1O.

982 127 13
                                    

Saat sedang di-massage, tiba-tiba Jisoo teringat oleh Jimin di rumah yang katanya sedang 'libur normal'. Setelah berolahraga kemarin Jimin mencomot bibimbap-nya karena pasti lapar seusai berolahraga.

Seingatnya tidak ada makanan jadi di rumah, selama tiga bulan pernikahan mereka, Jisoo tidak pernah mengkhawatirkan apa yang dimakan ataupun yang dilakukan Jimin, tapi sekarang ia kepikiran apakah Jimin bisa memasak ramyeon?

"Eiiy, tentu saja. Mana mungkin ada orang yang tidak bisa memasak ramyeon," gumam Jisoo.

Sambil bergumam pelan, perlahan Jisoo masuk ke alam mimpi karena nyaman atas pijatan yang diberikan.

Tepat jam 10 Jisoo sudah selesai mendapat treatment. Tubuhnya terasa lebih ringan. Pertama mari kita membeli sesuatu untuk mengganjal perut dulu.

"Kamsahamnida. Semoga hari anda indah."

Jisoo keluar dari salon&spa tersebut. Ia masuk ke Cafe yang berada disebelah dan memesan secangkir americano dengan saus hazelnut.

Sembari menunggu pesanan Jisoo menyalakan ponsel yang sejak tadi dalam mode silent. Jisoo tercengang melihat pesan masuk sebanyak 7 pesan hanya dari Jimin dan panggilan tak terjawab.

"Heol." Jisoo langsung menelepon nomor Jimin.

"Eoh?" jawab Jimin dari seberang.

"Ada apa kau mengirim banyak pesan dan meneleponku berulang kali?"

"Kau sudah mengecek pesannya belum?"

Jisoo diam sesaat. "Belum. Aku terlalu panik mengeceknya."

"Eoddieya?" tanya Jimin mengalihkan topik.

Hal yang tidak pernah dilakukan Jimin, bertanya aktivitasnya. "Wae?" Karena bukan hal biasa, Jisoo jadi membalasnya dengan pertanyaan balik.

"Aku akan menyusulmu. Kau tidak mungkin mengurusi pekerjaanmu di akhir pekan begini kan?"

Jisoo menghela nafas. "Arraseo, aku akan share-loc padamu." Kenapa tiba-tiba jadi begini sih?

Tak berselang lama Jisoo bisa melihat sebuah mobil yang ia kenali. Kaca jendela mobil turun dan Jimin menyuruhnya masuk.

"Aku sudah membaca pesanmu, daebak, kau tidak bisa memasak ramyeon!"

"Aku bisa."

"Lalu itu pesanmu—"

"Yang penting aku berhasil." Tangan Jimin sibuk merogoh sakunya kemudian menyerahkan ponsel pada Jisoo.

"Coba kau cek galeri dan lihat foto ramyeon hasil masakku tadi, ku rasa ada yang salah."

Jisoo bingung tetapi ia tetap menurutinya. "Pfft!" Jisoo berusaha menahan tawanya begitu melihat foto dari Jimin tapi tak bisa juga pada akhirnya.

"Memasak itu bukan soal estetika, tapi soal kesabaran, tuan Park yang terhormat. Hahahaha." Ia berkata seperti ini karena mie yang Jimin buat masih terlihat setengah matang. 

Jimin hanya diam fokus menyetir membuat Jisoo jadi gemas untuk mengomentari lebih lanjut.

"Kau harus merebusnya lebih lama, apalagi kalau ditambahkan keju dan telur, cuman tingkat kematangan keju dan telur itu tergantung pada selera masing orang."

"Kau ingin kemana?"

"Ha—" Jisoo teringat ia belum memberitahu tujuannya. "Tidak jauh, balik arah, dan ambil tikungan ke kanan, jalan terus hingga terlihat petshop."

Jimin berhenti di sisi jalan yang memperbolehkan parkir, sementara Jisoo turun Jimin tetap berada didalam mobil.

Ia menghela nafas. Sekarang ketahuan ia bahkan tidak bisa memasak ramyeon dengan benar.

"Memalukan," gumam Jimin sambil menoleh ke petshop dimana Jisoo masuk.

Di mata Jimin, wanita cantik dan berbakat memiliki nilai tambah jika menyukai hewan, apalagi jika sangat menyayanginya.

Jimin terdiam di dalam mobil menatap Jisoo yang tersenyum dan tampak cerah menggendong Dalgeom keluar dari toko itu. Ia tau visual Jisoo sangat memukau, tapi Jimin masih belum terbiasa kata cantik tidak mendeskripsikan kecantikan Jisoo.

"Apalagi wajah bangun tidurnya, haha." Lucu sekali.

Jisoo masuk ke dalam mobil membiarkan Dalgeom duduk di pangkuannya. "Aigo, aigo, kenapa kau tidak bisa diam, eoh? Eomma harus memasang save belt dulu."

Tangan Jimin terulur tiba-tiba, ia memasangkan save belt pada Jisoo.

"Geomaweo," ucap Jisoo ragu.

"Sekarang mau kemana?" tanya Jimin.

Jisoo terdiam berfikir. "Apa kau punya alergi terhadap hewan?" Dan Jimin langsung menggelengkan kepalanya.

Mengikuti arahan Jisoo, Jimin memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah restoran. Ia keluar dari mobil baru lah menyadari Cafe n Resto itu semacam cafe hewan.

"Kau baru makan ramyeon saja kan di rumah? Makanlah makanan yang benar di sini," ujar Jisoo setelah melepaskan Dalgeom untuk berkeliaran.

Ini pertama kali bagi Jimin makan di cafe hewan, ia sedikit merasa risih, dan Jisoo bisa merasakannya.

"Kalau kau tidak mau makan di sini, kita memesan makanan saja dan makan di rumah, bagaimana?" tanya Jisoo.

Jimin yang sejak tadi sibuk memperhatikan anjing-anjing kecil yang bebas berjalan kesana kemari teralih karena ucapan Jisoo.

"Tidak perlu. Pesan kan yang sama saja denganmu."

"Baiklah." Jisoo meraih buku menu. "Aku akan memesan set makanan berat karena aku belum sarapan, kau tidak keberatan kan?"

"Hm."

Sementara Jisoo pergi memesan makanan, Jimin pergi dari kursinya. Begitu Jisoo kembali ke meja, Jimin sudah tidak ada disana.

Apa ia ke WC?

Tapi Jisoo semakin cemas, sebab hingga datang pesanan mereka Jimin tak kunjung datang. Kemana perginya namja tersebut?

Jisoo pergi keluar dan melihat mobil Jimin yang masih terparkir diantara mobil lain. Ia masuk kembali kali ini sambil menghubungi ponsel Jimin.

"Kau di mana?" tanya Jisoo begitu panggilannya diangkat.

"Kau mencariku?"

"Di mana?"  tekan Jisoo sekali lagi.

Terdengar tawa Jimin renyah. "Aku di dalam ruangan di mana hanya ada kangaji (anak anjing)."

Mendengarnya Jisoo merasa lega. Apa ia baru saja mengkhawatirkan Jimin hilang seperti anak kecil?

"Kembali ke meja, pesanannya sudah datang."

***
malam kaliaannn readers!!

hmmm
jarang jarangkan author up malem2 hehehe
soalnya niatnya pagi
tapi lupa :p

anw, maapin yaa klo banyak typo soalnya kibord suka automatis gitu :"

but author udah mulai memperbaiki kok ketypoan yang di chapter sebelum2nya

dan akan menghindari typo chaoter yang akan datang

Life After Marriage [Jimsoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang