"Terima kasih, deh," bentak Jennie. Apa Krystal pikir dia bisa menyanjung Jennie sehingga dia menjadi lengah?
.
.
.
Krystal tersenyum. Pinggiran kabut yang mengelilingi sosoknya mengerut mencerminkan ekspresi senyumnya.
"Aku kasih tip buatmu ya, Nini. Buat orang-orang di dalam sana tetap kebingungan. Kalau kamu bisa membuat Lucas menarik pelatuk, maka mungkin saja kamu membuat orang-orang yang kepengin jadi gangster ini mengira mereka sedang ditembaki." Krystal menggeleng-geleng kagum. "Kamu membuat banyak sekali potensi kerusuhan di sini. Tentu saja mereka akan mengirimkan iblis kerusuhan kalau nanti keadaannya jadi benar-benar ricuh... tapi kamu tetap dapat pujian karena berhasil menimbulkan kegemparan."
Jennie menyeringai. Kerlip merah berkelebat di sekitar kalungnya. Apa yang dilakukan Krystal? Di mana tipuannya? Pikiran Jennie berkali-kali menyelinap ke pikiran manusia-manusia yang harus dia lukai, tapi di ruangan dansa itu dia tidak menemukan jejak nyata aroma belerang yang menyertai Krystal. Tidak ada, selain kesedihan yang memang ditimbulkan sendiri oleh Jennie dan beberapa kantong kebahagiaan memuakkan yang tak lama lagi akan dia pecahkan.
"Malam ini kamu sangat membantu deh," kata Jennie sengaja menghina.
Krystal mendesah. Dari cara kabutnya menggulung diri sendiri terkesan ada sesuatu yang membuat dia kelihatan... malu hati. Untuk pertama kalinya Jennie merasakan secuil keraguan terhadap dugaan-dugaannya. Hanya saja, motif Krystal pastilah sangat jahat. Satu-satunya motif yang dimiliki iblis.
Dengan ekspresi menyesal Krystal bertanya pelan, "Apakah mustahil bagimu untuk percaya bahwa aku mungkin saja ingin kamu dipromosikan?"
"Ya." Jennie menjawab datar.
Lagi-lagi Krystal mendesah. Dan kabutnya yang lagi-lagi mengerut seolah kecewa membuat Jennie bimbang.
"Kenapa?" desak Jennie. "Kenapa kamu mengatakan semua ini?"
"Aku tahu memang salah—atau kurang betul—kalau aku memberimu saran yang bisa kamu turuti. Sepertinya aku tidak terlalu jahat, kan."
Jennie mengangguk hati-hati.
"Sudah sifat dasar kita untuk membuat seseorang tersandung kesalahan—apakah itu iblis sendiri, manusia, bahkan malaikat semisalnya ada kesempatan. Kita kan setan. Secara alami kita menusuk dari belakang, tak masalah itu menyakiti pihak kita atau pihak lawan. Kita tidak akan menjadi setan kalau tidak membiarkan diri kita diperintah oleh ketamakan, nafsu, dan angkara murka." Krystal tertawa kecil. "Aku ingat—kejadiannya sudah berapa tahun, ya?—Lalisa pernah hampir membuatmu turun beberapa kelas, kan?"
Api merah menyala di mata Jennie ketika teringat kejadian itu. "Hampir."
"Kamu menanganinya lebih baik dibanding kebanyakan iblis. Tahu tidak, sekarang kamu termasuk salah satu iblis pembuat penderitaan yang paling mengerikan."
Sanjungan lagikah itu? Tubuh Jennie menegang.
Krystal memilin kabutnya ke atas dengan satu jari, kemudian memutar-mutar jarinya sehingga kabut itu menciptakan orb berasap di langit malam.
"Masih ada gambaran yang lebih besar, Jennie. Iblis seperti Lalisa tidak bisa melihat ke balik kejahatan yang ada di dekatnya. Tapi di luar sana ada dunia penuh manusia yang membuat jutaan keputusan setiap menit sepanjang hari. Kita hanya bisa mengusik sepersekian dari semua keputusan itu. Dan kadang-kadang, dari tempatku berdiri, rasanya seolah parah malaikat berderap maju..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hell Comes To You [Jeno x Jennie]
Fanfiction[REMAKE FROM STORY BY STEPHENIE MEYER DENGAN BEBERAPA PENYESUAIAN DAN PERUBAHAN KARAKTER TOKOH, BAHASA, DAN BEBERAPA TAMBAHAN JALAN CERITA] NCT x BLACKPINK [SCHOOL LIFE - PROM NIGHT] Mata gelapnya yang berbentuk buah badam terlihat tenang dan berhat...