07. M I N G G U

1.8K 242 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.


Tidak ada rutinitas pagi ketika akhir pekan. Kebanyakan memilih tidur sehabis begadang main game tadi malam. Para krucil dibiarkan bangun sesuka hati. New memaklumi soal kualitas tidur anak-anak yang semakin menurun. Purim dihadapkan tugas dan laporan seabrek sementara Frank bertahan dengan ujian dan tekanan. Cuma akhir pekan saja mereka bisa agak santai. Jadi, yasudah.

"Anak kamu barbar banget hin." Tawan membuka obrolan sambil memberesi ruang tengah yang amburadul bekas euforia main resident evil semalam. Kadang dikatai tidak becus oleh Frank kalau mati ditengah permainan.

"Turunan Vihokratana sih." New balas tidak mau kalah.

Tawan tertawa, tidak menyanggah hipotesa. Minggu pagi selalu diawali dengan perdebatan manis. Meski kadang tidak mengalah. Tawan tetap menikmati kebersamaan. Bunyi vacuum cleaner memenuhi ruangan. remahan keripik kentang berserakan diatas karpet bulu kesayangan. Jelas ulah Nanon yang semalam teriak-teriak heboh padahal mulut penuh chitato.

Bersih-bersih jadi agenda, ketika asisten rumah tangga hanya datang sampai hari sabtu. New akan bangun pagi untuk rumah dan Tawan datang membantu. Sementara para krucil kebagian membersihkan kamar sendiri. New lumayan tegas soal ini, biar mandiri meski sekedar basic.

Purim yang pertama turun, rambut kusut dan gelas kosong jadi hal biasa. Kadang-kadang dibarengi bungkus jajan kalau tugas lama selesai. Baru disusul Frank dengan langkah gontai dan mulut menguap lebar. Duduk di pantry table sambil mengumpulkan nyawa.

Yah, jam delapan lewat lima dan hilal kehidupan baru terlihat.

"Sarapan bubur depan komplek bang?" Tawan menawari dan Purim setuju. Tadinya memang niat begitu. Cuma masih mager aja. Vibes akhir pekan memang leha-leha.

"Ikut weh." Frank menyahut lemas, masih dengan usaha membuka mata. Selain jago motoran dan main game, Frank juga jago kalau urusan susah bangun. Kebo betul. Disiram air juga tidak mempan. "Tungguin. Cuci muka dulu."

"Bangunin Nanon sekalian kak." Perintah Tawan dan Frank cuma balas seadanya. Kentara ogah-ogahan kalau disuruh masuk kamar Nanon yang penuh dengan stuff JKT 48. Rela tidak jajan demi bisa nonton konser mereka. Padahal kalau mau dia bisa saja minta Papa, tapi syaratnya memang harus juara kelas dulu, sementara Nanon stuck diperingkat sepuluh terbaik. Minimal usaha dulu kan bisa.

Jarak rumah sampai depan komplek tidak lebih dari 100 meter dan Tawan pakai alternatif jalan kaki biar sehat. Frank ganti pakai hoodie sedangkan yang lain tim kaos garis keras. Ngobrol santai sambil menyapa beberapa tetangga yang lewat. Kalau hari biasa tentu tidak bisa, Tawan bekerja dari pagi sampai petang kadang bisa sampai tengah malam kalau lembur dan yah bersosialisasi jadi kegiatan yang agak sulit dilakukan. Tapi bukan berarti tidak pernah.

"Pagi pak Tawan." Kang bubur yang sudah jadi langganan langsung menyambut ramah. "Hari ini bawa personil lengkap ya."

Tawan balas tertawa, "Iya nih, biar makin rame jualannya." Katanya sambil mengambil duduk disebelah New. "Buburnya lima kang, tiga jangan pedes."

H O M E S A T I O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang