Kita hanyalah ilusi,bayangan,waktu atau apapun itu yang ada namun tak bisa kita genggam.karna memang kita tidak di takdirkan bersama. Tapi tak apa jika tidak hari ini maka hari esok. Jika tidak di sini maka di kehidupan selanjutnya.
Jangan lupa vote...
"Hush ga bole gitu,udah sekarang bangun cuci muka sama sikat gigi",
"Bunda tunggu di bawah,jangan lanjut tidur!",
"Hemm",ucap Khaira sembari berjalan ke arah kamar mandi.
Setelah cuci muka dan menyikat gigi nya Khaira pun segera turun dengan cara meluncur di kayu pembatas. Kakak dan keluarganya hanya mampu geleng" kepala melihat sifat Khaira.
"Pagi semua,siapa sih yg Dateng?",ucap Khaira.
"Pagi juga,ini Ghibran tadi Dateng katanya mau ngajak keluar",ucap sang ayah.
"Ghibran?",beo Khaira sembari melihat meja makan dengan teliti.
Setelah menyadari keberadaan Ghibran,Khaira menyadari sesuatu.
"Astaghfirullah kerudung gue, yaallahh maaf kan hamba",ucap Khaira sembari berlalu kembali ke arah kamar.
Setelah itu Khaira kembali dengan keadaan sudah memakai kerudung.
"Maafin adek gue yang malu-maluin ya bro",ucap Keano.
"Iya gapapa santay aja bang",balas Ghibran sembari tersenyum.
"Udah sekarang kita sarapan dulu",ucap bunda.
"Loh roti gandum punya Ira mana?",
"Mana bunda tau Dek",jawab sang bunda.
"Sekarang Ira tanya,siapa yang makan Roti punya Ira?",ucap Khaira pada semua orang yang ada di meja makan
Semua diam tidak ada yang mengaku,sampai akhirnya.
"Yauda Ira gausah sarapan bun",ucap Khaira
"Eh jangan dong,kamu kan punya magh",ucap sang bunda.
"Biarin deh bun",ucap Khaira sembari berdiri dari kursi.
"Eh jangan dek"
"Iyaiya gue yang makan,sorry gue khilaf",ucap Keano.
"Khilaf khilaf,makan tu khilaf!",ucap Khaira sembari cemberut. Ia pun berlari ke atas.
Sedangkan Keano mendapat pelototan mata dari sang bunda.
"Aduh maaf ya nak Ghibran, sarapannya jadi ga tenang",ucap sang Bunda.