"Pasangan kencanmu siapa, sih?" tanya Jeno penasaran.
.
.
.
"Jennie, anak baru itu lho. Dia memang sedikit galak, tapi sangat cantik dan agak eksotik. Aku terlalu kaget sampai cuma bisa bilang iya waktu dia mengajakku pergi dengannya. Kupikir dia, mm, siapa tahu saja dia... orangnya asyik...," Jaemin menutup kata-katanya dengan suara lemah.
Apa sebenarnya yang dia pikirkan ketika Jennie hampir seperti memerintahkannya untuk membawa gadis itu ke prom night sama sekali tidak pada tempatnya untuk diucapkan keras-keras, terutama pada Jeno. Di sekitar Jeno banyak sekali hal yang tidak pada tempatnya.
Dengan Jennie justru kebalikannya. Ketika Jaemin memandangi gaun kulit merahnya yang membuat pikiran melayang, kepalanya dipenuhi pemikiran yang entah bagaimana secuil pun terasa tidak pada tempatnya ketika mata Jennie yang gelap pekat terfokus menatapnya.
"Kurasa aku belum pernah bertemu dia," komentar Jeno menyela fantasi singkat Jaemin.
"Kau pasti ingat kalau melihatnya." Walau Jennie cukup cepat melupakan Jaemin begitu mereka melewati pintu. "Eh, menurutmu mungkin tidak Rosé datang sendiri? Aku tidak mendengar kabar ada yang mengajaknya..."
"Mm, dia datang bareng Jaehyun." Sahut Jeno pelan.
"Oh," cetus Jaemin dengan kepala tertunduk. Setelah itu dia setengah tersenyum. "Malam ini sudah cukup payah tanpa harus mengalami siksaan—bukankah seharusnya ada band? DJ ini..."
"Aku tahu. Rasanya seperti kita sedang dihukum atas dosa-dosa kita," kata Jeno sambil tertawa.
"Dosa? Kayak kamu punya dosa saja, Galahad yang Suci."
"Kamu bercanda? Skorsingku hampir saja tidak dicabut tepat waktu supaya aku dibolehkan kemari malam ini." Tentu saja waktu itu Jeno berharap pemilihan waktunya tidak terlalu membantu dirinya, "Tidak dikeluarkan dari sekolah saja aku sudah beruntung."
"Mr. Eunhyuk pantas mendapat hukuman. Semua anak juga tahu."
"Memang," sambut Jeno. Nada suaranya mendadak tajam.
Semua orang di sekolah bersikap sangat hati-hati menghadapi Mr. Eunhyuk, tapi tidak banyak yang bisa mereka lakukan sampai guru Matematika itu melanggar batasan yang tidak seharusnya dia langgar. Semua murid kelas atas juga tahu kejelekan Mr. Eunhyuk, namun Jeno tidak bisa cuma berdiri sementara guru itu menguntit murid tahun pertama yang tidak tahu apa-apa...
Meski begitu, menghajar seorang guru sampai pingsan tetap saja sedikit ekstrem. Bukankah masih ada cara yang mungkin lebih tepat untuk menghadapi masalah itu? Tetapi, orangtua Jeno tetap mendukung, seperti biasa.
Jaemin menyela pikiran Jeno. "Mungkin sebaiknya kita pergi saja," kata Jaemin.
"Aku akan merasa sangat tidak enak—kalau Irene mau pulang..."
"Cewek itu bukan tipemu, Jen." Dia iblis sejati dan perempuan jalang sejalang-jalangnya, Jaemin sudah ingin menambahkan, hanya saja itu bukan kata-kata yang ingin kauucapkan tentang gadis mana pun kalau Jeno berdiri dalam jarak yang bisa mendengarmu. "Biarkan saja dia pulang bersama cowok yang menjolokkan lidah ke lehernya."
Jeno mengembuskan napas sambil menggeleng. "Akan kutunggu untuk memastikan Irene baik-baik saja."
Jaemin mengerang. "Aku nggak habis pikir kenapa kamu mengajak dia. Baiklah, paling tidak bisakah kita menyingkir dulu dari sini untuk mengambil beberapa CD lagu yang layak didengar telinga, setelah itu membajak tumpukan CD sampah yang diputar DJ itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hell Comes To You [Jeno x Jennie]
Fanfiction[REMAKE FROM STORY BY STEPHENIE MEYER DENGAN BEBERAPA PENYESUAIAN DAN PERUBAHAN KARAKTER TOKOH, BAHASA, DAN BEBERAPA TAMBAHAN JALAN CERITA] NCT x BLACKPINK [SCHOOL LIFE - PROM NIGHT] Mata gelapnya yang berbentuk buah badam terlihat tenang dan berhat...