Flashback on
"Kakak, liat di rumah baru kita ada ayunan!" Ucap Genus yang masih sangat kecil, berumur 5 tahun ketika turun dari mobil.
"Iya, nanti setiap hari kita bisa main di sana." Ucap Gibran sang kakak, yang berumur 15 tahun.
"Genus, Gibran sini nak." Panggil Aura, ibu Genus.
"Iya Mah."
Genus berlarian menghampiri ibunya dengan hati yang sangat senang.
"Sana liat kamar kamu dulu." Ucap Aura.
"Oke mah."
Genus mencari kamar miliknya. Terdapat satu tempat tidur, lemari, meja belajar dan jendela.
"Gen." Panggil Gibran sambil membuka pintu kamar Genus.
"Iya?"
"Ayo makan dulu."
"Oke."
Gibran menggendong Genus dibelakang.
"Ayo sini siapa yang mau makan paha ayam?" Tanya Aura.
"Akuuu." Saut Genus semangat.
Genus, Gibran dan Aura duduk di meja makan menunggu kedatangan Keno, ayahnya Genus.
"Nah itu papah udah dateng, ayo dimakan." -Aura.
"Iya mah."
Aura menyendokan sepiring nasi dan lauk untuk kedua anaknya dan Keno.
"Gibran." Panggil Keno.
"Iya pah?" Tanya Gibran.
"Habis makan kamu latihan menembak sama papah ya."
"Iya pah."
Mereka makan dengan nikmat. Namun, tidak dengan Keno. Dia masih memikirkan kehidupan yang akan terjadi kedepannya.
Selesai makan Keno mengajak Gibran kebelakang rumah untuk latihan menembak.
Genus yang masih kecil hanya melihat dari jauh.
"Dorr... Dorr.. "
Suara tembakan, satu per satu peluru di lepaskan. Kemampuan Gibran memang tak jauh dari ayahnya.
"Kamu mahir juga main pistol itu." Puji Keno sambil tersenyum manis.
"Iya pah, tapi kenapa papah melatih ku bermain pistol?" Tanya Gibran.
"Dengar sini, papah dan mamah sudah tua. Papah juga seorang pembunuh bayaran, kemarin papah telah membunuh seseorang yang sangat penting bagi teman papah, Jhon winata." Ucap Keno.
"Jhon Winata? Dia orang yang terkenal dengan dark market itu?" Tanya Gibran.
"Iya." Jawab Keno.
"Papah sudah membunuh sahabat nya, sekarang keluarga kita dalam incaran. Papah ingin kamu menyembunyikan identitas Genus ketika dia sudah besar, papah ingin kamu bisa menjaga adikmu."
"Tapi pah?"
"Gak ada kata tapi! Kamu sebagai seorang kakak harus melindungi adik kamu. Kamu anak laki laki bukan?" Tanya Keno.
"Iya." Jawab Gibran.
"Kalau kamu anak laki-laki, kamu pasti akan menjaga adikmu, karena pada hakikatnya laki laki itu menjaga dan melindungi bukan mencelakai." Ucap Keno.
"Emmm... Siap! Aku akan jagain Genus seumur hidup ku!" Ucap Gibran dengan penuh semangat.
"Papah, kakak lanjut dong main tembakannya!" Teriak Genus dari belakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Psikopat [END]
Misterio / SuspensoSaat listrik menyala Alan langsung siap sedia. "Nah akhirnya nyala." Ucap reno dan berbalik badan. Lalu... Baca sendiri. [Ending]