09

40 10 2
                                    

"Sudah diberikan ke Kak Arvin, ma." ucap Aileen setelah menemukan sang mama yang tengah membaca buku di kamar papa dan mamanya. Mama menutup bukunya, menepuk sebelahnya, meminta Aileen untuk disana, tentu saja Aileen segera melakukannya. Sudah lama tidak manja dengan sang ibunda.

"Namanya Arvin?" Aileen mengangguk, lalu merebahkan kepalanya di bahu sang ibunda.

"Arvin Arentino." timpal Aileen dengan tenang.

Mama tersenyum, ia mengelus surai anak tunggalnya, "Dia lebih tua darimu ya?" Aileen lagi-lagi mengangguk, "Beda enam tahun, ma."

"Tidak ada lagi yang dibicarakan?"

Aileen menggeleng, tetapi, raut wajahnya sedikit aneh. "Ma,"

"Iya, sayang?"

"Jangan beritahu Tansri, ya. Wajah Kak Arvin memiliki bekas luka." tutur Aileen dengan nada pelan. Mama mengiyakan, ia paham dengan kelakuan anaknya.

"Ajak dia untuk sesekali bertamu di sini. Mama tidak apa-apa."

"Ma,"

"Ya, sayang?"

"Papa belum pulang?"

Mama tersenyum lembut, ia mendekap tubuh anaknya dan mengelus pucuk kepala, "Papa agak pulang terlambat. Lembur, katanya kasus kali ini lebih berat. Papa perlu mempelajari kasusnya terlebih dahulu."

Aileen mengangguk. Ia tidak dekat dengan papa, tetapi tidak bisa dikatakan jauh juga, karena biasanya papa akan meluangkan waktu di hari minggu untuknya dan mama. Papa bekerja lebih keras untuk keluarga kecilnya. Aileen tahu itu dengan pasti.

Ia jarang menceritakan kegiatannya langsung dengan papa, tetapi, ia yakin sekali mama menceritakan Aileen kepada papa setiap malam, karena beberapa kali ia menemui tanda tangan papanya untuk surat persetujuan dan sebagainya.

"Aileen mau tidur disini." ucap Aileen dengan tatapan membujuk.

Mama menolak lembut, mengatakan bahwa putrinya sudah besar dan harus mandiri.

"Hanya hari ini. Aileen janji besok Aileen tidur sendiri. Mama, please~" ucap Aileen dengan khas anak kecil. Apalagi, saat ia mengatakan tolong dalam bahasa Inggris.

Mama mengangguk, "Hanya hari ini."

Aileen tersenyum lima jari, segera merebahkan dirinya di samping ibunda dan memeluk perut mamanya dengan posisi menyamping.

Cup

"Aileen sayang mama." ucap Aileen setelah memberikan kecupan selamat malam di pipi kiri mamanya. Aileen kembali memejamkan mata.

"Mama juga sayang Aileen. Selamanya." balas mama setelah mengecup balik pipi Aileen dan menepuk punggung Aileen layaknya me-ninabobo-kan seorang bayi rapuh.

♧ ♧ ♧

Aileen memberontak, cengkraman di pergelangan tangannya semakin kuat, Aileen hampir meringis. Fira dengan segala cara ia menarik Aileen dari kelasnya lalu membawanya ke atap sekolah.

Sekolahnya tergolong elit, dan memiliki atap sekolah yang cukup sepi pengunjung, karena lokasinya cukup jauh untuk ditempuh oleh siswa mageran seperti Aileen, maka dari itu tempat nongkrong mereka lebih banyak di kantin.

"Jelaskan tentang kemarin." ultimatum Fira.

Aileen mengelus pergelangan tangannya, beruntung tidak sampai memerah atau lebih parahnya lagi sampai membiru. "Semua yang kuucapkan kemarin sudah aangat detil sekali." balas Aileen yang masih berusaha menghilangkan rasa sakitnya.

The Side Neighbour ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang