Aku tidak mau menyebutmu jahat.
Kendati kamu berhasil merobohkan dinding pertahananku dari trauma masa lalu, membuatku membuka lebar kedua tanganku. Menerimamu, mempercayaimu. Walau berujung kamu tidak menerimaku.
Aku tidak mau menyebutmu jahat.
Kamu mengajakku terbang tinggi bersamamu. Dibekali harapan-harapan kecil yang membuatku bahagia. Aku bahagia kala itu. Hingga aku terlalu menikmati perasaanku, tidak menyadari kamu melepaskan genggamanku. Aku jatuh. Dan kamu tidak menangkapku.
Aku tidak mau menyebutmu jahat.
Meski kini tidak ada sapa darimu, aku masih ingat hangat pelukmu. Masih ingat ramah suaramu. Masih ingat usaha-usahamu membuatku tertawa. Aku ingat keinginan kecil yang pernah kamu katakan. Aku ingat, aku akhirnya merasa jatuh cinta di kala itu.
Aku tidak mau menyebutmu jahat.
Kendati semua manusia menyuruhku untuk tidak berharap. Kendati semua manusia mengatakan aku akan mendapatkan yang lebih baik darimu. Kendati seluruh manusia mengatakan kamu brengsek dan pengecut. Aku tidak mau menyebutmu jahat, Sayang. Tidak.
Bahkan, kendati kamu kini masih bersamanya, aku tidak akan menyebutmu jahat. Sungguh.
Aku hanya ingin damai.
Denganmu. Dengan kenangan kita. Dengan dunia.
Dan dengan perasaanku sendiri.
Maka dari itu, aku tidak mau menyebutmu jahat.
Tidak mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙈𝙚𝙣𝙚𝙥𝙞 𝙎𝙚𝙟𝙚𝙣𝙖𝙠
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Bagaimana hari ini? Apakah semuanya baik-baik saja? Atau kau hanya berpura-pura seakan semuanya baik baik saja? Ini aku, masih ingatkah kamu? Aku yang dulu sering memarahimu, aku yang dulu sering mengingatkan tentang mu...