11.

911 125 19
                                    

"Aku membuat toast, kau mau untuk sarapan?" tanya Jisoo.

Ia sedang memberi selai, dan Jimin baru saja selesai mandi. Akhir pekan telah usai kemarin, hari ini Senin, hari kerja lainnya sudah datang.

"Eoh, geomaweo." Jimin melanjutkan langkah menuju kamar ganti.

Jisoo memakai kardigan dan sekali lagi mengecek riasannya. Ia meraih tas dan buku sketsanya.

"Pada akhirnya dua hari libur, aku benar-benar tidak melakukan pekerjaanku sekecil apapun," gumam Jisoo.

Kemarin, selesai di cafe hewan selama dua jam lebih karena Jimin yang asyik dengan anak anjing disana, barulah mereka pulang. Jisoo terlalu lelah sehingga ia tidur siang hingga sore datang.

Awalnya Jisoo berniat menggambar sedikit design di sore hari, tapi urung karena terlalu lelah. Malamnya, siapa sangka Jimin mengajaknya menonton bersama dan ia tertidur tanpa menyelesaikan filmnya.

"Kau berangkat sekarang?" tanya Jimin dari dapur.

"Eoh!" jawab Jisoo.

Ia pergi menuju pintu untuk memakai sepatu. Tanpa bersuara Jimin sudah berdiri di sebelahnya memakai sepatu kerjanya juga.

"Kau tidak biasa membawa mobil kan? Akan ku antar," ujar Jimin mendahului pergi ke luar.

Jisoo terdiam sekali pun ia sudah memakai sepatunya. Mereka terbiasa berangkat masing-masing sekali pun jam berangkat hanya berbeda sedikit.

"Choumiya (Pertama kalinya)." Jisoo bergumam tanpa sadar.

Keduanya tidak bicara apa pun selama perjalanan Jimin menuju departement store dimana Jisoo bekerja meski menghabiskan waktu selama 30 menit.

"Geomaweo," kata Jisoo sebelum keluar dari mobil Jimin.

Begitu ia keluar, Jimin pergi tanpa menunggu lama. Bukankah sedikit merepotkan mengantar ke kantorku yang berbeda jalur?

"Selamat pagi, Direktur."

Jisoo langsung menuju kantornya alih-alih mengecek barang dahulu seperti biasanya. Karena itu, ia mendapat tatapan bingung dari karyawannya yang sudah datang. Ia melepas mantel dan menggantungnya setelah meletakkan tas sekaligus....

"Buku sketsa-ku." Sepertinya tertinggal di mobil Jimin. Jisoo memijat nadi lehernya, ada apa dengan dirinya yang bisa kelupaan hal penting tersebut.

Bukannya segera menelepon Jimin, Jisoo memilih duduk di kursi kerjanya dan merenungkan beberapa hal.

Di rasa, setelah tiga bulan hidup bersama, Jimin dan Jisoo saling mengacuhkan masing-masing aktivitas, menjalankan sesuai kontrak yang mereka buat.

Tapi, rasanya berubah beberapa hari belakangan. Rasanya, hubungan mereka sedikit lebih akrab.

Kini, mereka sudah saling memakai banmal (bahasa non-formal, yang biasanya digunakan untuk teman/orang yang lebih muda/orang yang sudah dekat). Akhir pekan kemarinpun menghabiskan waktu nyaris bersama. Ditambah pagi ini, Jimin sendiri yang menawarkan tumpangan padanya ia bahkan menawarkan toast pagi ini padanya.

Bagi Jisoo, perubahan ini tidak terlalu mengusiknya, tapi justru membuatnya bingung. Apakah yang berubah adalah dirinya atau kah Jimin yang berubah?

"Direktur!"

Jisoo tersadar dari lamunan. Ia melihat Yoojung yang berekspresi seakan siap memarahi Jisoo, kemudian melihat Jimin yang berdiri tak jauh di belakang Yoojung.

"Tidak biasanya Direktur kami melamun di pagi hari, haha," tutur Yoojung. "Geureom."

Yoojung pergi meninggalkan Jimin di kantor Jisoo. Ini hal aneh kedua yang terjadi pagi ini, Jimin datang ke kantornya padahal baru berpisah beberapa menit.

"Ada apa? Tidak biasanya kau datang ke sini?" tanya Jisoo.

Jimin berjalan mendekat sambil memperhatikan setiap interior yang ada di ruangan Jisoo. "Ku rasa ini cukup penting, kau meninggalkannya di mobil."

Buku sketsa Jisoo diletakkannya oleh Jimin diatas meja. Saat ini Jisoo sedang berusaha meyakinkan dirinya, bahwa Jimin lagi-lagi merepotkan diri sendiri untuknya.

"Eoh, geomaweo. Padahal kau bisa meminta tolong orangmu saja untuk mengantarnya."

"Untuk apa, toh aku belum terlalu jauh dari sini," ujar Jimin, ia melangkah menuju pintu.

"Sudah mau pergi?" tanya Jisoo, tanpa sadar ia berdiri dari duduknya.

Jimin menoleh, ia melempar senyum tipis. "Tidak mungkin Nyonya Park berharap kehadiranku yang mengganggu di sini ."

Setelah bicara seperti itu, Jimin benar-benar pergi dari ruangan Jisoo tanpa membiarkan ia berkata apa pun lagi.

"Aku....tidak pernah menganggapnya seperti itu, padahal."

Sementara itu, Jimin yang baru saja meninggalkan ruangan Jisoo berdiam sesaat di depan pintu baru setelah itu ia pergi. Ia keluar dari outlet resmi milik Jisoo di gedung departement store tersebut menuju salahsatu lift.

Padahal cukup dengan bantuan keluarganya, dia mampu membuka toko outlet sendiri, tapi dia memilih membukanya di departemen store orang lain seperti ini, begitulah isi pikiran Jimin.

Ting!

Pintu lift terbuka dan memperlihatkan lift yang kosong, Jimin melangkah masuk ke dalam. Melihat pintu lift tertutup perlahan secara otomatis sebuah pikiran melintas di kepala Jimin.

Padahal benar ucapannya, aku tidak perlu merepotkan diri mengantar buku sketsanya, pikir Jimin.

Tapi, itu pertama kalinya ia melihat hasil pure sketsa Jisoo.

"Dia berbakat."

Life After Marriage [Jimsoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang