02

87 19 40
                                    

Aileen mengangguk paham dengan beberapa nasihat yang diberikan pelatih sebelum membubarkan latihan hari ini. Pelatih hanya meminta dirinya untuk fokus dengan pertandingannya, dan tetap jaga kesehatan agar tetap fit. Jam sudah menunjuk ke arah jam dua, dan ia rasa Fira juga sudah selesai dengan pertemuan olimpiadenya.

"Ayo ke Centre Point, Ra. Aku mau ngadem dulu di sana." ujar Aileen saat mendapati Fira seorang diri mengemasi barangnya di kelas khusus anak olimpiade.

"Sudah mandi?"

Aileen mengangguk, jelas sudah mandi, ia membawa baju ganti untuk latihan tadi. Fira mengangguk, kebetulan jadwalnya juga kosong untuk hari ini.

"Tante sudah dihubungin? Aku gak mau ya nanti dituduh nyulik anak orang." celetuk Fira sembari mengikat rambut coklatnya menjadi satu dengan karet gelang.

"Sudah. Tinggal ke mall."

"Tumben sekali jalan hari ini? Biasanya mageran di rumah." Tutur Fira saat melihat Aileen dengan semangat berkobar memesan taxi online untuk mereka.

Aileen tersenyum lebar, "Ada yang mau aku omongin, tapi tidak di sini.".

Cuaca sedang panas terik hingga kedua anak hawa ini memilih untuk memakai jasa online alih-alih berjalan kaki ke mall tersebut. Kira-kira butuh waktu lima belas menit untuk ke sana jika jalan kaki.

"Tentang apa? Gebetan? Doi? Tidak mungkin tugas, kan?" Fira bertanya dengan antusias, jarang sekali sahabatnya ini mau berbagi sesuatu. Karna, kehidupan Aileen terkesan kaku.

Aileen mendesis, "Mana mungkin aku punya doi, mama melarang."

Fira membulatkan mulutnya, mengerti dengan ucapan Aileen. "Lalu, apa dong?"

"Aku perlu bertanya tentangmu soal ini. Sekarang, ayo bersiap. Taksinya sudah hampir sampai."

♧ ♧ ♧

"Seriously, Lin?! Kau mengajakku kemari hanya untuk tentang tetanggamu?" Fira memekik di dalam Sensuri, di depan mereka terhidang satu hot americano untuk Aileen sedangkan dirinya mendapati latte.

Aileen segera membekap mulut Fira dan mendesis pelan, matanya menyusuri setiap jengkal sudut store ini. Tidak ada yang aneh dengan reaksi mereka. "Ssttt... kau bikin malu saja. Aku hanya penasaran dengan tetangga tersebut." tutur Aileen seraya melepaskan bekapannya.

"Maksudmu penghuni di rumah berwarna biru itu?"

Aileen mengangguk.

"Dia pindah enam bulan yang lalu, yang kuketahui hanyalah dia seorang laki-laki, itupun dari Tansri yang mengatakannya. Mereka bilang dia itu vampir karna, tidak terlihat di siang hari."

Fira mengangguk lalu menyeruput minumannya, "Memang di malam hari dia keluar?"

Aileen mengangkat bahunya tanda tak tahu, "Eh! Tapi, ada tuh tetangga yang lain mengatakan si vampir ini keluar di malam hari dengan pakaian serba hitam."

"Lin, di dunia secanggih ini tidak ada lagi tentang vampir. Bisa jadi dia keluar di siang hari tapi, kalian tidak pernah bertemu dengannya. Maksudku, timing untuk kalian bertemu tidak pernah pas." Sanggah Fira.

Aileen melepas sedotan dari bibirnya, "Selama enam bulan? Ra, tetangga di komplekku cukup banyak yang lalu lalang, masa sih gak ada satu orangpun yang lihat dia keluar dari pintu?"

"Setan kali dianya. Nyamar gitu jadi manusia." celetuk Fira yang mulai tersulut emosi. Lagipula, Aileen aneh-aneh saja, sejak kapan vampir itu nyata?

"Hush! Omongan dijaga. Tapi, anehnya tirai jendela warnanya hitam. Apa gak aneh?"

"Warna hitam? Tuh rumah gak pengap?"

Aileen mengangkat bahunya. Ia cuma melihat tirai doang. Belum pernah masuk ke dalam rumah tersebut. Jadi, tentu gadis berambut hitam legam tersebut tidak tahu kondisinya.

Fira memutar matanya malas, "Kau kenapa sih? Mabok latihan ya? Gak biasanya tetangga kau urusi sebegini detil."

Aileen membisu. Ia menyeruput americano dengan pikiran yang bercabang-cabang. Ia baru sadar, memang ia tidak pernah sepeduli itu dengan tetangganya, mama selalu berceloteh tentang kejadian yang menimpa mereka, dan cuma dibalas singkat oleh Aileen. Tapi, tetangganya ini berbeda dari yang lain.

Aileen yakin, dia bukan setan seperti yang dikatakan Fira. Bukan juga vampir seperti yang dikatakan para tetangganya.

Apalagi, hantu seperti pendapat yang sempat melintas di kepalanya.

Fira menghela napas, "Baik, baik. Aku akan menginap ke tempatmu malam ini. Aku tidak percaya ya, tidak ada manusia yang tidak keluar dua puluh empat jam penuh." Aileen memekik kesenangan, ia tahu Fira adalah sahabat yang paling mengerti dirinya.

Fira mendengus, "Mumpung besok hari minggu juga kan? Lebih mudah memata-matai tetanggamu itu."

Aileen tersenyum lebar, dengan begini ia bisa mengetahui tetangganya itu lebih cepat dari yang ia duga. Fira, gadis yang pintar dalam memutar otaknya. Aileen kadang juga tidak mengerti dengan jalan pikiran Fira.

"Ayo, ke rumah. Aku kangen nasi goreng tante."

Aileen ikut bangkit, dan keluar dari Sensuri dengan Fira. Setelah puas berkeliling satu mall tanpa membeli apapun lagi, mereka berdua pulang dengan jasa taxi online tentunya.

♧ ♧ ♧

Fira muncul dari kamar mandi pribadi Aileen dengan satu set piyama beruang besar melekat di tubuh pendeknya. Dengan mengabaikan Aileen yang tampak tak berkedip saat melihat keluar dari jendela, ia duduk kasur sahabatnya.

Fira dan Aileen, sangking seringnya mereka menghabiskan bersama, keduanya hampir tampak seperti kembar. Proporsi tubuh mereka hampir sama, Aileen lebih tinggi dan tampak lebih berisi namun, tidak sampai terlihat seperti menimbun lemak. Fira justru kebalikannya.

"Dia belum keluar sama sekali, Ra. Apa dia sudah keluar sebelum kita pulang?" adu Aileen masih menatap ke luar dan rumah tetangganya itu terlihat gelap dari sini.

"Bisa jadi di jam sembilan. Sekarang, ayo nonton film. Sudah lama gak nobar."

Aileen langsung menoleh ke belakang sekilas sebelum kembali melirik rumah tetangganya itu. Wajahnya menunjukkan raut kebingungan. Ia ingin menonton film tapi, ia juga tidak mau kehilangan kesempatan untuk mengetahui tetangganya itu.

"Lin, ayo kemari. Netflix, kan?" ucap Fira sembari menekan-nekan tombol di remote control TV.

"E- eh? Iya. Aku ke sana." seru Aileen sembari menutup kembali tirai jendelanya, setelah memastikan terakhir kalinya, kalau sang tetangga tidak akan keluar.

Aileen duduk di sudut lain kasurnya, dan menikmati tayangan, sampai lupa jam yang mulai larut dan tetanggannya yang keluar dari rumah di jam sebelas malam.

♧ ♧ ♧

To Be Continue

♧ ♧ ♧

Tin bingungin kalian semua.

Haha, sengaja sih /evil laugh/

Gak suka aku tuh kalau kalian bisa nebak.

Kira-kira tetangganya ngapain ya keluar rumah di jam sebelas malam?

The Side Neighbour ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang