1 | Berakhir?

176 13 3
                                    

Percayalah pada dirimu sendiri, nanti kamu akan bisa melakukannya
~oline~
.
.
.

HAPPY READING
.
.
.
"

Aku ngga tau, kenapa aku makin ngerasa ngga yakin. Mungkin kita udah sama-sama mulai sayang, udah sama-sama buka hati. Tapi, aku rasa kita ngga bisa lanjutin ini lagi No." lagi-lagi air mata Naura kembali lolos begitu saja, cukup berat untuk mengatakan opininya dan membuat keputusan yang telah lama ia pikirkan.

"Maksud kamu? Kamu gila ya mau akhirin semua sekarang? Undangan udah ke sebar Nau, jangan gila deh!" kesal Devano lantaran pikiran Naura yang terlalu sempit.

"No, hubungan kita cuman pelampiasan. Aku jadi pelampiasan kamu, akupun jadiin kamu pelampiasan. Buat apa dilanjut?!" tegas Naura yang merasa tak ingin melanjutkan lebih jauh.

"Ngga Nau, aku ngga pernah jadiin kamu pelampiasan. Oh, atau mungkin emang selama ini kamu ngga pernah sayang sama aku? Apa selama ini kamu cuman anggep aku pelampiasan kamu buat lupain Fahsya? Atau kamu cuman cari status doang?" Devano tersenyum sinis, pikiran nya sudah kacau.

Plak!

Untuk pertama kalinya, Naura menampar seorang Devano Danendra. Kini Naura merasa bersalah, tangannya melemas begitu saja. Devano memegang pipi kanan mulus nya, tersenyum sinis sekaligus heran lantaran aksi Naura yang berani menampar dirinya.

"Aku ngga nyangka ya, orang yang udah aku kenal dari kecil udah berani nampar aku. Atau jangan-jangan, selama ini kamu ngga pernah anggep aku lebih dari sahabat? Oh, atau kamu pun ngga anggap aku sahabat? Aku terlalu ngga ----"

"DEVANO STOP!!!" teriak Naura histeris, tangisnya semakin pecah.

Ia tak pernah melihat sosok Devano yang seperti ini, begitu juga dengan Devano yang tak pernah melihat sosok Naura yang seperti sekarang.

"Aku sayang sama kamu, bahkan sekarang lebih dari sahabat. Aku cuman ngga mau, kita lanjutin semuanya dengan alasan pelampiasan. Aku ngga mau semakin jauh sayang sama kamu, ujung-ujungnya aku harus ngerasain kehilangan untuk kedua kalinya. Udah cukup aku kehilangan Fahsya, aku ngga mau kehilangan orang yang dari kecil selalu isi hari-hari ku. Aku ngga mau kehilangan kamu No, lebih baik kita stop disini dan lanjut sebagai sahabat daripada nantinya aku harus kehilangan lagi."

Devano terpaku mendengar penjelasan Naura, ia merasa iba melihat Naura yang seolah memiliki ketakutan mendalam. Devano merengkuh Naura, membawa Naura ke dalam dekapan dirinya. Ia mengelus pelan punggung dan puncak kepala Naura, berusaha memberikan ketenangan pada Naura yang kini tengah terisak.

"Aku ngga akan ninggalin kamu Nau, trust me!" tegas Devano yang langsung membuat tangis Naura semakin pecah.

"Aku takut No," lirih Naura, namun masih dapat terdengar oleh Devano.

"Jangan takut, everything will be okay! Aku ngga akan kehilangan kamu, kamu pun ngga akan kehilangan aku." jelas Devano lembut, berhasil membuat Naura merasa sedikit lebih tenang.

Ia merasa telah mantap dengan putusannya untuk melangkah ke jenjang lebih lanjut bersama Devano, walau ia tak tau bagaimana ke depannya nanti.

"Mau pulang?" tanya Devano yang langsung membuat Naura mengangguk.

"Yaudah, jangan nangis lagi ya sayang. Jangan punya niatan untuk ngebatalin pertunangan kita ataupun mutusin hubungan kita. Aku udah sayang sama kamu dan aku pun juga ngga mau kehilangan kamu." jelas Devano sembari menangkup wajah Naura.

THE MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang