Yuqi menggigil lagi.
.
.
.
"Kamu kedinginan? Mau pakai—" Lucas separuh menurunkan jas tuksedonya dari bahu lalu mendadak berhenti. Wajahnya tersipu. "Mana mungkin kamu kedinginan. Disini kan panas sekali," ucapnya lemah, lalu menarik kembali tawarannya dengan mengancingkan lagi jasnya.
"Aku nggak apa-apa, kok," kata Yuqi meyakinkan Lucas. Dia memaksa diri untuk hanya memandang wajah datar Lucas.
"Tempat ini agak memuakkan," kata Lucas. Yuqi mengangguk senang karena sependapat dengan cowok itu. "Kita bisa ke country club milik ayahku. Kalau kamu berminat menikmati dessert, di sana ada restoran yang enak sekali. Kita nggak perlu menunggu untuk dapat meja. Begitu kusebutkan namaku..."
Perhatian Yuqi kembali mengembara.
Kenapa aku di sini bersama cowok sombong tukang pamer ini? Tanya pikiran yang sangat asing di dalam kepala Yuqi, meski terdengar diucapkan oleh suaranya sendiri. Dia cowok lemah meskipun badannnya besar. Lantas kenapa kalau dia tidak tega menyakiti anak kucing? Bukankan ada lebih banyak yang bisa dicintai dari dirinya daripada sekedar merasa aman? Jauh di lubuk hatiku aku tidak merasakan kebutuhan yang sama saat aku memandang Lucas—ketika aku melihat orang lain di samping Jungwoo... aku tidak sanggup membohongi diri sendiri. Aku masih menginginkan Jungwoo. Sangat menginginkannya. Bukankan hasrat itu yang dinamakan cinta?
Pikirannya yang sudah kacau sejak awal tiba di tempat ini makin tidak karuan akibat tatapan Jungwoo yang tajam namun penuh harap. Yuqi berharap dia tidak terlalu banyak menenggak punch mengerikan yang rasanya membakar itu. Sekarang dia jadi mustahil berpikir jernih.
Yuqi memandangi Jungwoo yang mencampakkan pasangan dansanya lalu menyeberangi lantai dansa sampai berdiri tepat di depannya—membuat Lucas seolah tidak berada di antara mereka.
"Yuqi," panggil Jungwoo dengan suara yang membuat perasaanya meleleh. Romannya dihiasi kerut sedih. "Yuqi, bolehkah?" Jungwoo mengulurkan tangannya ke arah Yuqi, tidak menghiraukan Lucas yang terbata-bata tanpa kata.
Jawaban ya ya ya ya ya mengalun di kepala Yuqi.
Seribu kenangan hasrat membuat perasaan Yuqi terguncang. Benaknya yang berkabut bagaikan terkunci.
Ragu-ragu, Yuqi pun mengangguk.
Jungwoo tersenyum lega, bahagia. Dia menarik Yuqi menjauhi Lucas dan memeluknya.
Betapa mudahnya menuruti kemauan Jungwoo. Darah di pembuluh Yuqi mengalir laksana api.
"Yes!" desis gadis kegelapan yang masih bersembunyi di bilik kamar mandi. Lidah api merah bercabang menerangi wajahnya. Bunyi letusan api itu sebenarnya cukup kuat dan mungkin saja kedengaran seandainya kamar mandi tidak terus dipenuhi suara-suara melengking tinggi bernada marah.
Api berangsur padam. Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Sesaat kelopak matanya bergerak-gerak, lalu kembali terpejam. Kepalan tinjunya mengencang sampai kulit sewarna gadingnya tampak bagaikan hendak robek oleh sudut-sudut bukku jarinya yang runcing. Sosoknya yang ramping juga mulai gemetar seolah dia sedang mengerahkan kekuatan untuk mengangkat gunung. Ketegangan, kebulatan tekad, dan penantian membentuk aura yang hampir kasat mata di sekelilingnya.
Entah tugas sulit apa pun yang tadi dia berikan untuk dirinya, jelaslah bahwa baginya menyelesaikan tugas itu lebih penting daripada hal lain. Gadis kegelapan ini hanya memiliki satu kesempatan yang harus dia pergunakan sebaik mungkin, namun dia harus tetap berhati-hati. The road to success and the road to failure are almost exactly the same.
Kini, dia akan memberikan sedikit dorongan untuk laki-laki yang baru saja dicampakkan. Dia akan menjadikan laki-laki ini sebagai bintang kekacauan prom night. Oh, sungguh membayangkannya saja sudah membuatnya tersenyum menyeringai lebar.
"Lucas," desisnya. Api kembali berhamburan dari mulut, hidung, dan kedua telinganya. Wajahnya bermandikan api.
Seolah kamu itu bukan apa-apa. Seolah kau itu sosok tidak kasatmata. Seolah kau tidak ada! Lucas gemetar karena marah, dan kata-kata di kepalanya itu semakin membakar kemarahannya sampai mendidih.
Kamu bisa membuat dia melihatmu, dan memperlihatkan pada Jungwoo siapa yang laki-laki sejati.
Secara otomatis tangan Lucas menjangkau gundukan berat di bawah jasnya, dekat pinggangnya, kemarahannya seketika disela oleh rasa kaget karena teringat pistol itu, membuat dia mengerjap-ngerjap cepat bagaikan baru terbangun dari mimpi.
Sensasi merinding merayap menuruni leher Lucas. Untuk apa dia membawa-bawa pistol ke prom night? Apa dia sudah sinting?
Memang perbuatannya tolol sekali. Lagi pula, apa yang bisa dia lakukan kalau nanti Lee Haechan meminta dia sesumbarnya yang tidak dipikir dulu? Tingkat keamanan di sekolah ini memang layak jadi bahan tertawaan, karena setiap anak bisa menyelundupkan barang apapun yang mereka mau. Dia sudah membuktikannya sendiri, bukan? Tetapi pantaskah membawa pistol di pinggang hanya untuk pamer pada Lee Haechan?
Lucas bisa melihat kepala Yuqi bersandar di bahu cowok sialan itu dan matanya terpejam. Apakah dia benar-benar sudah melupakan Lucas?
Kemarahannya menggelegak lagi. Tangannya bergerak ke arah punggung. Kali ini Lucas menggeleng-geleng lebih kuat. Sungguh tidak waras. Bukan ini alasan dia membawa-bawa pistol, melainkan sekadar untuk bermain-main.
Tapi, lihatlah si Jungwoo itu. Lihatlah senyum licik sombong di mukanya! Memangnya dia pikir dia siapa? Ayahnya tidak lebih dari tukang kebun berkarier gemilang. Dia tidak takut aku melakukan sesuatu gara-gara dia mencuri pasangan kencanku. Dia bahkan tidak ingat bahwa akulah yang membawa Yuqi kemari. Kalau memang ingat, dia pasti tidak perlu takut padaku. Dan Yuqi bahkan tidak ingat kalau aku ini ada.
Lucas mengertakkan giginya. Kebenciannya kembali tersulut. Dia membayangkan raut angkuh di wajah Jungwoo lenyap, berganti menjadi ekspresi ngeri dan ketakutan saat matanya tertuju ke moncong pistol. Sungguh membayangkannya saja membuatnya sangat senang dan puas. Dia mengelus-ngelus pistolnya. Namun baru sedetik, tiba-tiba dia teringat akan konsekuensi yang bisa aja dia tanggung bila hal-hal lebih besar yang tidak diduga terjadi. Melibatkan orangtua dan polisi tentu bukan hal yang bagus, tapi dia tidak bisa menerima harga dirinya diinjak oleh Yuqi.
Tiba-tiba rasa takut yang tajam menyentak Lucas kembali ke kenyataan.
Punch lagi. Itulah yang kubutuhkan. Minuman murahan itu memang menjijikkan, tapi paling tidak rasanya kuat. Setelah beberapa gelas lagi aku pasti tahu harus berbuat apa.
Sambil menarik napas dalam-dalam untuk memantapkan hati, Lucas pun terburu-buru mendatangi meja minuman.
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
Aduh, Lucas dicampakkan, nih. Ada yang mau puk-puk Lucas nggak?
Buat bucinnya Lucas, Jungwoo, dan Yuqi, maaf ya kalo mereka bertiga dibuat menderita di cerita ini.
Anyway, kalian pernah nggak ngalamin yang namanya dicampakkan sama crush? Aku nggak pernah, sih. Karena sadar diri aku kentank hehehe, jadinya bulan pintu saja alias moon door!
Don't forget to tap that tiny star below and give lots of comment! xoxo <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Hell Comes To You [Jeno x Jennie]
Фанфик[REMAKE FROM STORY BY STEPHENIE MEYER DENGAN BEBERAPA PENYESUAIAN DAN PERUBAHAN KARAKTER TOKOH, BAHASA, DAN BEBERAPA TAMBAHAN JALAN CERITA] NCT x BLACKPINK [SCHOOL LIFE - PROM NIGHT] Mata gelapnya yang berbentuk buah badam terlihat tenang dan berhat...