HEAVEN AND EARTH (Chapter 6)

1.6K 99 2
                                    

Di sore hari menuju senja banyak orang-orang yang menyudahi aktifitasnya ada sebagian toko yang mulai tutup juga ada beberapa orang yang kembali pulang ke rumah mereka masing-masing.

Namun ada seorang gadis berponi rata sedang duduk sendirian di atas ayunan Hinata nama gadis itu sedang melamun atau mungkin dia sedang memikirkan sesuatu, pikirannya saat ini sedang membayangkan seseorang yang sudah dia sukai sejak dia masih kecil yaitu Uzumaki Naruto seorang pemuda yang sebentar lagi akan di nobatkan sebagai hokage ke 7.

"Kenapa Naruto-kun masih belum bisa memahami perasaanku?" Kata Hinata dengan nada lemah, padahal dia sudah berusaha untuk mulai mendekatkan diri kepada pemuda pirang itu, namun sayang sampai saat ini Naruto belum merespon perasaan nya.

"Sakura-chan belanjaan mu banyak sekali, apa kau ingin masak banyak hari ini?" Tanya Naruto yang berjalan beriringan di sebelah Sakura sambil menjingjing salah satu kantong belanjaan. "Tidak Naruto, ini untuk persediaan satu bulan kedepan, aku malas jika harus belanja setiap hari ke pasar" Jawab Sakura dan Naruto hanya ber oh ria.

Mereka berdua melewati taman itu namun Naruto dan Sakura tidak menyadari kehadiran Hinata di sana gadis berponi rata itu terus melihat kebersamaan Naruto dan Sakura dari kejauhan 'Benar kata Hanabi, mereka semakin akrab saja' Batin Hinata sedih pandangannya juga sedih melihat kedua anggota tim 7 itu berjalan melewati taman itu.

Langit sudah mulai gelap dan taman sudah semakin sepi namun Hinata masih belum beranjak dari tempat itu, dirinya masih berdiam diri di sana dan masih dengan rasa kegalauannya itu.

Kiba dan Shino baru saja kembali dari toko bunga Yamanaka karna habis membeli tumbuh-tumbuhan untuk sarang serangga peliharaan Shino di rumah dan ketika mereka berdua melewati taman mata Shino melihat kehadiran Hinata disana.

"Hei bukankah itu Hinata?, sedang apa dia di sana?" Kata Shino ketika melihat teman setimnya duduk sendirian di ayunan taman "Hah, Hinata? dimana dia?" Tanya Kiba sambil celingukan "Ck, di taman sana, dia sedang duduk di ayunan" Kata Shino sambil menunjuk ke arah taman.

"Iya bener itu Hinata, sedang apa ya dia di sana sendirian? dan kelihatannya dia sedang sedih" Kata Kiba sambil mengamati Hinata dari kejauhan "Mungkunkah dia ada masalah dengan Ayahnya lagi?" Tanya Shino pasalnya yang mereka tau jika Hinata sedang bersedih pasti sedang ada masalah dengan Ayahnya.

Kiba hanya mengedikkan kedua bahunya "Entahlah, ayo kita hampiri dia" Kata Kiba sambil mengajak Shino ke taman dan Shino hanya menggelengkan kepala "Kau saja Kiba, aku harus segara pulang ke rumah untuk mengurus sarang seranggah ku" Jawab Shino dengan terburu-buru "Ck kau ini, ya suadah kalau begitu" Kata Kiba langsung meninggalkan Shino lalu menghampiri temannya di sana.

"Baiklah aku duluan ya Kiba" Kata Shino langsung pergi menuju pulang ke rumahnya.

"Hey Hinata kenapa kau ada di sini sendirian?" Kata Kiba langsung duduk di ayunan sebelahnya lagi "Ah, tidak Kiba-kun aku hanya ingin mencari udara segar saja" Jawab Hinata sekenanya "Hmm sperti itu, apa kau ada masalah lagi dengan ayahmu?" Tanya Kiba dengan selidik "Ti-tidak, aku dan ayah ku baik-baik saja" Jawab Hinata lagi.

Dan akhirnya Kiba hanya menganggukan kepalanya lalu kedua nya pun diama dalam kesunyian, cukup lama mereka berdiam diri dengan pikiran mereka masing-masing akhirnya Hinata yang memulai pembicaraan "Dimana Akamaru?, biasanya kalian selalu bersama" Tanya Hinata kepada pemuda penyuka anjing itu.

"Oh Akamaru sedang sakit sekarang, jadi hari ini aku tidak bisa mengajak nya jalan-jalan" Jawab Kiba lalu setelah itu mereka berdua terdiam lagi "Kiba-kun, apakah kau pernah merasakan patah hati?" Tanya Hinata dan Kiba hanya mengernyitkan kedua alisnya merasa bingung dengan pertanyaan gadis berponi itu.

"Patah hati?, hmmm....ku rasa aku belum pernah merasakan itu karna jatuh cinta pun aku belum belum pernah merasakannya hehe" Jawab Kiba sedikit malu lalu pemuda itu menggaruk rambutnya tidak gatal.

"Oh sperti itu...mungkin seperti dirimu enak ya tidak pernah terganggu dengan suatu perasaan" Kata Hinata masih dengan bahasa yang menurut Kiba ambigu itu. "Ada apa dengan dirimu Hinata? apa ini tentang Naruto lagi?" Tanya Kiba dengan nada serius.

Namun Hinata hanya tertunduk diam "Ck,bocah pirang itu sampai sekarang masih belum peka rupanya" Kata Kiba dengan nada sedikit kesal  "Seminggu yang mereka berdua berkunjung kerumahku....sejak saat itu aku jadi sering melihat melihat mereka selalu bersma-sama, apakah mereka berpacaran?" Kata Hinata dengam nada lesuh.

"Mereka berdua?....maksudmu Naruto dan Sakura? tapi bukankah mereka berdua selalu bersama sejak dulu lalu apa masalhnya?" Tanya Kiba dengan sedikit aneh memang kebersamaan antara NaruSaku sudah di ketahui semua orang di desa Konoha dan itu bukan suatu hal yang aneh lagi.

"Tidak, maksud ku kali ini kebersamaan mereka itu terlihat berbeda, dari cara mereka saling memandang seperti saling menyalurkan perasaan satu sama lain" Kata Hinata dengan pasti. "Mungkin itu hanya perasaanmu saja, bagiku mereka biasa saja seperi dulu" Kata Kiba dan Hinata makin menundukan kepalanya dalam.

"Jadi kau merasa patah hati akan hal itu? apa kau sudah menyerah dengan perasaanmu yang belum ada kepastian itu?" Tanya Kiba dengan nada selidik "Sepertinya begitu, lebih baik aku mundur saja secara perlahan mungkin memang Naruto-kun jauh lebih bahagia dengan Sakura-san" Jawab Hinata dan menurutnya semua ini sudah berkahir.

Tak terasa setetes air mata mengalir dari kedua mata gadis berponi itu, Hinata menangis dalam diam. Lalu Kiba mendekati gadis itu dan dengan reflek pemuda itu memeluk tubuh ringkih Hinata yang masih menangis dalam diam.

"Sudahlah, aku yakin kebahagiaan akan selalu menyertai mau Hinata" Kata Kiba memberi semangat sambil mengelus bahu Hinata lembut.

Malam semakin larut dan setelah Hinata mencurah kan semua kegundahannya kepada Kiba akhirnya mereka berdua memutuskan untuk meninggalkan taman itu. Kiba akhirnya memutuskan untuk mengantar kan Hinata pulang hingga sampai ke rumahnya.

Akhirnya mereka pun sampai di rumah Hyuga "Kiba-kun terima kasih sudah mendengarkan semua curahan hatiku, maaf telah merepotkanmu" Kata Hinata sambil membungkukkan badannya di hadapan Kiba "Tidak masalah, jika kau ada sesuatu ceritakan saja padaku aku akan siap mendengarkanmu kapan saja" Kata Kiba sambil tersenyum lembut.

Dan Hinata pipinya sedikit bersemu merah "Arigato Kiba-kun" Kata Hinata mengucapkan terimakasih sekali lagi "Sama-sama, aku ingin kau jangan memendam masalah mu sendirian, karna aku khawatir jika nanti kau akan sakit karna" Kata Kiba memasang wajah sendu.

'Kiba-kun tidak pernah berubah, dia selalu mengkhawatirkanku' Batin Hinata senang karna masih ada yang mengerti dengan dirinya "Hai, aku akan selalu terbuka mulai sekarang" Kata Hinata sambil tersenyum senang.

Dan setelah itu akhirnya mereka berdua saling berpamitan dan Kiba meninggalkan ruamah hyuga itu. Ketika Hianata baru masuk kedalam dia melihat Ayahnya sedang duduk sambil mebaca buku dengan tenang.

"Tandaima Ayah...maaf aku pulangnya agak telat" Kata Hinata sambil ber ojigi di hadapan Ayah nya "Hmm, apa kau pulang bersama Kiba lagi?" Tanya Hiashi sambil melirik anak sulungnya itu "Eh, i-iya ayah, dia yang mau mengantar ku pulang" Jawab Hinata dengan gugup.

"Dia pemuda yang sangat baik, dia juga selalu meng khawatirkanmu, dia selalu perhatian padamu dari dulu hingga sekarang bahakan ketika kau dulu di rawat di ruamah sakit dia yang selalu menjagamu" Kata Hiashi mulai melontarkan perkataannya tentang pemuda anjing itu.

Sedangkan Hinata hanya mendengarkan dengan seksama. "Dia sangat baik hati bukan, Ayah senang jika dia selalu bersamamu dan menjaga mu selalu dan Ayah harap dia bisa menjadi pendamping yang baik untuk dirimu kelak" Kata Hiashi lalu laki-laki tua itu beranjak dari duduknya dan meninggalkan Hinata sendirian.

Hinata hanya diam membatu dia sana dia merasa terkejut dengan perkataan Ayahnya barusan. Secara tidak langsung Ayah nya seperti memberi kode restu dengan hubungannya dan Kiba, padahal mereka hanya sebatas teman setim saja tidak lebih dari itu.

T

B

C

HEAVEN AND EARTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang