.
.
.
.
.Seharusnya Minggu pagiku diisi dengan menonton drama, rebahan, dan bermain game. Tapi kali ini sepertinya aku harus merelakan Minggu menyenangkan itu untuk mengurus seorang bayi manusia berjenis kelamin perempuan yang entah Mama bisa dapat dari mana.
Mungkin mulung di tempat sampah atau kolong jembatan? Kenapa aku bisa punya pemikiran seperti ini, karena saat kecil dulu aku sering di bercandakan oleh tetangga dan orang tuaku kalau aku ini anak dapat mungut dari tempat sampah.
Kalian pernah seperti itu juga atau hanya aku saja? Kalau kalian pernah, mari berpelukan.
"Eh bayi, kamu jangan nangis ya, aku mau tidur sebentar," Aku menidurkan tubuhku disamping bayi kecil yang kini sibuk menggigit benda kenyal yang entah namanya apa. Baru saja aku memejamkan mata, tiba-tiba saja ada benda basah yang mendarat di wajahku, "Ih kamu yang lempar ya? Nggak sopan," Omelku saat tahu siapa biang keroknya. Bayi itu menunjukan dua gigi atasnya yang baru tumbuh kearahku.
"Heh! Berani ya kamu ngomelin Tania," Mama Retno menjitak pelan kepalaku begitu balik dari dapur. Di tangannya terdapat buah naga yang sudah di potong-potong kecil.
"Oh jadi mahluk bergigi dua ini namanya Tania?" Aku bangun lalu berkacak pinggang kearah Tania, "Dia ngelempar aku pakai mainan Ma, nggak sopan deh."
Mama menggelengkan kepalanya. Sepertinya dia lelah memiliki anak sepertiku, "Tania, nih mamam buah naga yang udah Oma potongin ya."
Aku mengernyitkan dahi. Oma katanya?
"Oma? Emang dia cucu Mama apa?"
"Bukan. Tapi masa iya Tania manggil Mama dengan sebutan Kakak. Kan nggak mungkin."
Aku kembali duduk, memperhatikan Tania yang wajahnya kini sudah belepotan karena memakan buah berwarna ungu itu, "Tapi Ma, sebenarnya Tania ini anak siapa? Kok pagi-pagi udah Mama bawa ke rumah? Mana nyuruh aku buat jagain lagi."
"Kamu tau rumah yang kosong di ujung komplek ini?" Tanya Mama yang aku balas anggukan, "Tania dan orang tuanya baru pindah kesana semalam. Terus tadi pagi waktu Mama mau belanja sayur, Mama liat orang tuanya lagi sibuk beresin rumah. Karena Mama orangnya baik hati dan tidak sombong, akhirnya Mama menawarkan diri buat jagain Tania supaya orang tuanya leluasa buat beresin rumah. Paham?"
"Ow begitu," Aku ikut mencomot buah naga milik Tania.
"Kamu hari ini nggak ngelatih Taekwondo kan?" Tanya Mama. Aku memang memiliki pekerjaan sampingan selain bekerja di perusahaan bagian divisi keuangan, yaitu sebagai pelatih Taekwondo. Gini-gini aku pemegang sabuk hitam lho, aku juga sering memenangkan kejuaraan dibidang seni bela diri yang satu ini. Tuhkan aku jadi kebablasan menyombongkan diri, padahal tadi aku tidak berniat sama sekali untuk sombong.
"Ngajar sih, sore paling," Aku mengalihkan perhatianku pada Tania. Kalau dilihat-lihat bayi ini cantik juga, "Tania ini berapa bulan Ma?"
Mama membawa Tania ke dalam pangkuannya, "Kalau kata Ayahnya sih baru 8 bulan."
"Cantik ya Ma Tania," Aku mencubit gemas pipi Tania, "Mirip aku hehehe," Cengirku lebar, sedangkan wajah Mama berubah datar.
Plak!
Tiba-tiba saja Tania memukul wajahku dengan tangannya yang penuh buah naga, membuat sebagian wajahku berwarna ungu karena ulahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Jaehyun [END✔]
Fanfiction[15+] Bagaimana jika Ivana dipertemukan kembali oleh laki-laki yang pernah membuat hatinya terombang-ambing? Tapi dalam posisi laki-laki itu sudah menikah? Haruskah Ivana menyerah untuk mendapatkan hatinya?