🌼1.PERKENALAN🌼

417 32 4
                                    

Laki laki tadikan, wajahnya emang gak asing lagi dikepalaku. Kata suster, dia suamiku. Masa iya? Aku baru kelas dua SMA loh, masa udah nikah aja? Gak mungkinkan aku Married by Accident

"Sayang, kamu gak papa kan?" Oh ternyata  itu Ibu tadi yang masuk bersama Ayah dan Bunda, aku bahkan tidak tahu kapan dia berada di sisiku dan menggengam tanganku. Laki-laki yang seumur dengan Ayahku berada di belakang Ibu tadi, yang tak ku tahu namanya dan memegang kedua pundaknya romantis, menurutku, dia sepasang suami istri walaupun, aku gak tau dia siapa, tapi kujawaban dengan anggukan kepala saja.

"Ma, biarin Alana istirahat dulu."  Kami menoleh kearah asal suara, aku tak tau siapa dia, kenapa juga  tidak ada yang memberi tahuku siapa namanya? Aku saja tidak tau kapan dia berada disisi ranjangku.

"Loh bukannya tadi kamu keluar pengen bicara sama Ayah dan Bunda?" tanya Ibu tadi.

"Ayah sama Bunda udah ketemu langsung sama dokternya Ma."

"Ooh, Alana kan, udah istirahat tadi, Mama lagi  pengen kangen kangenan sama menantu Mama."

Ha!? Menantu!? sejak kapan aku menikah!??

"Ma, Alana baru bangun selama lima hari tidur dirumah sakit, jangan diajak bicara dulu." Ha?sakit apa aku sampai disini berhari hari?

"Ya udah kalo gitu." Ibu tadi menoleh padaku "Mama pulang dulu ya sayang, cepet sembuh biar Mama cepet cepet gendong cucu."

"Kami pulang dulu ya, Alana." Suara itu berasal dari suami sang ibu tadi  aku hanya menganggukan kepalaku. "jaga Alana baik baik ya, Bim." Sambil menoleh ke arah sang pemilik nama.

"Iya, pa, cucunya nanti ya, Ma,  kalo Alana udah sembuh total," katanya agak berteriak karena memang pasangan tersebut  sudah berada diambang pintu lalu dia menoleh padaku.

Sambil duduk dia bertanya dan menggenggam tanganku kedalam pelukan tangannya " Kamu mau minum? Makan? Atau  mau ke kamar mandi?"

"Enggak, nanti aja." Bahkan ketika dia menggenggam tangaku jantungku terpompa begitu cepat, ada apa ini?

"Kamu beneran enggak inget aku?"

"Enggak, emang kamu siapa?" tanyaku.

"Aku Bima."

"Bim–Bima?" Lagi lagi nama  yang tidak asing ditelingaku.

"Iya, Suami kamu, kamu enggak inget?" Lagi, dia bertanya dengan antusias.

"Suami? sejak kapan aku nikah? aku aja baru kelas dua SMA. Kakak jangan ngaco ya!" Aku panik siapa laki laki itu datang tiba tiba dan mengaku kalau dia suamiku.

"Ehm, aku jelasin ya......" Aku tidak mau mendengarkan penjelasaannya kalau saja tidak ada suara itu.

"Biar kita jelasin sama-sama." Itu suara Ayah.

Laki-laki yang mengaku bernama Bima berdiri di sebelah kanan Bunda, mempersilahkan Bunda untuk duduk di bangku dekat ranjang rumah sakit ini, sedangkan Ayah di sebelah kiri Bunda.

Aku sangat khawatir, Bunda datang dengan keadaan mata basah, biasanya dia tidak akan menunjukkan air mata berharganya itu.

"Bunda, kenapa Bunda nangis?" tanyaku ketika dia duduk disamping ranjang rumah sakit ini.

"Bunda, gak papa sayang," jawabnya sambil memegang jari jari tanganku sesekali mengusap air matanya.

"Jadi, kita mau jelasin dari mana?" tanya Ayah to the poin.

"Jelasin apa yah?" tanyaku dengan bingung.

"Udah kamu istirahat aja ya," ucap Bunda. Menurutku, kalimat itu adalah kalimat perintah bukan sekedar kalimat pengucapan.

ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang