tangga sekaligus menjadi pawang Nyonya Jeon dua puluh empat jam. Hal yang tak pernah Eunbi bayangkan sebelumnya. Bahkan tidak terdaftar dalam rencana masa depan. Namun, sekarang ia malah melakukannya.


Ah, hidup itu penuh kejutan.


“Ibu kenapa memasuki kawasan yang dilarang?”


Eunbi menghadang Nyonya Jeon yang memasuki area dapur. Kedua tangan Eunbi membentuk silangan di depan dada. Sudah berulang kali, Eunbi melarang Nyonya Jeon untuk masuk ke area dapur. Namun, semakin keras Eunbi melarang, Nyonya Jeon tidak akan mempan. Keduanya sama-sama menjadi pribadi yang keras kepala.

“Ibu mau masak. Ibu tidak tahan di kamar terus.”


“Ibu boleh ke mana saja. Asalkan jangan ke dapur. Ibu bisa jalan-jalan pagi.”


Nyonya Jeon mencubit hidung sang menantu saking gemasnya. Ia sudah lama berada di kamar dan tidak mengerjakan apapun. Eunbi melarang untuknya menyentuh barang-barang di rumah ini. Haram hukumnya ia mengerjakan pekerjaan rumah. Apalagi memasak.


“Sudah, Ibu ingin membantu Eunbi. Ibu akan kasih tahu Eunbi makanan kesukaan Jungkook yang lain.”


Eunbi berubah antusias. Secepat itu memang perubahan Eunbi. Sekarang Nyonya Jeon sudah menemukan titik kelemahan Eunbi, yaitu anaknya, Jeon Jungkook.


Nyonya Jeon melewati Eunbi dengan mudah. Ia mulai membuka kulkas dan melihat stok bahan makanan yang ada.


“Kalau Ibu ada keluhan, pusing atau apapun itu, bilang Eunbi ya.”


Kali ini Nyonya Jeon menatap Eunbi dengan kesal. “Bahkan Ibu sudah bisa dance seperti ini. Seperti yang biasanya Eunbi lakukan.”


Lalu tubuh tua itu mulai bergerak tak karuan sehingga menciptakan gema tawa Eunbi. Untuk membunuh kejenuhan, Eunbi memutar musik saat memasak dan tak jarang tubuhnya ikut mengalun seiring musik diputar. Hal itu tak luput dari Nyonya Jeon dan Jungkook. Terkadang Nyonya Jeon harus menegur Eunbi karena memutarnya dengan volume keras. Belum lagi, selera musik mereka berbeda. Jelas menimbulkan perdebatan juga keduanya. Dan berujung Jungkook yang menengahi.


“Tubuh Eunbi tidak sekaku ibu.”


“Ya, terserah lah. Lagi pula tulang-tulang Ibu tidak cukup kuat untuk bisa sepertimu.”


“Itu artinya Ibu harus sering beristirahat dan biarkan Eunbi yang memasak.” Eunbi membalik tubuh sang mertua lalu mendorongnya keluar dari area dapur. “Tulang kaki ibu tidak cukup kuat untuk berdiri lama. Jadi, Ibu cukup instruksikan saja dan duduk manis.”


“Justru Ibu tidak tenang membiarkan dapur ini dipegang lama-lama olehmu.”


Eunbi bersedekap dengan wajah yang merengut. Eunbi benar-benar gemas dengan ibu mertuanya ini. “Ibu ini nakal!”


“Lebih baik bantu ibu saja.”


Lalu Nyonya Jeon kembali menuju ke dapur. Tanpa memedulikan Eunbi yang akan kembali mengomel. Baginya, omelan Eunbi sudah biasa. Selama masa pemulihan, Nyonya Jeon sudah terbiasa mendengar omelan—cerewet—dari Eunbi.


Terlintas sebuah ide untuk menghentikan sang mertua. Eunbi akan memutar musik dengan volume keras. Menekan tombol power pada ponsel, Eunbi melihat tanggal. Ia terkejut baru menyadari, hari ini adalah hari ulang tahun sang suami.


Ia melirik Nyonya Jeon yang masih bergelut dengan mencuci sayur mayur. Ah, Eunbi ingin menciptakan sebuah kejutan kecil.


Mengubah rencananya, Eunbi ingin bergegas menyelesaikan acara masaknya dan segera pergi untuk membeli perlengkapan untuk kejutan Jungkook.



*****



Eunbi sudah menghubungi Jungkook dan bertanya pukul berapa ia pulang hari ini. Ia juga sudah beralasan pada sang mertua pergi ke rumah sahabatnya. Eunbi tidak sepenuhnya berbohong. Ia meminta Chaeyeon untuk menemaninya alih-alih pergi sendiri.


Hampir setengah hari ia berada di mall. Mengunjungi satu toko ke toko lain, Eunbi bingung memilih kado untuk Jungkook. Bahkan ia meminta saran Chaeyeon kado yang tepat untuk sang suami.


“Kalau sepatu? Bagaimana?” usul Chaeyeon.


Eunbi menimbang. Lalu ia menuju ke toko sepatu. Dari satu toko ke toko lain. Dan Eunbi tak kunjung menemukan. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum berburu kembali.


Setelah itu, Eunbi kembali mencari kado untuk Jungkook. Kali ini ia pergi ke toko yang menjual dasi. Akhirnya, Eunbi membeli beberapa dasi sebagai hadiah.


Eunbi sampai di rumah menjelang malam. Sesuai dengan perkiraannnya, Jungkook sudah sampai di rumah terlebih dahulu. Tepat, seperti yang Eunbi inginkan. Eunbi membawakan kue ulang tahun, sementara hadiah untuk Jungkook ia letakkan di tasnya.


Di depan pintu, Eunbi mendengar kebisingan dari dalam rumah. Sayup-sayup kebisingan itu berubah menjadi nyanyian diriingi dengan tepuk tangan.


Apa Jungkook sedang merayakan ulang tahun? Tanpa dirinya? Tapi, mana mungkin ibu menyiapkan pesta kecil sendirian? Apa mungkin Jihyo membantu ibu?


Eunbi tidak ingin menduga dan menimbulkan prasangka sendiri. Ia membuka pintu dan melangkah masuk. Kedua tangannya sudah siap dengan kue ulang tahun beserta lilin angka umur Jungkook yang mulai menginjak usia tiga puluh.


Semua praduga Eunbi menjadi benar ketika sepasang matanya menangkap kerumunan orang yang mengelilingi Jungkook. Pria itu sedang meniup lilin lalu gemuruh tepuk tangan memeriahkannya.


Jungkook dikelilingi oleh beberapa kerabat dekatnya. Eunbi hapal betul meskipun jarang bertemu. Juga tak lupa dengan kakak ipar beserta keluarga kecilnya turut hadir di sini. Terakhir, ada Jihyo disamping Nyonya Jeon.  Mereka saling menularkan tawa. Mereka merayakan tanpa Eunbi. Tanpa dirinya.



Eunbi tersenyum sedih. Eunbi kira mereka sudah berbaur dengan Eunbi. Nyatanya, Eunbi masih menjadi orang lain antara mereka. Eunbi adalah orang asing yang berusaha hadir dalam kehidupan mereka. Haruskah Eunbi berjuang lagi? Setelah semua mimpinya ia pertaruhkan untuk keluarga ini dan berharap menghargai sedikit saja pengorbanan Eunbi?


Tunggu, Eunbi tidak boleh cemburu seperti ini. Ia tidak boleh bertindak seperti sebelum-sebelumnya. Ia tidak ingin menimbulkan keributan yang memancing kesalahpahaman lagi.


Tak ada yang menyadari kehadiran Eunbi sehingga Eunbi lebih dulu yang berjalan ke arah mereka. Eunbi berusaha menahan tangis yang sedari tadi menuntut keluar.


“Kak Jungkook, selamat ulang tahun.” Suara Eunbi mengalihkan perhatian mereka. Eunbi meletakkan kuenya di meja. “Maaf Eunbi telat datang.”


“Kakak sudah menghubungi Eunbi berulang kali, tapi telepon Eunbi tidak aktif.”


Benar, Eunbi sengaja mematikan ponselnya agar Jungkook tak bisa menghubunginya. Agar Jungkook mengkhawatirkan Eunbi dan Eunbi datang dengan sebuah kejutan kecil untuk Jungkook. Itu skenarionya. Nyatanya, tak ada kejutan kecil darinya. Justru Eunbi yang terkejut di sini.


“Maaf, Eunbi tidak tahu ponsel Eunbi mati.”


Jungkook tersenyum maklum. Lalu ia menggandeng Eunbi untuk berada di sisinya.


“Semua ini ibu yang siapkan. Kata ibu, Eunbi yang memasak ini?” Jungkook menunjuk ke arah hidangan yang Eunbi dan juga Nyonya Jeon masak tadi pagi.


“Itu Ibu, bukan Eunbi. Eunbi hanya membantu Ibu.”


“Tapi, rasanya bukan seperti ibu yang membuat. Kakak suka masakan Eunbi.”


Eunbi tersipu malu. Karena memang bukan Nyonya Jeon yang sepenuhnya memasak. Nyonya Jeon hanya menginteruksikan dan menyicipi hasil akhirnya.


Lalu pesta kecil itu kembali berjalan. Eunbi juga menunjukkan hadiah untuk Jungkook. Dan Jungkook sudah pasti senang.  Mereka menikmati masakan yang sudah tersaji. Nyonya Jeon bercerita kalau semua ini dibantu oleh Jihyo dan istri Wonwoo, Jennie. Meskipun Eunbi kecewa, Eunbi tidak sepenuhnya menyalahkan Nyonya Jeon apalagi Jihyo.

Semua ini diluar kendalinya. Tak ada rencana untuk mengadakan pesta kecil mulanya. Hanya saja Wonwoo—yang kedatangannya untuk menjenguk sang ibu—terlintas ingat hari ulang tahun Jungkook. Lalu Jennie memberi usul untuk mengadakan pesta kecil dan Nyonya Jeon meminta bantuan Jungkook.


Itu lah yang didengar Eunbi dari Jungkook. Pesta sudah selesai dan mereka sudah membersihkan tubuh masing-masing. Wonwoo memutuskan untuk menginap dan pulang esok hari.

Setelah berganti baju, Eunbi tidak melihat keberadaan Jungkook dalam kamar. Ia keluar mencari Jungkook. Pintu kamar sang ibu tidak tertutup sempurna. Eunbi berdiri di depan pintu.

Melalui celah pintu, Eunbi bisa melihat Jungkook sedang bersimpuh dengan sang ibu. Jungkook mencium sepasang tangan renta itu dengan takzim.


Satu hal yang Eunbi sukai dari Jungkook. Pria itu begitu menaruh hormat pada sang ibu. Hati Eunbi selalu tersentuh jika Jungkook berperilaku seperti itu.


“Jungkook, apa kau bahagia sekarang?”


Mulanya, Eunbi ingin meninggalkan ibu dan anak itu. Namun, pertanyaan dari sang ibu turut membangunkan rasa penasarannya.


“Kenapa ibu berbicara seperti itu?” tanya Jungkook sembari mendongakan kepala, untuk melihat raut tua renta sang ibu.


“Kau menikah dengqn seseorang yang tidak kau kehendaki, yang tidak kau cintai.”


“Ibu, Jungkook mencintai Eunbi,” sanggah Jungkook cepat.


“Apakah ada cinta karena terpaksa? Cinta yang kau katakan itu karena kau menaruh hormat pada keluarga Jung. Cintamu bukan cinta dari hati, Jung. Cintamu ada karena terpaksa dan harus ada. Cintamu ada karena Tuan Jung. Dan cinta yang seperti itu tidak akan bisa membuatmu bahagia.”


Semua yang dikatakan sang ibu memang benar. Jungkook sangat menaruh hormat pada Tuan Jung, ayah Eunbi. Melalui tangan Tuan Jung, Jungkook bisa membangun kembali perusahaan mendiang ayahnya yang sempat bangkrut. Melalui tangan Tuan Jung pula, Wonwoo berhasil menjayakan kembali perusahaan sang ayah, sementara Jungkook membuka usaha sendiri yang tak lepas dari bimbingan sang ayah mertua.


Ada banyak utang budi yang harus Jungkook balas. Dan Jungkook tidak tahu harus seperti apa membalas satu per satu utang budi itu. Lalu Tuan Jung menawarkan Eunbi dan memberi sebuah titah untuk menjaganya selama Jungkook masih hidup. Jungkook tidak bisa mengelak apalagi menolak perintah dari Tuan Jung. Jungkook hanya bisa mengikuti segala alur yang Tuan Jung ciptakan, termasuk pilihan hati Jungkook.

Jungkook tidak bisa memilih dan tidak mempunyai pilihan lain, selain menuruti keinginan Tuan Jung.



“Bu, bagaimana mungkin aku bisa melupakan jasa-jasa Tuan Jung pada hidup kita? Aku tidak bisa melupakannya, Bu. Hanya dengan menikahi Eunbi, aku bisa membalas budi Tuan Jung.”



Jadi, benar. Jungkook menikahi Eunbi karena terpaksa, bukan karena pria itu tulus mencintainya. Jadi, di sini hanya Eunbi yang mencintai Jungkook. Sedari dulu, semenjak dulu, Jungkook tidak mencintainya.

Ya Tuhan, kenyataan apalagi sekarang. Matanya mulai tergenang. Kenyataan itu memukul hati Eunbi dengan keras. Dan sekarang Eunbi mempunyai pemikiran yang sama dengan sang mertua. Apa Jungkook bahagia hidup bersama Eunbi?

Isak tangis itu tidak hanya milik Eunbi. Namun, air mata itu pun turut membanjiri pipi renta sang mertua. Nyonya Jeon tidak bisa menahan Isak tangisnya. Melihat kehidupan sang putra seperti sekarang sungguh melukai hatinya. Dan Nyonya Jeon tidak punya kuasa apapun untuk membantu sang putra.


“Jungkook, ibu tidak akan tega melihat hidupmu menderita seperti ini, Nak. Ibu ingin kau bahagia juga. Kau berhak untuk bahagia. Kau berhak menentukan pilihan hidupmu sendiri.”


Jungkook menghapus air mata. Sungguh ia terluka melihat sang ibu menangis karenanya. “Jungkook pasti bahagia, Bu. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan Jungkook sekarang.”


“Bagaimana bisa hidupmu akan tenang jika masih berhubungan dengan keluarga Jung?! Kau akan terus menjadi robot untuk Tuan Jung. Dan selama itu, kau tidak akan bisa bahagia. Kenapa jalan hidupmu seperti ini? Kenapa kau harus mempertaruhkan hidupmu sendiri? Kenapa kau harus mempertaruhkan kebahagiaanmu? Ibu tidak rela, Nak.”


Eunbi tak bisa lagi mendengar pembicaraan mereka. Seperti ada ribuan anak panah yang menikam dadanya. Eunbi membekap mulutnya untuk meredakan isakan tangis. Lalu ia berlalu menuju ke kamar. Sungguh Eunbi tidak sanggup lagi untuk mendengarkan kenyataan lebih pahit.


“Bu, tolong berhenti untuk berpikir seperti itu. Jungkook bahagia sekarang. Jungkook mencintai Eunbi dengan tulus.”


Sayangnya, Eunbi tidak mendengar pengakuan tulus Jungkook.



[]


Maap, ternyata masih beberapa part lagi untuk ketemu tamu agung wkwkwk.

Jadi, gimana untuk part ini?

[30 Mei 2020]










Evanescent [Jungkook-Eunha]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang