peran dari luka
.
.
.
Senin adalah hari yang sibuk. Frank selalu mengamati Ayah turun dengan tergesa-gesa tanpa menyentuh sarapan, Abang pergi bersama lelah hasil begadang dan Nanon yang kelupaan bekal karena tugas upacara. Semua orang sibuk, kecuali dirinya. Tapi Frank tidak perduli, karena seberapapun usahanya untuk terlihat, hasilnya akan tetap sama. Frank tidak akan pernah menjadi kebanggaan Ayah selayaknya Abang yang prestisius. Juga tidak akan pernah menjadi kesayangan Papa selayaknya Nanon yang penurut. Dia hanya akan jadi Frank. Pemberontak Vihokratana, bagian dari aib yang tidak pernah di publikasi, orang-orang lebih suka mengenalnya sebagai Vihokratana gagal."Nanti sore jangan bolos les lagi ya kak. kalau Ayah tau kamu bakalan di marahin." Kata Papa ketika Frank menyelesaikan suapan terakhir sarapannya. "Kakak udah kelas dua belas, udah harus fokus mikirin ujian masuk perguruan tinggi. Keluyuran, nongkrong sama mainnya dikurangin dulu ya?"
"Iya pa."
Papa tersenyum teduh, mengelus rambut Frank pelan sebelum pamit duluan ke kantor. "Hati-hati bawa motornya. jangan kebut-kebutan ya. Papa berangkat."
Frank selalu bertanya-tanya, alasan tentang Kenapa Papa tidak memilih untuk mencium keningnya. Seperti ketika Papa berpamitan pada Abang dan Nanon. Apa yang berbeda? Bukankah Frank juga putra Papa? Ntahlah, tiap kali Memikirkan ini Frank akan lebih mudah emosi, tidak mampu mengontrol diri dan berakhir menjadi sensitif seharian. Frank beranjak, pergi dengan seragam namun tidak ke sekolah. Frank butuh untuk tenang, setidaknya mencoba terbiasa atas dirinya yang tidak pernah merasa adil.
...
Senin pagi tidak sepadat milik orang-orang. Beberapa sedang terlena di warung belakang sekolah sambil menikmati soto ayam dan segelas air mineral. Ada juga yang memilih bakso tapi nasi goreng tetap jadi menu utama. Perth mungkin berandal dan urakan tapi poin lebihnya dia setia kawan. Saat Frank bilang akan bolos maka Perth dengan senang hati menyusul."Tuan muda Vihokratana kenapa nih?" Perth memulai, sambil melirik pada Pawat yang termakan bujuk rayu bolos pagi. Tapi Frank cuma menyahut ala kadarnya, tidak lekas memperjelas situasi. Mungkin dirinya masih enggan dan Perth hanya perlu untuk diam atau sebaiknya ia ikut bergabung dengan Pawat dan menu sarapan tidak sehat.
Di jam sekolah, berlatar warung budhe Jen dengan riuh anak-anak kelaparan sedang memesan bakwan, Fiat tiba-tiba datang menyusul, sambil mengatur nafas juga mencuri segelas es teh Pawat.
"Anjing lo Fiat." Seru Pawat kesal. Hampir-hampir keselek kuah bakso. "Muntahin gak?! Muntahin cepet. gak ikhlas nih. gue doain lo berak keluar biawak."
Fiat mencibir. "Pelit banget lo anak setan."
Perth diam, maklum akan kondisi Fiat yang telat bergabung karena hampir terdesak dewan kedisiplinan, perlu otak cerdik untuk bebas di jam rawan seperti ini kalau tidak ingin ketahuan osis dan basecamp berpotensi di grebek.
KAMU SEDANG MEMBACA
H O M E S A T I O N
FanfictionHOMESATION; Rumah publikasi atas dedikasi TayNew membangun rumah. Tidak ada pihak yang boleh dihakimi. Hanya bagian dari yang sedang bersalah dan ingin berubah. . . . Warn! bxb- Start (20200816) Finish (20220125)