Berbarengan dengan adzan isya, pintu depan berbunyi. Spontan aku melempar handphone ke seberang sofa sebelum melangkah lebar ke lorong depan.
Mataku membelalak melihat Mas Awan yang memakai masker dan rambutnya acak-acakan dari biasanya. Dia menenteng plastik putih berlogo apotik.Bergegas kuhampiri dan mengambil alih tas ranselnya.
"Sakit, mas?" Tanyaku.
Dia menggeleng.
Diliat darimanapun juga dia sakit. Sampai pakai masker segala.
Tapi aku tak bertanya lebih lanjut karena dia langsung pergi ke kamar.
Aku kembali ke sofa tengah dan melanjutkan permainan cacingku. Di jam segini biasanya banyak yang main jadi makin banyak cacing yang bisa dimakan.
Suara pintu kamar mandi yang menutup menandakan Mas Awan baru saja masuk ke dalam. Selang beberapa menit, dia berjalan ke meja makan. Dari telingaku, kutangkap cara berjalannya yang agak terseok.Aku meletakkan handphone dan menyusul ke meja makan.
Dia sudah melepas maskernya. Untungnya tak ada hal-hal aneh seperti bibir bekas tonjokan orang atau semacamnya.
"Masak apa?"
Aku mengernyitkan dahi. Suaranya agak berbeda.
"Cah sawi-tahu."
Lalu dia dengan cepat menatapku, "Sawi?"
"Eh," aku terkesiap, "Nggak suka lagi?"
Responku terlalu spontan dari lubuk hati. Baru kali ini kutemui orang yang tak suka berbagai macam makanan. Apel, selai kacang, sawi. Besok apa lagi?
Dia menggelengkan kepala, "Suka."
"Kok kaget tadi?"
"Kamu bisa masaknya?"
Bertanyanya memang biasa, tapi makna pertanyaannya seakan membuat profil diriku makin terlihat jelek karena tak bisa memasak. Pasti dia tau dari rasa nasi goreng kemarin pagi.
Aku menarik nafas pendek sebelum menjawab singkat, "Dibisain."
"Yakin bisa dimakan?"
Kali ini aku menutup tudung saji dengan cepat. Lalu bergerak untuk mengambil handphoneku.
"Mau makan apa? Biar kupesenin." Aku siap membuka aplikasi jasa antar makanan.
Mas Awan menahan senyum. Aku jelas melihatnya. Ujung bibirnya sedikit tertarik ke samping.
Dia menertawakanku?
"Mas," aku mendekatinya, "Ayo mau pesan apa keburu malem."
Dasar tukang pemilih makanan. Kalau tau dari tadi dia ragu dengan masakanku, aku tak perlu susah payah menghabiskan kuota internetku untuk mengulang berkali-kali tutorial memasak sambil menahan uap air di dalam panci mengenai wajahku.
"Ayam goreng kremes," jawabnya pelan.
Aku mencari resto ayam goreng kremes sebelum memesan satu porsi tanpa nasi. Mubadzir kalau nasi di rice cooker tak dimakan.
"Udah. Tunggu." Handphoneku kuletakkan di atas meja makan sementara aku berjalan ke sofa ruang tengah, hendak melanjutkan drama Korea yang terakhir kutonton tadi malam. Mas Awan kudengar berjalan ke ruang kerjanya.
Perutku melilit saat baru beberapa menit menonton. Aku mengganjalnya dengan beberapa jelly dan kue kering.
Handphoneku berbunyi.
"Halo mas?" Sapaku ke Abang pengirim ayam kremes.
"Unit nomor 19 lantai 5 ya kak?"
"Iya mas, naik aja."
"Siap. Meluncur."
Aku mengucapkan terimakasih saat menerima bungkusan nasi ayam kremes tersebut dari mas-mas berseragam hijau yang tak beberapa lama sudah berada di depan pintu.
Aku membawanya ke meja makan untuk dipindah ke piring. Mangkok berisi cah sawi tahu kusingkirkan ke samping wastafel. Aku akan membuangnya nanti.
"Mas, ayamnya udah siap," teriakku sambil bersiap duduk.
Rasanya sekarang cacing di perutku siap memakan ususku kalau aku tak segera mengisi perut dengan nasi.
Aku mencentong nasi dan menaruhnya dalam dua piring dengan porsi yang sama. Uap hangat menguar harum.
"Cuma pesan satu?" Mas Awan menatap sepotong dada ayam di atas piring.
"Kan cuma mas yang pesan."
"Oh."
Aku memindahkan ikan sarden ke piring nasiku. Mataku sangat terberkati melihat makanan di depanku yang siap mendamaikan para cacing rakus di perut.
Aku harap mereka tak seperti Mas Awan, pilih-pilih makanan. Jangan sampai ketika sudah masuk ke perut, mereka akan minta dipesankan bakso atau kentang goreng.
Seperti sebelum-sebelumnya, kami makan tanpa obrolan. Sesekali kulirik dia yang makan dengan tangan. Untungnya dia terlihat lahap. Bahkan sampai menggigiti daging-daging terakhir yang melekat di tulang.
Bisa kupastikan ini adalah makan malam ternikmat yang pernah kulihat darinya.
Tanpa sadar aku tak menghabiskan isi piringku namun sudah berdiri kemudian menaruhnya begitu saja ke dalam wastafel.Aku juga menarik piring berisi tulang-tulang ayam yang sudah selesai dimakan sebelum membawanya menyusul piringku. Tak peduli masih ada Mas Awan yang masih duduk di meja makan sambil menyesap teh hangat menuju dingin itu.
Biasanya aku akan merapikannya setelah dia pergi. Kali ini aku juga tak mood mencuci piring, malah kembali menonton drama Korea dengan pikiran kalut.
Sampai pukul 9 aku menghabiskan episode 4 ketika mata tak kuat lagi terbuka. Kumiringkan tubuh bersandarkan bantal sofa. Lalu suara batuk terdengar.
Ah, Mas Awan pasti belum tidur. Biar lah.
Sekuat tenaga aku menemaninya lembur di ruang kerja, denganku yang mencoba kuat melanjutkan menonton episode ke-5.
Batuk terdengar lagi. Kali ini berkali-kali dan lumayan panjang sampai aku terbangun, duduk tegak.
Dengan langkah pelan, aku menuju ruang kerja Mas Awan yang tertutup.
Kuketuk kecil pintunya.
"Mas, mau aku bikinin teh panas?"
Tak ada jawaban terdengar.
Sumpah, aku takut mau membukanya tanpa izin. Satu-satunya ruangan yang tidak dia kenalkan padaku saat pertama pindahan, ya ruang ini. Bahkan aku belum pernah sekalipun memegang gagang pintunya.
Aku berdiri gugup di depannya sampai terdengar suara batuk yang kencang dan seketika membuatku merasa buruk. Batuknya parah.
"Mas, aku boleh masuk atau Mas yang keluar?"
Tak ada jawaban lagi, malah suara batuk yang menyahutiku. Dia main-main atau gimana, sih?
Aku tak sabaran. Kuputar gagang pintunya.
Nafasku tercekat saat melihat Mas Awan tersungkur di lantai berlapis karpet tebal di dekat meja baca. Kedua tangannya menutupi mulutnya sementara dia terbatuk hebat.
***
Kasian Nara, udah masak susah-susah, ujung2nya juga delivery. Sabar ya, nak.
Langsung sakit tuh si Mas abis makan ayam kremes, hahaha.
Enjoy yaa guys :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Cloudy Marriage [KBM & KARYAKARSA]
Ficción General(SEBAGIAN BESAR PART DIHAPUS DAN DIPINDAHKAN KE KBM DAN KARYA KARSA PER TANGGAL 1 JUNI 2021) . Aku masih ingat sepenggal ucapan Mas Awan saat melamarku ke Ayah. "Saya membutuhkan seorang wanita yang bisa mengurus saya dengan baik. Saya melihat Nara...