hi, lewatin aja klo gamau baca

921 72 19
                                    

Hi, ini author ash^^

Readers tersayangku, maaf tapi ini bukan update-an cuman author gatau harus cerita hal ini ke siapa

Karena, cerita ini.... terlalu gak masuk akal untuk pemahaman orang, bahkan bagi author sendiri

Gini loh... author mau berbagi aedikit cerita mengenai rl author kkk~
Mungkin satu chapter ini panjang dan khusus tentang cerita pribadi author
Yang gak mau tau silahkan skip

....
gimana mulainya ya?

Jadi, gini.... pernah gak sih kalian memiliki hal yang kalian sesali semenyesalnya diri kalian? Kalian melakukan 'suatu hal' pada seseorang dimana kalian sendiri benci, muak dan gak suka diperlakukan seperti 'itu'?

ambigu ya? oke author perjelas

Ini bermula sejak aku kls 9, itu saat2 dimana aku sudah mengenal teknologi dan internet. Waktu itu aku seorang animelovers, dan saat itu aku bikin akun fake dimana aku gak pernah upload foto pribadi bahkan bikin status pun gak jauh dari anime

Menggunakan akun itu aku meng-add friend banyak orang secara random termasuk temen2 sekolah ku tapi tidak menyeluruh.

Lalu ada satu waktu dimana aku lagi follow up anime ongoing, dan ada temen asli yg satu pertemanan di akun fake tersebut merespon. Berakhir, saling berbalas komen. Ya.... awalnya hanya begitu

Sampai, aku (ternyata) nge-inbox dia duluan kalo anime yg kami bahas waktu itu update! well yeah, obrolan berlangsung hingga berhari-hari

Hingga hari dimana dia bertanya siapa nama aku (?) secara itu akun palsuku dan tentunya aku pake nama yang asing terdengar

Tapi coba aku tanya sama kalian, apa kalian akan menjawab secara jujur nama kalian? Fyi, cowo itu temen sekelasku saat kls 7 dan 9, sesama animelovers. Bagaimana?

Benar. Aku bilang nama ku ya yang sesuai tertera diakun tersebut

Waktu bergulir. Kami sering chating atau lebih tepatnya aku memaksakan diri untuk chating dengannya (karena saat itu author belum difasilitasi hp pribadi)

Bermula dari nama palsu, kemudian tempat tinggal palsu (meski tidak sepenuhnya bohong karena aku pernah tinggal selama 12 tahun di 'kota tersebut') beralih ke sekolah (yang merupakan sekolah dimna sahabat ku di kota itu bersekolah) hingga akhirnya 'foto' yang tentunya bukan aku yang sebenarnya

Semua itu terjadi secara bertahap

Berawal dari menjadi teman sharing hobi yang sama dan sekadar berkenalan saja. Kemudian begitu SMA dia mulai menggoda seperti kebanyakan remaja dengan gombalan, (yah tentunya aku tidak terpengaruh dan justru membalas gombalan tersebut dengan logis—memikirkan bahwa aku telah membohonginya hingga saat itu) Lalu perlahan menjadi pribadi yang mulai dewasa dan mulai menjadi teman sharing dalam berbagai hal (jujur, ini adalah momen dimana aku merindukannya, paling sering)

Dan aku menyadari, perasaan yang aku rasakan padanya bukan lah perasaan yang bisa digambarkan dengan satu kata saja

Benar, mungkin aku menyukainya, tapi tidak sebatas itu, aku menghargainya. Dia bukan teman yang sekadar tegur sapa saja. Meski bukan sahabat tapi dia memberi rasa candu tersendiri

Kalian tau istilah..... Not a friend, not a bestfriend and also not a lover, just him, a meaningful one. Ya begitulah aku menghargainya

Aku ingin terus tetap seperti ini, keadaan tepat seperti ini, dimana dia menganggap aku hanyalah seorang gadis asing yang ia kenal secara online dan tiba-tiba, dan kami tetap saling bercerita tentang apapun

Tapi di satu sisi, aku terus merasa bersalah. Semakin panjang waktu berlalu semakin dalam rasa bersalahku. Apalagi? Karena aku membohonginya. Ya, aku

Setiap kali menyusun skenario pengakuan, setiap kali itu juga jiwa pengecutku keluar. Berakhir aku takut. Ya, aku takut. Tidak, aku tidak takut dibenci, tidak takut ia marah padaku

Tapi aku takut ia kecewa, padahal aku tau persis akan begitu, aku takut kehilangan

Sahabatku yang tau tentang cerita ini bilang, yang aku takutkan itu 'takut kehilangan moment' ya, momen bersamanya

Karena setiap kali kami bertukar cerita bahkan hanya sekadar chit chat, itu cukup untuk membuatku merasa ada tempat dimana aku bisa lari dari kenyataan. Sebab, aku merasa, baik aku dan dia sama sama-sama memiliki zona nyaman dimana tidak ada satu diantara kami yang akan menjudge satu sama lain

Dia berharga. Lebih dari yang aku kira

Tetapi semua itu kini berakhir. Ya, berakhir dengan akhir yang mungkin membuat kalian juga tertawa, karena aku sendiri tertawa, tawa getir dan miris yang membuatku merasa menyesal

Saat itu di kampus sedang masa masa UAS, sudah ku ceritakan bukan jika aku dan dia adalah classmate? Ya, hubungan 'online'—aku gak tau harus menamainya apa selain ini—kami berlangsung hingga kuliah semester 2 awal

Alangkah baiknya jika itu adalah april mop, haha. Karena ya, aku ketauan dengan cara yang tidak pernah aku bayangkan.

Saat itu semester 2 awal awal, saat pandemik belum menyerang Tanah Air. Aku sedang sibuk-sibuknya mengejar deadline setiap tugas. Dan tiba-tiba.....

Tring!

Aku diundang masuk ke grup kelas 9.

HAHAHAHA.

Saking terkejutnya aku jadi menekan keluar/tolak grup semacamnya.

Itu lucu. Disaat aku sedang mengejar deadline, dan hal itu harus mengusik fokusku.

Apa yang aku lakukan? Menyelesaikan deadlineku duli tentunya. Setelah selesai aku chat salahsatu teman sekelasku yang memang sekontak dan bertanya

'siapa yang mengundangku ke sana?'

'xxx' temanku menyebut satu dari dua admin grup tersebut

meski terkejut dan bingung dan mencoba untuk ikhlas. aku mengetik....

'oh iya, coba undang aku lagi kasih tau xxx haha, kepencet out soalnya tadi lagi ngejar deadline'

sangat beralasan bukan?

bahkan temanku juga tanya kenapa aku keluar lagi setelah diundang, dan aku hanya bisa menjawab apa adanya bahwa aku terlalu terkejut

sore hari pulang dari kampus, aku baru berani menyalakan internet lagi dan ya ada pesan baru dari dia

dia bertanya dan aku menjawab dan dia berkata lagi dan aku mencoba minta maaf meski itu sepertinya tidak dibutuhkan pada saat itu dan dia menjelaskan dan aku mencoba menjelaskan juga dan........... berakhir

ya. aku tidak tau lagi

aku tidak menghapus kontaknya
aku bahkan membiarkan chatnya tenggelam

tapi kemudian
aku mencoba membacanya lagi
itu karena dorongan kecil dalam diriku

haha.
ini sejak awal memang salahku.
semua skenario yang kususun untuk mengakuinya.
semua surat yang kutulis setiap tahun atau mungkin setiap aku mengingat penyesalanku.
semua itu berakhir sia sia.
dan menumpuk di lemari bukuku.
menumpuk di balik tumpukan bajuku.

dan aku menyadari
aku telah kehilangan seseorang yang mungkin akan sulit untuk ku temui lagi
dalam hidup ini

miris

kan?

maaf ya author tiba tiba ngelantur begini haha
bukannya fokus update malah flashback dan berakhir sedih sendiri

tapi, semoga suatu hari nanti
aku bisa melihat dia bersama wanita yang bisa mengerti dan menerimanya
ya, ini doa yang tulus setidaknya sebagai rasa bersalahku

Life After Marriage [Jimsoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang