Chapter Fifteen

74 12 0
                                    

C H A L L E N G E

DIMULAI!

Setiap orang diberikan 12 paha ayam dengan saus pedas yang dapat membakar mulut.

Siapa yang menghabiskan semuanya dengan cepat tanpa minum adalah pemenang nya, jika minum makan dinyatakan kalah.

"Siap?" Tanya Alan.

"Siap!" Jawab Zhi dan Leon dengan kompak.

"Satu.. Dua.. Tiga.."

Mereka mulai melahap makanan nya dengan cepat.

Zhi sudah memakan 5 paha ayam, Leon sudah memakan 6 paha ayam sedangkan Alan masih 3 paha ayam.

10 menit sudah berlalu.

Leon kini sudah menghabiskan semua makanan nya, Zhi hanya tersisah 2 dan Alan masih tersisa 4.

"Yess! Gue menang!" Ucapan Leon dengan bibir yang mulai membesar.

"Sssstt pedesss!" Ucap Alan lalu bergegas ke dapur untuk meminum air.

***

"Oke apa mau lo?" Tanya Alan.

Leon berfikir sejenak, dan mulai mengungkapkan nya.

"Gue mau satu dari kalian." Ucap Leon dengan nada serius.

"Iya apa?" Tanya Alan.

"Gue mau kalian jangan ngebunuh orang lagi Oke?" Ucap Leon.

Mata Alan terbelak mendengar permintaan Leon.

"What?! Lo ngerti kan kenapa gue sama adek gue kayak gini? Lo ngerti kan yon? Lo paham dan lo tau! Kenapa lo nyuruh gue kayak gitu?" Tanya Alan tak percaya.

"Gue gak mau lo dianggep orang gila lan, lo sahabat bahkan sodara bagi gue." Ucap Leon.

"Lan? Please! Open your eyes!" Lanjut Leon sambil memegang pundak Alan.

"Lo apan sih yon!" Bentak alan sambil melepaskan tangan Leon dari pundak nya.

"Gue gak akan berhenti sampe si kakek sinting itu mati!" Ucap Alan dan hendak pergi kekamar nya.

"Bang." Ucap Zhi lirih dan menahan tangan Alan yang hendak pergi.

"Apa?" Tanya Alan ketus.

"Yang di bilang ka Leon.."

"Gak akan terjadi!" Ucap Alan dan melepaskan tangan adik nya dengan lembut lalu pergi.

Leon pov

"Tuhh kan .. Leonn lo gimana sih? Tau dia sensitif kalo bahas masa lalu.. Begok banget sih lo." Batin Leon.

"Ka Leon." Panggil Zhi dengan kepala yang ditundukan.

"Iya?" Tanya Leon.

"Ka Leon serius?" Tanya Zhi.

"Iya, serius." Jawab Leon.

"Tapi..aku sama bang gak bisa." Ucap Zhi.

"Kamu bisa dek! Kamu pasti bisa! Memaafkan emang susah dek, tapi mau sampe kapan kamu bawa bawa dendam di hidup kamu? Kakak berharap kamu bisa iklas." Ucap Leon.

"Maaf aku harus membalas dendam ku terlebih dahulu agar aku, abang dan bunda bisa tenang." Jawab Zhi.

"Tapi mau sampai kapan kamu tersiksa kayak gini? Kalo kamu dendam sama ayah kamu, seharusnya yang kamu bunuh bukan orang lain." Ucap Leon.

Zhi diam sejenak seolah sedang memikirkan ucapan Leon tadi.

Sesaat Zhi tersenyum dan pergi meninggalkan Leon.

Leon ditinggal seorang diri dengan pikiran yang diambang kebingungan. Satu sisi dia tau rasa sakit yang dirasakan oleh sahabat nya itu, dan di satu sisi dia merasa kasihan dengan sahabat nya.

"Gue harap lo bisa berubah lan, banyak sisi dunia yang belum lo tau." Batin Leon dan pergi ke kamarnya.

Alan pov

"Arggghh!! Gila! Leon keparat!" Teriak Alan sambil membanting semua benda yang ada di kamarnya.

"Tok.. Tok.."

Zhi masuk dengan perlahan dan mendekati abangnya yang hampir hilang kendali.

"Abang!" Ucap Zhi dan memeluk abang nya itu.

"Kita pulang sekarang." Kata Alan.

Zhi mendongak melihat manik milik abangnya yang mulai berkaca.

"Iya." Ucap Zhi dan beranjak pergi menuju kamarnya.

Note :

Terimakasih sudah membaca, saran kalian aku nantikan.

@njw_blqs
@mawp.qiss

Selamat membaca kelanjutan nya ✨

Abang Psikopat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang