Tak ingin kubagi

7 3 0
                                    

Kau intens menatapku, membuatku sedikit salah tingkah karena tatapanmu yang seolah hendak melahapku.

"Kamu pernah menulisku dalam salah satu tulisanmu, nggak?" sebuah pertanyaan tiba-tiba terlontar dari mulut mungilmu. Tanpa aba-aba. Kuamati ekspresi di wajahmu, mencoba mencari maksud tersembunyi dari pertanyaan dadakanmu itu. Apakah ini ujian? Harusnya kubeli saja buku tentang "Cara Menjawab Pertanyaan Wanita" yang kemarin kulihat di toko buku.

"Nggak pernah. Kenapa?" kau hanya mendengus sebagai respon, lalu memalingkan wajahmu.

"Hey, jawab dong. Kan tadi aku sudah jawab pertanyaanmu. Kenapa?"

Hening sejenak. "Dasar nggak peka! Nggak romantis!" kau kembali memalingkan wajah.

Aku terkekeh melihat tingkahmu yang seperti itu.

Kutarik tubuhmu agar menghadap ke arahku. "Dengar, ada alasan aku tak pernah menulismu dalam tulisanku."

Kau mengerjap mendengar ucapanku yang sukses membuatmu menoleh ke arahku "Kenapa?"

"Karena aku tak ingin seluruh dunia tahu tentangmu. Aku tak ingin pria lain mengenalmu dari tulisanku itu. Bagaimana jika mereka jatuh cinta padamu hanya dari membaca tentangmu di tulisanku? Membayangkannya saja membuatku bergidik ngeri. Bertarung dengan diri sendiri saja susah, apalagi harus bertarung dengan orang lain. Aku nggak rela berbagi kamu dengan dunia."

"Eh, tapi kenapa kamu bertarung dengan diri sendiri" seolah menyadari sesuatu.

"Ya aku berjuang agar nggak pernah bosan denganmu"

"Ih! Jadi kamu nantinya akan bosan denganku?"

"Bisa jadi"

"Kok jahat!"

"Bukan jahat, kamu pun juga bisa bosan padaku kelak. Kita manusia yang nggak bisa memilih perasaan apa yang akan datang pada kita, termasuk rasa bosan. Tapi, sebagai manusia kita bisa berjuang untuk menekan atau menghidupkan perasaan itu. Jadi, kamu juga ya. Tetaplah berjuang untuk nggak bosan denganku" aku tersenyum ke arahmu sembari mengacak rambutmu. Kamu hanya mengangguk sebagai balasannya, meski aku yakin masih ada seribu satu kebingungan di kepalamu tentang ucapanku.

"Tapi..." aku menjeda ucapanku.

"Tapi apa?"

"Aku menuliskan tentangmu, kok"

"Ohya?" matamu berbinar "Mana-mana, aku mau lihat!"

"Nggak ada disini"

"Loh, terus dimana?"

"Di masa depanku, bersamaku"

𝙈𝙚𝙣𝙚𝙥𝙞 𝙎𝙚𝙟𝙚𝙣𝙖𝙠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang