Chapter Twenty One

63 13 6
                                    

"Wihhh pak Jhon Winata."

"Cepat ikut saya ke alamat ini."

"Ya sabar dong, baru aja nyampe. Kasihan sodara saya, gak dikasih minum dulu?" Tanya seseorang yang ditugaskan oleh Jhon.

"Ambil sendiri di dapur sana! Lalu cepat bantu saya menurun rencana." Ucap Jhon.

"Oke." Jawab nya.

"Genus." Panggil galang.

Yap, Genus yang ditugaskan oleh Jhon.

"Apa?" Tanya Genus.

"Lo yakin mau bantu pak Winata?" Tanya Galang.

"Sini gue bisikin."

"Apa?" Tanya Galang sambil mendekatkan telinga nya pada Genus.

Genus langsung menjewer telinga Galang dengan kencang sehingga membuat Galang teriak kesakitan.

"Aawwwww sakit." Teriak Galang sambil berusaha melepaskan tangan Genus.

"Makanya lo diem aja gak usah banyak bacot." Ucap Maurent lalu pergi ke dapur.

Maurent mengambil sekotak susu segar dan membawanya ke ruang Jhon Winata.

Disusul dengan Galang, Genus dan Galang memasuki ruang rapat mereka.

Dengan rencana yang sudah disusun matang, mereka pergi ke tempat dimana Alan, Zhi , Leon, dan David berada.

Hanya butuh 40 menit perjalanan, kini mobil yang dikendarai oleh Genus sudah berada di dekat rumah yang dibeli oleh Zhi.

Setelah menyembunyikan mobil ditempat yang aman mereka bergegas masuk kedalam rumah dengan mengendap endap. Waktu sudah menunjukkan pukul 23:00.

Jhon Winata juga membawa banyak anak buah nya termasuk Rai.

Seluruh anak buah Jhon diperintahkan untuk mengepung rumah itu.

Jhon, Genus dan Galang masuk melewati pintu depan.

"Brakk!" Suara pintu yang didobrak oleh Galang.

"Cari mereka." Perintah Jhon.

Genus, Galang dan Jhon mencari disetiap ruangan yang berbeda. Tidak butuh waktu lama mereka mencari karena rumah ini tidak terlalu besar.

Namun mereka tidak menemukan siapa pun yang berada di sana.

"Gak ada." Ucap Genus.

"Iya gue nyari juga gak ada." Timpal Galang.

"Cari mereka sampai dapat!" Perintah Jhon dan anak buahnya mengikuti perintah nya.

"Dorrr... Dorrr.."

Suara tembakan dari luar rumah!

"Suara tembakan? Anak buahku pasti sudah membunuh salah satu dari mereka! Hahaha, bocah ingusan kamu tidak akan bisa mengalahkan ku!" Batin Jhon dan keluar dari rumah itu untuk melihat kejadian yang sebenarnya.

"Rai? Rai ada apa? Cepat katakan!" Jhon melihat seluruh anak buahnya sudah mati dengan darah yang bececeran.

Hanya Rai yang masih bisa berbicara.

"Me.. Ree.. Ka.. Sudah.. Maa.. Ti..." Ucap Rai dan menghembus nafas terakhir nya.

"Jadi tadi yang nembak?" Ucap Jhon dengan mata terbelak.

"Gue!" Ucap Alan dan lompat dari atas pohon.

"Gimana? Suka gak sama kejutan nya?" Tanya Alan.

"Ke..napa..bi...sa?" Tanya Jhon dengan terbata.

"Bisa dong." Jawab Alan mendekati Jhon.

"Genus! Galang!" Teriak Jhon memanggil sang pemilik nama.

"Genus? Galang?" Tanya Alan.

"Ohh Genus yang ngabarin gue kalo lo bakal kesini kan?" Tanya Alan lagi.

Mata Jhon terbelak tak percaya.

"Gak mungkin!" Bantah Jhon.

*Flashback 50 menit sebelum Genus berangkat.

"Mana sih nomornya?" Ucap Genus yang sibuk mencari nomor Zhi.

"Nah ini dia." Ucap Genus lalu mengirimkan pesan pada Zhi.

"Untung gue simpen nomornya." Batin Genus setelah mengirimkan pesan.

Zhi pov

Setelah membereskan mayat Maurent, Zhi dan yang lainnya berniat untuk menginap sehari dirumah itu.

Namun saat Zhi menerima pesan dari Genus, Zhi langsung memberitahukan nya pada Alan.

  Kakak cantik ♥

Kamu siap siap aku sama Jhon Winata akan ketempat kamu untuk membunuh kalian.

Baik, Terima kasih informasi nya kak.
Read.

"Abang liat!" Ucap Zhi dan memberikan ponselnya pada Alan.

"Apa?" Tanya Alan.

Alan mengambil ponsel milik Zhi dan membaca pesan yang dikirim oleh Genus.

Alan mengembalikan ponsel milik Zhi dan menyusun rencana.

*Flashback off

Lalu Zhi, Leon, David, Genus dan Galang keluar dari samping rumah.

"Beraninya kamu! Dasar jalan*! Pelanc*r!" Teriak Jhon.

Jhon mengambil pistol dan menembak Zhi tepat di perutnya.

"Dorrr.. Dorr.."

"ZHIIII!!!" Teriak Alan dan menghampiri adiknya.

"Aku gak apa apa." Ucap Zhi.

"Kok bisa?" Tanya Alan.

"Kan pake rompi anti peluru." Jawab Zhi.

Zhi mengambil pistol milik Alan dan menembak Jhon Winata tepat di keningnya.

Darah segar mengalir bagaikan air terjun, begitu deras dan Jhon Winata akhirnya terjatuh dengan mata yang masih terbuka.

"Hufftt.." Hembusan nafas Zhi, lalu Zhi pingsan.

"Dek? Bangun.." Ucap Alan menahan badan Zhi.

"Kita bawa kerumah sakit sekarang!" Ucap Alan dan menggendong Zhi kedalam mobil miliknya.

Alan membawa Zhi kerumah sakit dan diikuti dengan Leon, David, Genus dan Galang mengunakan mobil Jhon.

Note :

Terimakasih sudah membaca, saran kalian aku nantikan.

@njw_blqs
@mawp.qiss

Selamat membaca kelanjutan nya ✨

Abang Psikopat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang