16.

811 113 8
                                    

Diana kembali tepat ketika Jisoo selesai bicara. "Diana-ssi, aku juga seorang desainer tetapi di bidang yang berbeda. Boleh kah aku melihat koleksi originalmu?"

"Tentu saja, Cantik. Ayo, akan ku temani," jawab Diana antusias.

Berdua dengan Diana, Jisoo meninggalkan Namjoon di ruangan tersebut. Selepas Jisoo pergi, tanpa bersuara sedikit pun Namjoon menghela nafas.

Ia hanya menatap ke arah Jisoo dan Diana pergi tadi. Diam, tidak memikirkan apapun tapi entah apa yang terlintas dalam benaknya.

Dengan arahan Diana, Jisoo banyak sekali menyukai koleksi original Diana. Berakhir Jisoo membeli tiga pakaian.

"Tidak perlu dibayar."

"Eh, tapi-"

Diana menyentuh kedua bahu Jisoo. "Tenang saja, Jimin yang akan membayarnya."

Jisoo ingin menyanggahnya tapi Diana tersenyum, membuat Jisoo merasa tak enak jika menolaknya lagi. "Baiklah, aku akan membalas dia nanti malam."

"Oh-ho, benar itu, layani suamimu dengan lembut nanti malam. Ingin saran dariku, tidak?"

Wajah Jisoo langsung memerah karena mengerti maksud perkataan Diana tersebut. Ia bahkan tidak tau harus membalasnya bagaimana. Sementara Diana tertawa puas karena berhasil menggoda Jisoo.

"Aku menunggu kabar baiknya, Cantik. Indahnya pengantin baru," ujar Diana sambil melenggang pergi meninggalkan Jisoo yang memerah wajahnya.

Jisoo dan Namjoon sedang menunggu bersama di ruangan mereka. Tak lama kemudian Diana datang dengan empat shopping bag hingga membuat Jisoo mengernyit.

"Diana-ssi, ku rasa-"

"Itu hadiah dariku, Cantik. E-eh, dilihat di rumah saja, jangan disini, oke?" tutur Diana buru-buru saat melihat Jisoo yang mencoba untuk melihat barangnya.

"Aku jadi merasa tidak enak." Jisoo tersenyum kecil.

"Jangan begitu." Suara Diana kembali terdengar lembut. "Aku yang seharusnya merasa tidak enak karena tidak datang ke pernikahan kalian, padahal sudah memaksa bocah itu memberi kartu undangan padaku."

Setelah perbincangan kecil selesai, akhirnya Jisoo bisa pergi juga dari Anneliese. Bukan karena Diana, tapi ia masih tidak bisa mengontrol ekspresinya.

"Apa Anda merasa tidak nyaman, Nyonya Muda?" tanya Namjoon tanpa disangka-sangka Jisoo.

"Ya?" sahut Jisoo bingung.

"Sepertinya, wajah Anda memerah sejak tadi, apa sebaiknya ke rumah sakit untuk mengecek sebentar?"

Jisoo mengerjapkan matanya tak percaya Namjoon bertanya seperti peduli. "A-aniya, tidak perlu. Kembali saja ke toko."

Setelah Namjoon mengantarnya kembali ke toko dan kembali ke perusahaan Jimin, Jisoo segera duduk di kursi kerjanya dan memegang ponselnya.

Ia tengah mengetik pesan, kepada Jimin. Tapi, ia tidak tau harus bagaimana memulai pesannya.

Drrt!

Jisoo tersadar dari lamunannya, ia menatap lekat pada layar ponsel dimana roomchat-nya dengan Jimin ada sebuah pesan baru. Bukan dia yang mengirim, melainkan pesan masuk dari Jimin.

Park Jimin

Bagaimana? Apa sudah selesai?

Aku sudah kembali ke kantor

Sekretaris Kim juga sudah pergi sejak tadi

Baiklah

Apa? Sudah selesai? Begini saja? Batin Jisoo berulang kali.

Apa kau lembur hari ini?

Ada apa?

Jisoo berpikir dalam diam bagaimana sebaiknya ia membalas pesan ini. "Dia punya kebiasaan." Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lagi!

Aku sedang berpikir masak apa untuk makan malam

Karena sepertinya aku tidak akan lembur hari ini

Oh, begitu

Masak yang mudah saja, jangan mempersulit diri

Tapi, apa ada bahan-bahannya?

Benar, sepertinya aku harus belanja dulu nanti

Tidak ada balasan lagi dari Jimin. Ia takjub sendiri melihat Jimin membalas lebih dari satu bubble chat, membuatnya mendengus geli.

"Enaknya masak apa ya?" gumam Jisoo sambil mengetik 'menu makan malam di rumah' di kolom pencarian Naver.

Life After Marriage [Jimsoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang