Aku adalah siapa
.
.
.Nanon tidak pernah setuju tentang orang-orang dan asumsi bungsu adalah 'manja'. Rasanya ia tidak begitu. Tapi mengapa realita justru mengatakan sebaliknya? Chimon bilang bahwa Nanon beruntung karena punya Bang Phem dan Kak Frank, padahal tidak. Ia justru terkekang.
Meski hanya berbeda 1 tahun, Frank selalu merasa bahwa Nanon adalah adik kecil. Sikap 'melindungi' kakaknya selalu berlebihan.
Nanon pernah bilang, dia suka kawan-kawan Frank karena lucu dan berisik. Namun setelah itu mereka tidak pernah lagi mampir kerumah. Saat Nanon tanya kenapa, Frank dengan mudah menjawab. 'Males, ntar lo suka beneran.'
Jangan kira Frank adalah kakak yang mengayomi. Salah. Justru mereka jarang akur. Lebih sering adu mulut dan pukul-pukulan bahkan untuk hal sekecil indomie kuah atau goreng. Ada saja yang jadi bahan perdebatan, Pleum sudah angkat tangan kalau disuruh melerai. Sering Nanon berburuk sangka kalau Frank itu ternyata kakak gadungan.
"Dek, tadi ayah liat ada ibu-ibu dijambret di depan."
Nanon menoleh pada Ayah, tidak lagi mengerjakan persamaan sudut deviasi. Fisika bukan keahlian Nanon, kalau buntu biasanya ia minta diajari Bang Phem. Tapi Bang Phem sudah izin pulang terlambat.
"Depan mana?" Tanya Nanon penasaran. Ayah duduk di sofa sambil fokus menonton tv sedangkan ia duduk di karpet pura-pura belajar. "Ayah tolongin?"
Ayah menggeleng. "Enggak, kan jambretnya di depan TV mana bisa ditolongin."
Nanon mendengus jengkel, lagi-lagi dia kena jokes tua sialan. Ayah memang begitu, suka bercanda garing, makanya rumah jadi berisik. Apalagi kalau Frank sudah protes dan Papa ikutan mencibir, ruang tengah berubah seperti pasar. Ribut sekali.
Frank dan Papa jadi komplotan sedangkan Nanon dan Ayah akan bersekutu. Kalau Bang Phem gausah ditanya, sudah pasti pihak netral.
"Tadi kak Frank udah makan, dek?" Papa datang dan duduk disebelah Ayah, kelihatan lebih fresh karena mandi.
"Kata si mbak udah Pa."
Papa menghela nafas, kelihatan lelah karena seharian fokus mengurusi bisnis. Sementara Ayah tersenyum maklum, menarik kepala Papa agar menyender dipundaknya. Tidak perlu kata, Nanon meyakini mereka baru saja saling menguatkan.
Nanon tidak begitu mengerti masalah Frank. Apalagi sampai membentak Papa, ia ingin kakaknya segera menyudahi perang dingin ini. Rumah terasa berbeda semenjak malam itu. Tapi Frank dengan jelas memblokade dirinya dari orang-orang.
"Assalamualaikum."
Bang Phem baru saja membuka pintu, melepas sepatu dan meletakkan di rak. Papa dan Ayah kompak menoleh. Dulu Nanon ingin cepat-cepat kuliah seperti Bang Phem karena tidak harus bangun pagi dan pakai seragam. Tapi sekarang tidak, jadi Mahasiswa ternyata ribet, bukunya tebal, tugasnya seabrek dan jarang punya waktu luang, bahkan untuk sekedar tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
H O M E S A T I O N
FanfictionHOMESATION; Rumah publikasi atas dedikasi TayNew membangun rumah. Tidak ada pihak yang boleh dihakimi. Hanya bagian dari yang sedang bersalah dan ingin berubah. . . . Warn! bxb- Start (20200816) Finish (20220125)