"Kau yakin, Lin?"
Aileen mengangguk yakin, tubuhnya terbalut piyama biru polos duduk di atas kasur dengan sebuah ponsel yang berada di depan wajahnya. Sedang video call dengan Fira. Waktu sudah menunjuk ke angka sembilan, masih terlalu pagi untuk Aileen menuju ke alam mimpi.
"Hanya setengah wajahnya saja?"
Aileen lagi-lagi mengangguk antusias. Ia menceritakan semua yang terjadi tadi siang. Fira hanya menyimak awalnya, karena di depannya masih ada tugas Fisika yang harus diselesaikan.
"Ra, aku semakin penasaran, selama enam bulan tidak ada yang melihat dirinya, sekarang aku melihatnya. Aku tidak tahu kaca jendelanya yang bermasalah atau-"
"Kenapa? Kau melihat sesuatu yang aneh?" potong Fira langsung, lalu kembali berkomat-kamit tentang segala rumus yang tidak dapat dimengerti oleh Aileen sama sekali.
"Bukan itu. Aku melihat guratan panjang saat ia muncul dari jendela. Aku tidak yakin dengan ini."
"Guratan panjang? Maksudmu?"
Aileen menggeleng kuat, "Sudahlah, anggap saja tadi aku ngelantur. Mataku pasti mulai rabun."
Fira menggeleng maklum, ia menutup buku tugas dan modul Fisika, merapikannya di meja belajar. Setelah itu, ia mengangkat ponselnya sejajar wajah dan bangkit dari bangkunya untuk duduk di kasur sendiri.
"Jangan buat ini semakin bingung, Lin. Sudah cukup Fisika, jangan kau lagi." Fira mendramatisir, Aileen memasang ekspresi jijik yang ia punya.
"Jangan aneh. Jam-mu untuk aneh di atas jam satu. Masih kepagian." balas Aileen pedes, hingga membuat Fira di sana hampir mengabsen satu kebun binatang, jika tidak ingat dengan dosa.
"Jangan mancing emosi ya, Lin."
Aileen hanya memasang wajah cengiran tak berdosa, "Tadi coach agak kesal."
"Pasti karna kau. Iya kan?"
"Aku kan penasaran dengan si Vino. Bayangin, tinggal sebelahan dengannya enam bulan, tapi, gak tahu rupanya, namanya saja tidak tahu. Kan malu kalau ada tamu datang tanya tentang dia. Mau dijawab apa?" celetuk Aileen yang membela diri.
"Terserahmu deh. Untung hanya aku yang tahu, kesannya kau terlihat berlebihan." jawab Fira dengan santai.
Aileen terdiam, mengingat balik kejadian selama ini, dan tergelak saat menyadarinya, "Apa aku berlebihan, Ra?"
Fira terdiam sejenak, "Orang lain yang tidak mengenalmu pasti menjawab iya. Tapi, aku tahu dirimu. Jika kau sudah penasaran, maka tingkahmu akan menjadi begini. Mencari sampai tuntas dan sempurna."
"tidak apa-apa, Lin. Jika kau benar-benar kelewatan, aku akan menegurmu sampai kau sadar."
Aileen terenyuh saat mendengar kalimat tersebut. Ia tahu jika Fira mengenal dirinya dengan baik.
"Aku tutup dulu. Mama sudah teriak diluar." ucap Fira yang disambut anggukan dari Aileen. Lalu, panggilan tatap muka tersebut terputus dalam sekejap.
Aileen meletakkan ponselnya di atas meja nakas, dan merebahkan dirinya di kasur, menatap langit-langit kamar putih. Pikirannya berkeliaran tidak jelas, padahal dia hanya memikirkan perkataan Fira. Apa dia sudah terlalu berlebihan? Dia hanya terlalu penasaran dengan tetangga tersebut.
Rasanya sedikit janggal, saat Aileen mengenal seluruh tetangganya kecuali si Vino ini.
"Sudahlah, tidur saja. Besok jangan pikirkan dia. Fokus pada pertandinganmu, tinggal beberapa bulan lagi, Aileen."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Side Neighbour ✔
Teen FictionAileen penasaran dengan tetangganya. Sang tetangga yang bahkan ia tidak tahu menahu tentang namanya, gendernya saja Aileen tahu dari tetangga yang lain, ia tinggal di sebelah rumah Aileen. Rumor mengatakan tetangganya itu adalah salah satu kaum vamp...