.
.
.
.
.Menjalani hubungan backstreet tidak mudah untuk Jaehyun dan Ivana. Ditambah setelah insiden yang terjadi di rumah sakit beberapa waktu lalu, Mama Retno langsung menyita ponsel milik Ivana. Karena takut jika anak gadisnya kembali menghubungi Jaehyun.
Saat berangkat ke kantor dan pulang kerjapun, Ivana selalu dijemput tepat waktu oleh Ayahnya. Jadi ia dan Jaehyun jarang memiliki waktu untuk bertemu dan berbincang.
Tapi untungnya, hari ini di kantor pekerjaan Jaehyun sedikit lengang. Ia menyuruh Guntur untuk memanggil Ivana di ruangannya. Tidak sampai sepuluh menit, Ivana datang dengan wajah yang masih terdapat luka kecil di beberapa bagian akibat jatuh dari motor saat itu.
"Miss you," Begitu melihat Ivana, Jaehyun memeluk si gadis tanpa permisi dulu. Meluapkan rasa rindunya pada Ivana lewat pelukan hangat.
Ivana tersenyum tipis, ia membalas pelukan Jaehyun, "Maaf ya Mas, hp aku diambil Mama."
"Saya tahu. Dan itu semua terjadi karena kesalahan saya. Maaf," Ucap Jaehyun dengan posisi yang masih sama.
Ivana menggeleng, "Enggak apa-apa. Oh iya," Ivana melepas pelukannya lebih dulu, "Tania gimana? Dia sehat kan Mas?"
Jaehyun mempoutkan bibirnya, "Kenapa harus Tania lebih dulu yang ditanyakan? Padahal saya ada di depan kamu."
Ivana tersenyum, merasa gemas dengan tingkah Jaehyun. Jika seperti ini, Jaehyun terlihat seperti remaja yang sedang puber, bukan Ayah dari satu orang putri, "Karena Tania lebih lucu dari Ayahnya."
"Oh ya?" Tangan Jaehyun menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah dan kening Ivana. Dengan cepat dan singkat, pria itu mengecup kening si gadis, "Tapi saya lebih menawan dan manis daripada Tania."
Jantung Ivana bergerak dua kali lebih cepat karena ulah Jaehyun. Kedua pipinya merona membuat Jaehyun tersenyum puas karena berhasil menggoda kekasihnya, "Apa lukanya masih sakit?" Jaehyun mengalihkan topik pembicaraan. Ia menanyakan luka yang terdapat di wajah Ivana.
Ivana menggeleng seraya menyentuh luka di dekat alisnya, "Udah kering kok. Tinggal bekasnya aja."
Jaehyun mengangguk paham, "Kamu sudah makan siang?"
"Belum. Tadi mau makan Mas Guntur manggil aku dan nyuruh aku datang kesini."
"Bagus kalau gitu. Saya sudah memesan makanan, kita harus memakannya bersama."
"Tapi kalau aku di cariin sama teman-teman aku gimana Mas? Apalagi Caca orangnya kepoan."
"Mudah saja. Kamu tinggal bilang kalau kita makan siang bersama."
Ivana mencubit perut Jaehyun, membuat si pria meringis kesakitan, "Sakit Iva," Kata Jaehyun seraya mengelus-ngelus perutnya.
"Lagian Mas Jaehyun kalau ngomong enak banget. Mau aku jadi bahan gosipan sekantor apa gimana? Mereka kan tahunya Mas Jaehyun masih punya istri."
"Eh iya ya. Kalau mereka tahu, hubungan kita bisa semakin rumit."
Ivana mengangguk menyetujui. Memang, kisah cintanya dan Jaehyun tak semudah yang dibayangkan. Harus terpisah selama beberapa tahun lamanya, membuat semuanya berubah. Yang awalnya terasa mudah, kini menjadi sulit.
Beruntung keduanya bisa sama-sama bertahan dan mau berjuang meski sesulit apapun itu.
Ivana dan Jaehyun makan siang bersama di ruangan Jaehyun. Keduanya banyak berbicara karena sudah lama tak memiliki waktu bersama seperti ini. Topik pembicaraannya pun tidak jauh-jauh dari Tania. Ivana bertanya apa saja yang dilakukan anak itu selama di rumah, dan Jaehyun menjelaskannya satu persatu. Pria itu juga bilang kalau ia kesulitan mengurus Tania sendiri. Apalagi semakin besar Tania, bayi itu semakin banyak tingkah. Ditambah Tania yang sudah mulai belajar berjalan, membuat Jaehyun selalu was-was karena takut jika Tania akan jatuh atau menaiki tangga rumah jika sedang tidak dalam pengawasannya.
"Kangen banget deh aku sama Tania. Biasanya pagi-pagi sebelum berangkat kerja, dia di bawa sama Mama ke rumah. Tapi sekarang..." Ucapan Ivana menggantung. Semenjak hubungannya dan Jaehyun terkuak, Mama Retno tidak pernah lagi mengajak Tania main ke rumah. Jangankan itu, Mama juga jadi jarang ke luar rumah karena merasa malu dengan para tetangga yang mengetahui hubungan Ivana dan Jaehyun.
Jaehyun tersenyum tipis, "Tania juga kangen sama kamu Iva."
Ivana membalas senyuman itu. Ia berdoa semoga semuanya segera membaik. Supaya ia dan Tania bisa bermain bersama lagi.
Di sela-sela mereka mengobrol, ponsel Jaehyun berbunyi, menandakan jika ada telepon masuk, "Halo?" Sapa Jaehyun lebih dulu.
"..."
"Apa? Kenapa kamu tidak melarangnya?" Wajah Jaehyun berubah serius, membuat Ivana bertanya-tanya.
"..."
Jaehyun terlihat membuang napasnya kasar dan memijit pelipisnya, "Ya sudah, biar saya yang mengurusnya. Kamu boleh pulang hari ini."
"..."
"Ya, saya maafkan," Sambungan telepon itu kemudian terputus.
"Mas? Kenapa?" Tanya Ivana penasaran.
"Saya harus pergi Iva, Sinta tiba-tiba saja datang ke rumah dan membawa Tania pergi."
Ivana terlihat kaget, tapi ia berusaha berfikir positif. Mungkin saja Sinta merindukan anaknya, "Mungkin Mbak Sinta kangen sama Tania Mas. Jadi dia bawa Tania pergi."
Jaehyun menggeleng, "Sinta tidak mungkin membawa Tania pergi karena alasan itu. Dia sama sekali tidak menyayangi Tania. Saya pergi dulu ya," Jaehyun buru-buru pergi meninggalkan Ivana sendiri. Pria itu selalu khawatir jika sudah menyangkut Tania.
Di dalam mobil, Jaehyun mencoba menelepon Sinta. Tapi tidak di angkat, dan di percobaan kesekian kalinya, akhirnya Sinta mengangkat panggilan itu, "Kamu kemana aja Sinta?" Suara Jaehyun seperti menahan emosi, "Kenapa kamu membawa Tania pergi?"
"Mulai hari ini Tania bakal tinggal sama aku dan orang tua aku Jae."
"What?! Tinggal bersama kamu? Kamu bahkan nggak sayang sama Tania. Buat apa Tania tinggal di sana hah?!"
"Ya kamu benar. Aku nggak sayang sama Tania. Tapi aku butuh dia supaya aku bisa tinggal lagi di rumah Mama dan Papa."
"Sinta! Kamu gila?!"
"Ini bukan mau aku Jaehyun. Mama dan Papa mengizinkan aku buat tinggal di rumah mereka dengan satu syarat."
"Dan syarat itu Tania?" Tebak Jaehyun, "Kamu itu ibu macam apasih? Memperalat anaknya sendiri supaya bisa mendapatkan apa yang kamu mau."
"Menurut kamu aku ibu macam apa?"
"SINTA!" Bentak Jaehyun.
Sinta tertawa pelan di seberang sana, "Kamu tenang aja. Tania bakal bahagia tinggal di sini. Nenek dan Kakeknya menyayangi dia. Apapun kebutuhan Tania, pasti mereka penuhi."
"Tapi kamu nggak menyayangi Tania, dan itu yang akan membuat Tania menderita tinggal di sana," Jaehyun menambah kecepatan laju mobilnya, "Kembalikan Tania sekarang, atau aku yang akan mengambilnya sendiri secara paksa. Kamu tahu, aku tidak pernah bermain-main jika sudah menyangkut Tania."
Vomentnya gaes!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Jaehyun [END✔]
Fanfiction[15+] Bagaimana jika Ivana dipertemukan kembali oleh laki-laki yang pernah membuat hatinya terombang-ambing? Tapi dalam posisi laki-laki itu sudah menikah? Haruskah Ivana menyerah untuk mendapatkan hatinya?