Behind the cloud

34.8K 3.3K 277
                                    

Mas Awan cakep banget foto profilnya❤️

Keningku mengernyit baca pesan dari Tiwi yang baru masuk. Sejak kapan profil WhatsAppku ada fotonya?

Aku gulir layar dan langsung terpampang nyata fotoku yang sama sekali nggak pernah kulihat. Bajunya bajuku, tapi dimana ini?

"Ra, ini foto kamu yang ambil?"

Nara yang lagi ngoreksi tugas ulangan harian langsung berpindah ke sebelahku buat liat layar handphone yang kuhadapein ke dia.

Lalu dia tersenyum lebar, "Iyaa, pas kita lagi di balkon kamarmu Minggu lalu. Habisnya rumah kamu bagus buat background foto."

"Bukan karena aku yang cakep?"

Nara tergelak, "Pede kamu, Mas."

"Kata Tiwi gitu."

Matanya langsung membulat seperti tupai, "Tiwi ngechat kamu?"

"Kamu yang ganti foto profilku kan?"

Tak menjawab, dia langsung mengambil hapeku dan melihat chat teratas. Mukanya langsung berubah datar.

Aku mengamatinya, berusaha menahan senyum.

Kuraih sebelah pipinya dan mengusapnya pelan, "Jangan cemberut gitu."

"Siapa yang cemberut?"

Aku tak bisa menahan senyum lebar. Dia paling keliatan gemesin kalau lagi kesel sama Tiwi. Shit.

Tanpa repot-repot menjawab pertanyaannya, aku memajukan wajah untuk menyapukan bibirku ke bibirnya yang manis. Dengan sekali sentakkan, kubawa tubuhnya merapat padaku.

Dia mengerang saat menemukan tanganku menyelinap ke balik kaos beruangnya. Aku memberikan usapan lembut pada punggungnya, masih menikmati lembutnya bibirnya dibawahku. Lalu ketika tanganku mulai merayap ke perutnya, dia terkesiap dan menggigit bibirku.

"Kenapa?"

"Geli," sahutnya polos.

Aku tertawa. Kuberikan kecupan panjang pada dahinya sebelum memisahkan diri darinya.

"Mas mau kemana?"

"Belum mandi, Ra."

"Loh, dari tadi belum?"

Aku menggeleng.

"Kebiasaan. Sana mandi keburu malem."

"Nanti subuh juga mandi lagi," jawabku sambil turun dari ranjang.

"Maksudnya?"

Hmm, nggak peka ya.

Aku menarik nafas panjang, "Gapapa. Udah, lanjutin ngoreksinya."

***

Aku menarik selimut hingga menutupi bahu Nara yang ada di pelukanku. Aku sedikit menggeser badan untuk menemukan remot AC dan menaikkan suhunya. Aku terbangun saat dia bergerak tak nyaman dalam tidurnya, mungkin kedinginan. Padahal tadi dia bilang gerah setelah aku dan dia ambruk, sama-sama terpenuhi oleh hasrat yang memabukkan.

Nara selalu menjadi tempatku pulang, merasa nyaman untuk hidup hanya berdua bersamanya. Tapi aku berpikir, suatu saat nanti, aku pasti akan pergi. Aku tak bisa membayangkan dia hidup sendirian tanpaku.

Kukecup keningnya lalu kuusap perutnya yang hangat, lalu melakukan ritual-ku selama satu bulan ini. Setelah aku menyadari binar di matanya saat bermain bersama Ziva.

Ya Tuhan, semoga kami lekas diberikan keturunan yang bisa melengkapi hidup kami dan menjadi sosok penjaga bagi kami berdua yang terlalu rapuh ini.

Cloudy Marriage [KBM & KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang