Perlahan mendekati

20 9 0
                                    

"Kenapa? Tumben manggil gue." Aldo datang ke kelas Kean, duduk di hadapannya.

"Gue... Masih bingung sama jalan pikiran Keyra," ungkap Kean jujur, faktanya setelah mendengar ungkapan Keyra kemarin, Kean selalu gelisah. Dia merasa Keyra menyembunyikan sesuatu.

"Bingung gimana?" Tanya Aldo yang tidak mengerti sama sekali.

"Keyra nolak gue, dia gak mau terima gue. Tapi gue ngerasa kalo itu gak benar."

"Kean, denger, ya. Lo sendiri bukan? Yang bilang kalau Keyra itu berbeda. Dan itu nyatanya, Kean." Aldo terdiam sebentar. "Gue gak tau, Kean. Walaupun gue udah lama kenal sama Keyra. Tapi dia juga masih ngelarang gue, untuk masuk ke dunianya," ungkap Aldo menjelaskan.

"Maksudnya?"

"Banyak hal yang lo belum tahu tentang Keyra, Kean. Dan lo harus cari tahu itu sendiri, dan dari Keyra-nya sendiri. Lo harus buat Keyra izinin lo masuk ke dunianya."

"Segitu aja dari gue, gue yakin kok, nanti, perlahan. Keyra pasti ngizinin lo masuk ke dunianya." ucap Aldo lalu langsung pergi begitu saja.

Aldo benar, banyak hal yang belum dia ketahui. Banyak hal yang Keyra sembunyikan.

***

Tapi nyatanya seperti menunggu hujan yang tak kunjung reda, Kean belum bisa mengerti Keyra. Lagi-lagi dia kembali gelisah dan cemas.

Andra datang menghampiri Kean, lalu duduk disampingnya. Sambil sesekali memainkan gitar dan menyanyikan sebuah lagu.

"Lo kenapa?" Tanya Andra yang fokusnya teralihkan karena melihat Kean diam saja sedari tadi.

"Gak."

"Gak apa? Kalo ditanya tuh jawab yang bener."

"Gua gak apa-apa."

Andra geleng-geleng kepala, terkadang Kean seperti seorang perempuan, sulit sekali dimengerti.

"Ndra..."

"Kenapa?"

"Nyanyiin gua lagu dong, tapi yang nenangin jiwa, hati dan pikiran."

"Wah, gak normal nih anak."

"Apanya yang gak normal?" Tanya ujang yang tiba-tiba datang.

"Ini si Kean, masa minta dinyanyiin lagu sama gue. Biasanya kan kalo gue nyanyi, dia marah-marah."

Ujang menepuk bahu Kean, lalu ikut duduk di sampingnya.

"Kean, Lo gak bisa kayak gini terus."

"Terus gue harus gimana, Jang?"

"Berjuang."

Satu kata, tapi penuh makna. Apa selama ini Kean belum berjuang? Apa selama ini Kean tidak menghasilkan apapun dari perjuangannya?

"Gue kan udah berjuang selama ini, Jang. Lo tahu itu."

"Tapi kalo lo benar-benar sayang, lo gak akan pernah berhenti berjuang, Kean."

"Gue bukan lagi berhenti berjuang."

"Terus?"

"Gue lagi mengumpulkan energi, buat berjuang lebih keras lagi."

Ujang dan Andra yang berada disitu tersenyum, mereka paham sekali. Semua ini memang tidak mudah. Tapi mereka percaya, Kean mampu melewatinya.

"Kean, Keyra itu langka banget loh. Kalo dipikir-pikir siapa sih yang mau menolak seorang Kean? Ya, gak, Jang?" Tanya Andra kepada Ujang.

Ujang mengangguk. "Secara gitu kan, lo cakep, pinter juga, anaknya baik, ya, walaupun kadang suka gak normal. Tapi not bad lah."

"Lo berdua itu lagi muji apa ngehina?"

"Dua-duanya lah, Kean. Biar adil," sahut Andra tertawa keras.

Kean hanya bisa menghela napas kesal, dia tidak tahu apakah kedepannya Keyra mau mengizinkan dirinya masuk ke dunianya.

***

Pagi-pagi sekali, Kean menunggu Keyra di depan komplek rumahnya. Tempat terakhir dia mengantarkan Keyra pulang.

Kean menunggu dengan duduk di atas motor dan menatap sekitar.

Seseorang menepuk pundaknya dan membuat Kean menoleh.

"Keyra?"

"Ngapain disini? Nunggu gue?"

Kean bingung sendiri ditanya seperti itu, walaupun memang benar adanya pertanyaan Keyra barusan.

"I-iya, lo mau berangkat ke sekolah bareng gue gak?" Tanya Kean hati-hati.

Keyra tersenyum. "Kean, lo tahu gak sekarang lo itu lagi ngapain?"

"Lagi mau ajak lo berangkat ke sekolah."

"Lo gak lelah?"

Kean diam, lagi-lagi entah kenapa pertanyaan Keyra membuatnya bungkam dan tidak bisa menjawab dengan benar.

"Gua gak akan lelah untuk orang yang gue sayang, Key."

Sekarang gantian Keyra yang diam, dia menatap sepatunya. Ternyata, ikat tali sepatunya terlepas, Keyra menghela napas.

Ada-ada saja batinnya.

Keyra yang awalnya ingin membenarkan tali sepatunya langsung terhenti, ketika Kean tiba-tiba jongkok di hadapannya. Kean menalikan tali sepatu milik Keyra yang terlepas. Keyra tidak bisa menolak.

Setelah selesai, Kean berdiri lalu tersenyum hangat. "Mau berangkat bareng gue gak?"

"Kean..."

"Key, sebelum lo bicara lagi. Boleh gak? Kasih gue kesempatan. Buat mengenal lo, dan bisa buat lo nyaman. Gapapa, walau hanya sekedar menjadi teman."

Keyra menatap Kean, Kean ternyata belum juga menyerah.

"Lo gak perlu minta ijin buat itu, Kean. Karena gak ada larangan untuk siapapun yang mau menjadi seorang teman. Bukannya selama ini kita sudah berteman?"

Kean mengangguk mengerti, semuanya masih butuh proses dan waktu.

Semoga suatu saat nanti, kita bisa menjadi lebih dari teman batin Kean.

Akhirnya mereka berangkat ke sekolah bersama, tidak ada lagi alasan untuk Keyra menolak. Ibarat Kean saat ini sudah dia anggap seperti Aldo. Temannya.

***

Halo guys, selamat membaca :)
Semoga harimu menyenangkan dan menenangkan ;)
Ig author : @fdlhchikaa___


Keyra, Kean & Kenyataan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang