Chapter 3 | Candid

1.4K 236 38
                                    

Seharian ini terlalu rumit bagi Yoongi jika hanya merenung sembari bergelut dengan berbagai tugas sebagai dosen. Apartement sudah selayaknya hutan belantara yang berantakan, membuatnya enggan untuk sementara waktu berdiam diri di balik bantal dan selimutnya. Lantas, memilih pada jam delapan malam untuk menyantap ramyun di sebuah supermarket. Berdialog bersama seorang pria di seberang sana melewati rintihan suara speaker nyaring di balik benda pipihnya.

"Aku tidak mengerti, mengapa aku yang harus menggantikanmu sebagai dosen, Hyung."

"Kau jenius, Yoon. Bagaimana bisa aku melepaskan tanggung jawabku pada orang lain sedangkan ada kau yang bisa kupercayai. Lagi pula, aku benar-benar sibuk untuk sekarang karena perusahaan ayahku mengalami penurunan saham. Tolong mengerti sedikit."

Yoongi menjeda kalimatnya sejenak hanya untuk menelan beberapa baris sisa ramyunnya. "Terserah."

Pada akhirnya Yoongi juga yang memutuskan sambungan itu secara sepihak, membuatnya segera memasukkan kembali ponselnya dan juga menghabiskan sisa ramyunnya.

Siapa yang tidak kesal jika tiba-tiba diberi tanggung jawab dengan alasan yang menurutnya cukup menyebalkan. Sejak awal Yoongi tidak berniat menggeluti bidang menjadi seorang pemateri dalam perkuliahan. Bahkan Yoongi membenci pada sebuah keramaian, pada situasi yang tidak menyenangkan, terlalu enggan memandangi satu persatu semua orang. Bagi Yoongi, itu menyusahkan, tidak ada pengaruh apa pun untuk kehidupannya.

Sekali mendongak, Yoongi menemukan satu presensi yang sangat tidak asing baginya. Berjalan, bersenandung layaknya sedang gila. Dia gadis pembalut, vending machine dan pencuri, ya, kan? Yoongi semakin dibuat penasaran. Dia melihat kedua kaki gadis itu memasuki supermarket yang saat ini sedang ia kunjungi.

Rasanya seperti de javu. Tunggu, jangan katakan gadis itu akan melakukan hal yang sama seperti beberapa hari yang lalu. Astaga, sejak kapan Seok Jin mempunyai mahasiswa pembangkang seperti itu. Jika begitu, Yoongi semakin terasa terbebani, tahu. Sial.

Yoongi mencoba mengacuhkan dirinya sendiri. Ia memilih meneguk sebotol air mineral. Namun, ia tetap tidak bisa mengalihkan pandangannya pada cermin yang bertengger di atas kepalanya itu. Gadis itu berulah kembali, semakin tidak wajar. Ya Tuhan.

"Seok Jin sialan!"

Yoongi bergerak melempar botol kosong itu ke tempat seharusnya. Kakinya di paksa melangkah grusar sekaligus menahan amarah yang semakin berapi-api. Yoongi tidak bisa menahan diri untuk tetap membiarkan gadis itu berulah semakin gila. Bagaimana pun dia tetap mahasiswanya.

Sequoia

"Sudah aku katakan, berhenti untuk bertingkah tidak wajar, Youra."

Leechie menggeram marah, menatap Youra yang saat ini sibuk menelan berbagai makanan yang di sediakan Leechie. Sejak semalam gadis itu memang tidak makan, hampir tertidur di kantor polisi jika saja Leechie tidak segera datang dan meminta keringanan pada pemilik supermarket atas kesalahan Youra. Untung saja mereka meringankan hukuman Youra, gadis itu hanya diberi teguran.

Hingga di mana Leechie membawa Youra memasuki unit apartementnya. Kedua pendengarannya melulu menerima rengekan Youra untuk tidur selama semalam. Lihat, bahkan gadis itu terlihat lebih lapar dan cukup mengkhawatirkan. Seperti anak kucing yang ditinggalkan induknya bertahun-tahun.

"Yoongi Sunbae sudah mengetahui kelakuanmu. Jadi, kumohon hentikan, Youra." Leechie meletakkan segelas air mineral di hadapan Youra.

"Tentang orang itu. Kau tahu, dia seperti menguntitku kemana pun. Dalam satu hari aku bisa bertemu dengannya sebanyak tiga kali," gumam Youra dengan mulutnya yang terlalu penuh akan pasokan makanan. Sembari menunjuk Leechie dengan sumpitnya.

(REVISI DULU) Sequoia || Min Yoongi Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang