8. Malam

6K 869 107
                                    

.
.
.
.
.

"Malam banget sih pulangnya, kan aku udah bilang kalau jam tujuh tadi aku ada acara sama teman-teman aku Jae," Keluh Sinta. Wanita itu duduk di sofa setelah menidurkan Tania di kamarnya. Ia merasa kesal dengan Jaehyun karena pria itu baru pulang pukul sembilan malam. Padahal sejak tadi sore Sinta sudah bilang pada Jaehyun kalau ia akan ada acara dengan teman-temannya. Namun karena pekerjaannya menumpuk, Jaehyun jadi tidak bisa pulang lebih awal untuk mejaga Tania.

Jaehyun meletakan tasnya di atas meja yang berada di depan Sinta. Ia melepas jas dan mengendurkan dasinya, "Apa salahnya menjaga Tania seharian ini?" Tanya Jaehyun seraya berjalan ke arah dapur untuk mengambil air minum.

"Jelas salah. Kamu seharusnya bisa lebih mengerti aku Jaehyun, aku butuh refreshing," Sinta mengekori Jaehyun ke dapur.

Jaehyun menuangkan air dingin ke dalam gelas dan menenggaknya sampai habis, "Lebih mengerti kamu?" Tanya Jaehyun setelah air dingin itu melewati kerongkongannya yang terasa kering, "Kamu sadar nggak Sinta? Selama ini kamu yang nggak pernah mengerti aku dan Tania. Kamu lebih sering hura-hura dengan teman-teman kamu yang nggak jelas itu. Kamu mabuk, pulang malam, pergi ke klub. Apa pernah aku mengeluh sama kamu selama ini? Apa pernah aku mengeluh dengan kelakuan kamu yang udah kelewat batas itu?"

Jaehyun menghela napasnya kasar, "Aku tau kita menikah bukan karena saling cinta, tapi dijodohkan. Tapi bisa nggak kamu sedikit aja kasih perhatian kamu sama Tania? Lihat diri kamu Sinta, semenjak Tania lahir, hanya aku yang mengurusnya. Kamu bahkan nggak pernah mau memberi asi pada Tania jika bukan karena aku paksa. Dan sekarang, kamu baru menjaga Tania seharian saja sudah mengeluh?"

"Karena aku nggak pernah mengharapkan bayi itu lahir Jaehyun!" Bentak Sinta. Ia merebut gelas kaca dari tangan Jaehyun dan membantingnya, "Aku nggak pernah mau punya anak! Tapi karena orang tua aku dan orang tua kamu terus menuntut agar aku hamil, aku jadi terpaksa menuruti kemauan mereka," Sinta menatap sengit Jaehyun, "Mulai hari ini aku akan tinggal di apartemen sampai persidangan perceraian kita tiba. Aku nggak perduli lagi sama kamu dan Tania. Aku muak sama semuanya!" Setelah itu Sinta pergi, membawa serta barang-barang dan mobil miliknya, menyisakan Jaehyun yang juga muak dengan keadaan. Lelah, sendiri, tidak ada yang menghiburnya.

Memang dari awal pernikahan Jaehyun dan Sinta tidak ada yang berjalan baik. Semuanya terjadi karena paksaan, dari mulai pernikahan mereka sampai Tania lahir, semuanya faktor terpaksa. Tuntutan dari orang tua masing-masing pihak membuat hal ini terjadi.

Jaehyun membuka pintu kamar Tania, dengan hati-hati ia duduk disamping putrinya. Jaehyun bukan pria kuat, ia selalu menangis setiap malam di samping Tania yang tertidur lelap, merasa bersalah pada bayi itu karena belum mampu memberikan yang terbaik untuk Tania.

Jaehyun memang kaya, punya perusahaan, rumah, harta yang banyak, tapi ia selalu merasa miskin dan kurang memberikan kasih sayangnya pada putri satu-satunya, "Maafin Ayah, Tania," Air mata pria itu turun, membasahi pipinya yang terlihat sedikit tirus akhir-akhir ini.

Tania masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan kalau ia tidak diinginkan ibunya sendiri. Namun berbeda dengan Sinta, Jaehyun justru merasa bersyukur karena Tuhan memberikannya putri secantik Tania. Apapun akan Jaehyun lakukan agar Tania tidak merasa kesepian dan kurang kasih sayang. Terlepas dari Sinta yang tidak mau menganggap Tania ada, Jaehyun akan berjuang sekuat tenaga untuk membahagiakan putri kecilnya.

Tuk tuk tuk

Jaehyun menghapus air matanya begitu mendengar suara pintu rumahnya diketuk seseorang. Ia keluar dari kamar Tania untuk melihat siapa tamu yang datang malam-malam begini, "Lho Iva?" Jaehyun melihat Ivana berdiri di depan rumahnya dengan tangan kanan yang membawa rantang makanan.

"Maaf ya Kak malam-malam ganggu. Ini," Ivana menyerahkan rantang makanan pada Jaehyun, "Mama nyuruh aku ngasih masakannya buat Kak Jaehyun, Tania, sama Mbak Sinta. Mama takut kalau kalian nggak sempat masak buat makan malam karena sibuk kerja dan ngurus Tania."

Jaehyun menerimanya. Ia berusaha tersenyum dan terlihat baik-baik saja di depan Ivana, "Terimakasih ya Va. Mau masuk dulu?" Tawar Jaehyun.

Ivana menggeleng, "Aku mau langsung pulang aja Kak. Nggak enak kalau malam-malam mampir."

"Oh ya sudah."

"Kalau gitu aku pamit ya Kak, permisi," Baru saja Ivana akan pergi, tapi Jaehyun menahan tangannya. Membuat Ivana mau tak mau mendongak menatap Jaehyun. Ia baru sadar jika mata pria itu sembab, "Kak Jaehyun habis nangis?"

Jaehyun melepaskan tangan Ivana, "Terlihat ya?"

"Kenapa Kak? Mau cerita?"

"Bagaimana kalau kamu masuk dulu?" Tawar Jaehyun lagi, berharap Ivana tidak akan menolaknya kali ini.

"Tapi kalau ada---"

"Sinta tidak ada," Sela Jaehyun yang seolah paham akan pikiran Ivana.

Akhirnya Ivana ikut masuk ke dalam bersama Jaehyun. Mereka berdua duduk di sofa dengan jarak yang tidak terlalu dekat, "Saya bingung harus memulai ceritanya dari mana," Ucap Jaehyun, "Semuanya kacau dan berantakan."

"Apa ini ada hubungannya sama rumah tangga Kak Jaehyun?" Tanya Ivana ragu.

"Ya. Sinta pergi, namun itu bukan masalah untuk saya. Yang sedang saya khawatirkan adalah Tania..." Jaehyun menunduk. Tangannya mengacak rambutnya sendiri karena merasa frustasi.

Ivana mendekat ke arah Jaehyun dengan ragu, "Yang sabar ya Kak. Aku tau Kak Jaehyun kuat dan memang harus kuat, demi Tania."

Jaehyun mendongak, matanya bertemu dengan mata Ivana. Gadis itu bisa melihat bagaimana lelahnya pria itu menghadapi situasi ini, "Kamu sedang mencoba menghibur saya?" Tanya Jaehyun.

"Eumm itu---"

"Kalau gitu cukup pegang tangan saya," Sela Jaehyun, "Tidak perlu susah-susah untuk mengatakannya. Karena saya bisa tahu."

Ivana terkekeh pelan, "Kak Jaehyun peramal atau apa? Gimana caranya coba bisa tau apa yang mau aku bilangin sama Kakak."

"Selalu ada Caranya Va."

Ivana melihat tangan Jaehyun, ia dengan ragu meraih tangan besar itu dan menggenggamnya. Rasa hangat langsung Jaehyun rasakan di tangan kirinya. Kini bukan hanya tangan pria itu yang menghangat, tapi hatinya juga.

Berkat Ivana.








Btw itu bagian pegangan tangan, asem terinspirasi dari drama good casting hehehe

Voment gaes!

Kak Jaehyun [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang