Rosewood High School Prom Night
Pandangan Jeno menyebrangi lantai dansa dan dahinya berkerut. Dia masih belum yakin kenapa mengajak Irene ke acara prom night, dan alasan Irene menyatakan bersedia juga masih menjadi misteri. Bahkan sekarang terkesan semakin misterius karena dia melihat Irene memeluk leher Nakamoto Yuta begitu kuat sampai dia berpikir cowok itu mungkin saja kesulitan bernapas.
Tubuh kedua orang ini melekat rapat bagai unsur yang tak terpisahkan saat meliuk-liuk mengikuti irama, tanpa menghiraukan ritme lagu yang mengentak-entak di seluruh penjuru ruang dansa. Kedua tangan Yuta menjelajahi gaun hitam yang membalut tubuh Irene dengan gerakan intim.
"Apes ya, Jen."
Jeno mengalihkan pandangan dari adegan yang sedang dipertontonkan pasangan kencannya ke temannya yang sedang berjalan mendatanginya.
"Hey, Ji. malammu menyenangkan?"
"Lebih menyenangkan dibanding malammu, Buddy, lebih menyenangkan," sahut Jisung sambil menyeringai. Dia mengangkat gelas berisi punch berwarna hijau empedu seakan mengajak bersulang. Jeno menyentuhkan botol airnya ke gelas Jisung sambil mengembuskan napas.
"Aku nggak tahu Irene ada hati pada Yuta. Cowok itu mantan pacar Irene atau apa, ya?" tanya Jeno penasaran.
Jisung menelan seteguk minumannya yang tampak berbahaya, mencebik, lalu menggeleng. "Setahuku tidak. Aku tidak pernah melihat mereka berbicara sebelum malam ini."
Mereka berdua memandangi Irene yang sepertinya kehilangan sesuatu yang dia butuhkan jauh di dalam mulut Yuta.
"Cih," cetus Jeno.
"Mungkin gara-gara punch-nya," kata Jisung dengan nada seolah ingin membesarkan hati temannya. "Aku nggak tahu berapa orang yang mencampurnya dengan alkohol, tapi ah, Irene saja mungkin tidak sadar yang dipeluknya itu bukan kamu."
Jisung kembali minum seteguk dan lagi-lagi mencebik.
"Kenapa kamu minum itu?" tanya Jeno heran.
Jisung mengedikkan bahu. "Entah. Siapa tahu musiknya akan terdengar sedikit lebih gembira setelah aku memaksakan diri menghabiskan satu gelas."
Jeno mengangguk. "Telingaku pasti nggak akan memaafkanku. Seharusnya kubawa AirPods-ku."
"Aku penasaran di mana Yeri. Memangnya ada undang-undang khusus cewek yang menuntut agar mereka menghabiskan sekian persen waktu bersama-sama di kamar mandi?" Jisung menggelengkan kepalanya.
"Ya. Cewek yang tidak memenuhi kuota waktu akan dapat hukuman." canda Jeno.
Jisung tertawa satu kali, tapi kemudian senyumnya lenyap. Beberapa saat dia hanya memainkan dasi kupu-kupunya. "Tentang Yeri," katanya memulai.
"Kamu nggak perlu bilang apa-apa," kata Jeno menenangkan temannya. "Yeri cewek yang mengagumkan, dan kalian sempurna untuk satu sama lain. Buta namanya kalau aku nggak bisa melihat kenyataan itu."
"Kamu beneran nggak keberatan?"
"Aku yang menyuruhmu mengajak dia ke prom night, kan?"
"Betul. Lagi-lagi Sir Galahad ini mencomblangi orang lain. Serius deh, pernah nggak kamu memikirkan dirimu sendiri?"
"Tentu, malah setiap saat. Dan, eh, bicara soal Yeri... malam ini dia harus benar-benar senang, kalau nggak kupatahkan hidungmu." Jeno menyeringai lebar sekali. "Aku dan Yeri masih berteman baik —jadi jangan kamu kira aku nggak akan menelepon dia untuk menanyakannya."
Jisung memutar matanya, tapi tiba-tiba saja dia merasa sedikit sulit menghirup napas. Kalau seorang Lee Jeno ingin mematahkan hidungnya, dia pasti tidak akan mendapat banyak kesulitan—Jeno tidak keberatan buku-buku jarinya lebam, atau rekor permanennya jadi bercela, jika itu berarti untuk meluruskan keadaan yang terlihat salah di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hell Comes To You [Jeno x Jennie]
Fanfiction[REMAKE FROM STORY BY STEPHENIE MEYER DENGAN BEBERAPA PENYESUAIAN DAN PERUBAHAN KARAKTER TOKOH, BAHASA, DAN BEBERAPA TAMBAHAN JALAN CERITA] NCT x BLACKPINK [SCHOOL LIFE - PROM NIGHT] Mata gelapnya yang berbentuk buah badam terlihat tenang dan berhat...