O4.

1.3K 159 9
                                    

Sejak sesi pemotretan hari itu, Jimin dan Jisoo tidak memiliki pertemuan sama sekali, toh pernikahan mereka tidak berlandas perasaan.

Sehingga, hari pernikahan atau hari-H adalah hari ketiga keduanya bertemu lagi.

Lebih tepatnya baik Jimin dan Jisoo saling melihat wajah masing-masing di altar pernikahan ketika Tuan Kim menuntun Jisoo menyusuri red carpet yang terbentang menuju altar.

Proses pernikahan berjalan dengan lancar. Pendeta yang menuntun janji suci pernikahan mereka, pertukaran cincin kawin keduanya dan diakhiri dengan flash kamera media yang menjadi tamu undangan.

Jimin mengedarkan pandangan hingga ia menemukan wajah pria tak asing. Pria yang saat itu menunggu Jisoo di depan apartemen.

Ada rasa tak suka yang muncul dalam hati dan pikirannya.

"Kau sudah memahami dengan baik kontrakku, 'kan?"

Jisoo terdiam sesaat karena mendengar Jimin berbicara banmal-non formal-padanya. "Tentu saja, kau meragukanku?"

"Mulai hari ini kontrak masing-masing sudah berlaku." Jimin menjaga senyumnya. "Tapi poin kontrakmu yang harus mengabari saat pulang, aku tidak paham apa maksudmu."

Jisoo berjinjit dan berusaha membisikkannya tepat ditelinga Jimin sambil ditutupi oleh tangannya yang bebas.

"Kau mengerti me time bukan? Bagiku itu adalah saat pulang bekerja. Aku tidak ingin ada orang lain yang mengganggu ditambah kurasa kau tidak akan menyukainya."

Jimin mengangguk mengerti. Ia menoleh untuk menatap Jisoo, ia melempar senyum yang dibalas Jisoo seketika.

"Baiklah."

Orang lain dan awak media mungkin berfikir bahwa keduanya sedang saling membisikkan kalimat penuh cinta, melihat bagaimana ekspresi keduanya begitu bersinar. Tapi tidak semua yang terlihat adalah kenyataan.

Saat ini Jisoo tengah duduk di meja milik pengantin, seorang sendiri. Karena Jimin sedang sibuk bicara dengan tamu-tamu lain.

"Pengantin wanita sendiri, setidaknya aku harus menemaninya mengobrol, bukan?" ujar Eunwoo yang entah bagaimana sudah berdiri di sampingnya.

"Aku tidak akan mempersilahkan kau duduk di sini," balas Jisoo, yang ia tentu saja kursi milik Jimin—suaminya kini.

"Tidak masalah. Ayo bersulang." Jisoo mengangkat gelas dan mendentingkannya dengan milik Eunwoo.

"Haa, aku tidak bisa meminta penghiburanmu atas patah hatiku hari ini. Atau bisa, hm?"

Jisoo tertawa ataslelucon itu. "Kau sudah gila, haha. Kau boleh memakai malam yang lain untuk mendapat hiburan dariku, tapi tidak malam ini, mengerti?"

Eunwoo berakting cemberut dan berkata, "Paling-paling aku akan tertipu lagi olehmu."

"Tapi, kau menikah dengannya karena kau mencintainya kan?" tanya Eunwoo disela tawa mereka.

Jisoo bergumam, karena berfikir bagaimana menjawab pertanyaan Eunwoo itu.

"Setidaknya, jujurlah padaku."

"Hahaha, pernikahan tidak selalu tentang mencintai," kata Jisoo.

Eunwoo menatap Jisoo seakan tatapannya bisa menembus pikiran wanita itu.

"Baiklah. Tapi, sekali aku melihat kau menangis karena kau disakiti olehnya, aku tidak akan segan-segan lagi untuk mengejarmu."

Jisoo tertawa atas perkataan serius dari Eunwoo tersebut. Tapi, entahlah, sepertinya tidak mungkin seorang Jimin diatas pernikahan atas dasar keuntungan ini akan membuat dirinya menangis karena merasa tersakiti.

Life After Marriage [Jimsoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang