03

79 21 32
                                    

"Benarkah?"

Aileen menajamkan pendengarannya. Itu suara mama yang sepertinya tengah berada di pintu depan rumah ini. Aileen menatap jam dinding yang mengarah ke angka delapan.

Masih terlalu pagi untuk bangun di Minggu santai seperti ini.

Fira saja masih bergelung dengan selimut. Aileen bangun karena merasa kehausan. Tadi malam, ia ketiduran setelah lelah menonton film sampai jam satu pagi dengan Fira. Tidak tahu lagi dengan tetangganya itu.

Kenapa harus pakai acara ketiduran segala, sih?, Aileen membatin sembari menuangkan air hangat ke gelas kosong dan meminumnya hingga tandas.

"Begitu? Tapi, sepertinya dia bukan orang seperti itu deh, Sri."

Eum... Tansri lagi. Pasti gibah lagi nih, sambung Aileen, sayup-sayup mendengar suara mama.

Memilih untuk tidak melanjutkan tidur lagi, dan pura-pura ke ruang tamu dengan segelas air hangat, Aileen melirik ke arah pintu utama sembari duduk di sofa.

Aileen memelankan suara televisi yang sengaja ia hidupkan, agar tidak terlihat aneh. Ia masih bisa mendengar suara Tansri dari sini. Aileen juga terlalu malas untuk mengambil ponselnya yang berada di kamar. Lagipula, Aileen tahu tidak baik memainkan ponsel sepagi ini.

Mata Aileen masih terpusat penuh pada kartun anak-anak yang terpampang di depannya, tetapi, telinganya berusaha menangkap informasi sebanyak mungkin, siapa tahu itu tentang tetangganya lagi. Banyak rumor, tapi, bahasan dari Tansri biasanya lebih mendekati realita.

Click

Pintu utama tertutup rapat. Mama masuk ke dalam dengan sebuah mangkuk yang menghidangkan bubur ayam.

"Aileen, ayo sarapan, sayang. Bangunin Fira juga." ajak mama, Aileen mengekor bak anak ayam sampai ke meja makan.

"Tadi, Tansri datang, ma?"

"Iya. Ngasih bubur ayam sekalian sedikit ngomongin vampir itu." balas mama yang mendekati dapur, untuk mempersiapkan alat-alat makan.

Aileen mengerjap matanya, lalu mengangguk paham dengan orang yang dikasih label 'vampir' tersebut.

"Katanya kemarin malam jam satu pagi ada yang melihat dia di taman komplek ini."

Aileen merubah tatapan matanya, merasa kesal sendiri dengan ketiduran. Padahal jika ia beranjak ke jendela dan melihat keluar, ada kemungkinan ia bisa mendapati tetangganya tersebut, "Ngapain malam-malam berkeliaran?"

"Satpam melihat dia berdiri di sana, dengan sebotol cairan merah-merah gitu, pakaiannya serba hitam. Sri dan yang lain bilangnya dia itu vampir." balas mama dengan santai.

"Mama percaya?" tanya Aileen polos.

Mama ketawa ringan sembari berucap, "Vampir itu tidak ada, sayang. Botol cairan itu bisa jadi jus stroberi atau tomat dan sebagainya. Bisa jadi, satpam salah menerka warna, lampu taman komplek kan tidak terlalu banyak."

Aileen menghela napas lega, dia tahu mama bukan tipe orang yang akan berkhayal yang mustahil.

"Ma, aku bangunin Fira dulu ya." ucap Aileen dan langsung melesat ke atas setelah mendengar jawaban dari mama.

♧ ♧ ♧

"Ra, kau perlu dengar ini." Aileen membuka pintu kamarnya dan merasa aneh saat melihat kasurnya sudah rapi tanpa Fira di atasnya.

Ia mengedarkan matanya, mengernyit dahinya kala mendapati Fira berdiri di depan jendela yang terbuka, pandangannya terus ke arah kanan, mirip dengannya semalam yang terus menatap ke rumah tetangganya itu.

The Side Neighbour ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang