Perasaan yang berbeda

28 9 0
                                    

Mely menempelkan stiker ke box yang sudah dibuatnya semalam itu. Dia ingin memberikan Aldo hadiah, sudah lama sekali dia ingin memberikan hadiah kepada Aldo. Tapi, perasaan takut ditolak itu selalu ada di dalam hatinya.

Mely melihat Aldo yang berjalan menuju ke arahnya, sebenarnya bukan ke arahnya. Melainkan ke arah kelas mereka.

Mely memandang Aldo yang sedang berjalan itu, dilihat dari mana pun, Aldo selalu memberikan tembok pembatas ke siapa pun. Jarang yang dekat dengannya. Bukan tidak ada yang mau berteman dengan Aldo, melainkan Aldo-lah yang menjaga jarak dengan semua orang kecuali Keyra.

Mely tersenyum, sudah hampir 3 tahun dia menjadi teman dekat Keyra. Tapi, tidak pernah sekalipun mengobrol berdua dengan Aldo.

Ternyata kita memang sejauh itu, Al. Gumam Mely.

"Lo ngomong apa?"

Mely tersentak kaget, ternyata Aldo sudah ada tepat di hadapannya.

Mely menggeleng. "Enggak, gak ngomong apa-apa kok," ucapnya terbata.

"O-oh yaudah minggir, gua mau lewat."

Mendengar itu otomatis Mely langsung menggeser badannya.

"Jangan dijalan, banyak orang yang mau lewat." Setelah mengucapkan kata-kata itu Aldo langsung masuk ke kelas.

Mely menunduk, lalu menghela napas. Ternyata tembok pembatas itu semakin tinggi dan tebal. Ketika sudah dihadapan Aldo dia tidak bisa berkata apa-apa karena posisinya yang terlalu dekat. Padahal kalau bersama Keyra, dia pasti sudah berani menyuarakan isi hatinya.

Payah banget lo, Mel. Batin Mely.

Mely menatap box yang sudah disiapkannya itu, mungkin box ini juga akan berakhir di tempat sampah sama seperti nasib box-box lainnya.

"Mel," Mely menengok, ternyata Keyra yang memanggilnya.

"Key, eh berangkatnya bareng sama Kean?"

"Iya nih, lo ngapain?" Tanya Keyra, lalu melihat box yang sedang dipegang Mely.

Keyra melihat ke dalam kelas, ternyata ada Aldo disana. Keyra yang mengerti situasi, langsung mengambil box itu dan masuk kedalam kelas.

"E-eh Keyyy, balikin siniii. Itu punya gue," teriak Mely, karena takut Keyra memberikannya ke Aldo.

Keyra tidak peduli, lalu langsung duduk di hadapan Aldo. "Ngapain lo?" Tanya Aldo tidak peduli.

"Nihh." Keyra memberikan box itu ke Aldo.

"Ini kan pemilik dari box itu, Mel?" Mely yang ditanya hanya bisa diam saja.

"Ini apa?" Tanya Aldo.

"Itu dari Mely, Al. Lo harus terima, Karena dia buatnya pake hati."

"Kalo gue gamau terima gimana?"

Keyra langsung menendang kaki Aldo. "Aduhh sakit kali, lo ngapain sih nendang-nendang?"

"Gatel kaki gue."

"Udah, gua mau ke kantin," ucap Aldo lalu langsung pergi begitu saja. Mely hanya diam di tempatnya. Dia tidak berusaha menjelaskan ataupun mencegah apa yang Aldo lakukan. Karena itu semua adalah haknya.

Keyra menghampiri Mely. "Mel, sorry ya."

"Kenapa elo minta maaf, Key?"

"Karena.."

"Karena Aldo gak nerima hadiah dari gue?" Keyra mengangguk, dia benar-benar merasa bersalah.

"Ini kan bukan salah lo, gapapa, Key. Lo tau kan ini bukan yang pertama kalinya?"

Keyra langsung memeluk Mely. "Nanti gua akan kasih Aldo pelajaran, Mel. Lo tenang aja."

Mely tersenyum, dia ingin sekali menangis, hatinya sakit sekali. Tapi dia tidak ingin membuat Keyra semakin merasa bersalah.

Kean yang sedari tadi diam dan memperhatikan kejadian barusan langsung berlari menyusul Aldo, entah kenapa ada banyak hal yang harus dia tanyakan.

Kean mengejar Aldo, ternyata Aldo bukan ke kantin. Melainkan ke rooftop sekolah. Kean mengikutinya, tanpa sepengetahuan Aldo.

Aldo mengambil rokok sebatang yang selalu disimpannya di saku baju. Ketika ingin menyalakan api, seseorang langsung merebut rokoknya itu dan menginjak rokok milik Aldo dengan sepatunya.

"LO MAU MATI?" ucap Aldo langsung menarik kerah baju orang tersebut.

"Bunuh aja gua, kalo lo bisa lega," ucap Kean menatap matanya tidak takut.

Setelah mengetahui kalo itu adalah Kean, Aldo langsung melepaskan kerah bajunya. Sebenarnya dia ingin sekali meninju wajah Kean, tapi tidak dilakukannya, karena malas bila nanti Keyra marah kepadanya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Aldo dingin.

"Ini kan tempat umum, bukan tempat milik lo."

"Terserah," ucap Aldo lalu mau pergi, tapi Kean langsung menahannya dan mengajaknya duduk.

"Duduk dulu, biar lo gak marah-marah. Kayak cewek PMS aja."

Walaupun kesal dengan Kean, Aldo tetap mengikuti saran Kean. Dia duduk lalu memandang langit.

"Ada hal yang lo sembunyiin dari Keyra?" Tanya Kean hati-hati.

"Kalaupun ada, gua gak akan kasih tau ke elo."

"Berarti ada."

"Gak usah ikut campur urusan gua sama Mely."

"Lo kenapa sama Mely? Sesusah itu nerima barang yang udah susah payah di buat sendiri?"

"Gua gak mau kasih harapan yang gak pasti."

"Tapi, kan lo bisa tinggal terima aja. Biar dia merasa dihargai."

"Cewek tuh gak kayak gitu, Kean. Mereka kalo sekali udah diterima, nanti mereka akan menganggap cowok itu suka dengannya. Nanti kalo gua terima, dia cuma akan kegeeran."

"Kan lo bisa jelasin itu baik-baik, Al."

"Gak akan bisa, Kean. Mereka gak akan ngerti, harusnya dengan gue yang gak pernah ngobrol sama dia aja, itu udah tanda kalo gua gak suka, kan?"

Kean mengangguk, dia mengerti. Apa seperti ini perasaan yang dirasakan Keyra ketika Kean bicara kalau dia menyukainya? Apa setidak suka itu?

"Jangan samain gue sama Keyra, jalan pikir Keyra itu berbeda. Lebih sulit dari jalan pikir gue."

"Berarti lebih sakit lagi rasanya."

"Pokoknya Keyra itu emang susah, Kean. Gak semudah itu lo ngedeketin dia."

"Gue ngerti kok, gue juga gak bisa maksa perasaan orang lain untuk sama dengan perasaan yang gue rasakan, kan?"

***

Heloo guys, follow Ig author ya @fdlhchikaa___
Jangan lupa vommentnya

Happy reading❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keyra, Kean & Kenyataan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang