Seandainya jika ada sebuah pilihan antara melanjutkan masa depan atau kembali pada masa lalu. Yoongi akan menentukan untuk kembali pada masa lalu, sekiranya ia bisa merubah segala hal dan hasrat dirinya untuk tidak mencintai wanita itu. Hingga langkah pada masa depannya tidak akan selalu bercermin pada masa lalu, karena itu sangat menyakitinya.
Ada sebuah dosa yang terjadi hari ini, karena Yoongi yang memang berusaha menipu dirinya sendiri. Beralibi gila dengan perasaanya, terlalu menyangkal bila ia tidak akan kembali mual hanya karena menyentuh Youra.
Napasnya terengah-engah, begitu lelah untuk sekitar tiga kali ia keluar masuk toilet. Walau sekadar mengingat beberapa jam lalu, membuat Yoongi sangat tidak tahan untuk mengeluarkan segalanya. Ia sangat tidak bisa menahannya. Rasa sakit itu benar-benar berhasil merenggut kepercayaan Yoongi. Ia takut, selalu takut. Bahkan Yoongi merasa bahwa keputusannya lebih dari gila untuk tetap berkencan dengan gadis itu. Haruskah ia membatalkannya atau tidak?
Yoongi bersandar malas pada sisi bawah tidurnya, memandangi jauh melewati perbatasan langit di sana dari jendela apartementnya. Terdiam sejenak, mengatur napas, lalu membisu. Hingga salah satu dering yang berasal dari benda pipihnya membuat Yoongi lekas melirik. Nomer itu asing, Yoongi kembali berpikir sebelum kemudian mengangkatnya.
"Apa kau baik-baik saja?"
Hampir tidak sadar, Yoongi tersenyum.
"Kau mengkhawatirkanku?"
Itu Youra. Suaranya sangat jelas terdengar, membuat Yoongi segera menyadari bila di seberang sana adalah gadis yang berhasil membuatnya tidak bisa merasakan satu perasaan utuh.
"Tidak juga, sih. Aku hanya sedang berpikir. Eumm, mungkinkah kau kembali merasa mual? Maksudku, jika begitu bukankah lebih baik untuk tidak berkencan."
Gadis itu terkekeh ringan, kedengarannya agak hambar. Yoongi memilih untuk terdiam, menikmati suara di sana yang mengalun ragu dengan jeda yang cukup panjang. Youra tetap bersikukuh, tapi Yoongi memutuskan untuk jauh lebih bersikukuh.
Gadis itu kembali melanjutkan suaranya. "Ya, sebenarnya aku sudah mempunyai kekasih. Dia pria yang kaya. Jadi kurasa aku tidak bisa berkencan denganmu."
"Jangan berkhayal, Youra. Tidak ada pria kaya yang mau denganmu."
"Hey! Kau tahu rasanya sulit bagiku untuk menyusun kalimat penuh dengan kelembutan seperti ini hanya untuk membujukmu agar tidak melakukan kencan denganku."
Gadis itu berteriak cukup kencang, membuat Yoongi sejenak menjauhkan ponselnya. Sejujurnya, seorang penyanyi seperti Ariana Grande mungkin akan jauh lebih menyenangkan bila mendengar oktaf tertingginya. Yoongi hanya tersenyum.
"Mengapa kau tetap bersikukuh untuk berkencan denganku? Aku sudah mengatakan kepadamu bahwa aku bisa saja menarik kata-kataku saat itu."
"Kau takut jatuh cinta padaku, Youra?"
Terdengar lagi bagaimana gadis itu yang tertawa menjatuhkan. Terkesan terkekeh merendahkan.
"Aku? Kau serius? Kau pasti mendengar tawaku yang menyebalkan, dan itu adalah jawabanku bahwa aku tidak mungkin jatuh cinta padamu."
"Lalu, siapa yang mengatakan 'aku menyukaimu' kepadaku dan siapa yang terlebih dulu mengajakku berkencan selain kau, Youra."
Yoongi mampu mendengar suara Youra yang menggeram marah, tapi seperti tertahan. Tidak hanya itu, suara yang lain seperti sebuah hantaman pada seonggok bantal yang tidak bersalah-itu terdengar jauh lebih menguasai. Yoongi tahu, Youra sedang merasa tenggelam, terjatuh melampaui dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
(REVISI DULU) Sequoia || Min Yoongi Fanfiction ✔
Fanfiction(PROSES REVISI-END) Semua orang mengatakan bahwa masa lalu adalah sebuah sejarah yang berbeda tentang hari ini. Namun, bagi Yoongi semua waktu adalah sama. Mencintai dimasa lalu, bukan berarti harus mencintai dimasa sekarang. Perceraian yang terjadi...