Chapter 9 - Aku Menemukanmu

475 42 2
                                    

Pada detik yang teramat penting itu perhatian Jennie terganggu oleh kesadaran bahwa seseorang sedang menatap wajahnya lekat-lekat.

.

.

.

Di sini, di ruang dansa ini, desakan mengisap yang sama lagi menariknya—seseorang sedang tenggelam dan menjerit-jerit minta tolong. Pasti gadis itu. Seumur hidupnya Jeno belum pernah merasakan desakan sebesar ini.

Matanya menyisir pasangan demi pasangan di lantai dansa, tapi dia tidak melihat gadis itu. Dia mondar-mandir di pinggir lantai dansa sambil mengamati wajah orang-orang di garis samping. Gadis itu juga tidak ada.

Jeno melihat Irene bersama cowok lain lagi, tapi matanya tidak berhenti. Kalau Irene tidak segera minta diantar pulang, tidak banyak yang bisa dilakukan Jeno. Ada orang yang lebih membutuhkannya.

Perasaan membutuhkan itu kembali menariknya, menyentaknya kuat-kuat, dan sesaat Jeno bertanya-tanya sendiri apakah dia sudah sinting. Jangan-jangan dia cuma mengkhayalkan gadis bergaun merah menyala itu. Mungkin sensai desakan yang membabi-buta ini hanyalah awal sebuah delusi.

Saat itulah mata Jeno menemukan apa yang dicarinya.

Ketika Jeno menggeser tatapannya dari sosok Yuta di pinggir ruang dansa, matanya terkunci pada satu kerlip cahaya merah yang mungil namun sangat terang. Gadis bergaun merah itu ada di sana—separuh tersembunyi di balik pohon bohongan. Kalungnya kembali berpendar seperti bunga api. Mata gelap itu, yang sepekat danau yang dibayangkan Jeno sedang menenggelamkan gadis itu, bersirobok dengan matanya. Perasaan membutuhkan yang begitu jelas merebak bagai aura yang mengelilingi gadis itu. Jeno bahkan tidak perlu berpikir untuk melangkah ke arah gadis itu. Kalau sudah menginginkan sesuatu, dia sendiri pun tidak akan sanggup menghentikannya.

Jeno yakin dia tidak pernah melihat gadis itu sebelum malam ini. Gadis itu benar-benar orang asing.

Mata gelapnya yang berbentuk buah badam terlihat tenang dan berhati-hati, tapi di saat bersamaan juga terkesan berteriak pada Jeno. Mata itulah fokus dari perasaan membutuhkan yang dirasakan Jeno. Dia tidak bisa lagi menolak permohonan sepasang mata itu, sama seperti dia tidak sanggup untuk menyuruh jantungnya berhenti berdegup.

Gadis itu membutuhkannya.

Jennie menatap tak percaya ketika Lee Jeno berjalan lurus ke arahnya. Dia melihat wajahnya sendiri di dalam kepala cowok itu dan langsung menyadari bahwa orang yang dicari-cari Jeno ternyata adalah... Jennie.

Jennie membiarkan pengalihan singkat itu—dia tahu Lucas sudah dalam genggamannya dan perpanjang waktu beberapa menit lagi tetap tidak akan menyelamatkan cowok itu—dan bergirang dalam hati menikmati ironi yang indah. Jadi, Jeno minta dihancurkan secara pribadi oleh Jennie sendiri, ya? Baiklah, dia akan membantu. Mengetahui bahwa Jeno sendiri yang memilih cara ini akan membuat kesengsaraan cowok itu terasa lebih manis.

Jennie meluruskan tubuhnya yang terbalut gaun berbahan kulit anjing neraka, membiarkan pakaian itu membelai sosoknya dengan kesan mengundang. Dia tahu apa yang akan dirasakan setiap laki-laki dari kaum manusia jika mengamati gaun ini.

Tetapi, cowok menyebalkan itu malah memfokuskan perhatian ke matanya.

Menatap langsung ke mata iblis wanita adalah tindakan berbahaya. Bangsa manusia yang tidak cepat-cepat berpaling bisa terjebak di dalam mata sang iblis. Mereka akan terjerat, takluk selamanya, dan terbakar demi sang iblis...

Jennie menggit bibir menahan senyum dan membalas tatapan Jeno, menatap lekat-lekat matanya yang seindah langit malam.

Dasar manusia goblok.

Hell Comes To You [Jeno x Jennie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang