Aku ingin sekali berbicara padamu, tentang apa-apa yang menjadi kemelut dan rancunya kepalaku.
Aku ingin sekali menjadikanmu media katarsisku, agar leherku tak terlalu tegak dan kaku selagi ada bahumu disampingku.
Aku represi, terdiam dan tak mengerti rasaku sendiri, bagaimana luka selalu menjadi duri dalam setiap langkah kaki yang kupaksa untuk tak pincang dan terus berlari.
Tapi aku cukup tahu diri untuk bisa melepasmu pergi, untuk tak lagi berani bersisian denganmu lagi, dan untuk tak terlalu lancang menginginkanmu berhenti dalam membuat sekat dan jarak tempat hatiku menanti.
Kamu terlalu berporsi untukku yang selalu ingin memesan kopi semauku sendiri,
Kamu terlalu jauh mengangkangi bumi saat tempat istirahatku hanya sekadar alas kaki di tanah ibu pertiwi.Saat raga dan jiwa menginginkanmu lagi dan lagi, itulah saat dimana aku harus menampar pipiku keras sekali, bahwa kamu tak sepantasnya nyata disisi.
Kamu hanya bagian terindah dari imajinasi yang ku karang sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙈𝙚𝙣𝙚𝙥𝙞 𝙎𝙚𝙟𝙚𝙣𝙖𝙠
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Bagaimana hari ini? Apakah semuanya baik-baik saja? Atau kau hanya berpura-pura seakan semuanya baik baik saja? Ini aku, masih ingatkah kamu? Aku yang dulu sering memarahimu, aku yang dulu sering mengingatkan tentang mu...