Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi

pembukaan, bahwa ....

69.1K 4.6K 313
                                        

"Punya pacar baru ya?"

"It's none of your business."

"Udah ngomongin segala hal sama dia? Dia mau nanti di bawah terus?"

Aku meliriknya.

"Eh ini penting, lho. Jangan lirik sinis dulu," sergahnya cepat-cepat. "Dulu kamu pernah bilang sebelum kita menikah, semua harus dibahas supaya lebih terbuka. Tapi kita lupa satu hal: seks. Padahal dalam seks, manusia juga beragam maunya. Kamu beruntung, aku nggak masalah sama cewek dominan. Kayak quote favoritmu, 'You're a queen in the street, you're a goddess under my sheets. Which means, you're to be respected in public and worshipped in private."

Ya, itu kutipan favoritku dari Jy Writes. Bajingan ini selalu lupa menyebut penulisnya, padahal aku selalu mengingatkannya. Mulai dari cara yang baik, sampai ekstrem dengan menempel note di mulutnya.

"Aku ikut seneng kamu deket sama orang, artinya, sebentar lagi kamu nggak perlu terus bohongin Uti tentang kita. Tapi, jangan gagal lagi ya, Bo."

"Aku nggak butuh nasihatmu."

"Jelas." Dia mengedikkan bahu. Kemudian ponselnya berdering. Ia memang tak langsung menjawab, beberapa detik hanya menatap layar. "Hi, Baby."

Kekasihnya. Entah yang mana lagi.

Satu, seribu, atau bahkan sejuta.

Bajingan tengik ini. Aku sangat membencinya.

"Kirim lokasinya." Suara tawa kecilnya terdengar, diiringi dengan gerakan menyugar rambut. "Okay, sampai ketemu di sana ya."

"...."

Ia terkekeh, dan itu menggelikan di mataku. "I love you too."

Aku mendengus. Entah bagaimana hidupku sebelum ini, tetapi aku seperti dikutuk untuk melihat adegan itu.

"Eh apa itu? Definisi baru dari cemburu?"

"Sampai kapan mulutmu itu ngerti arti harfiah dari 'I love you', hm?"

"Sejak dulu aku udah paham," jawabnya, menatapku dalam-dalam. "'I love you' adalah ketika kita memutuskan untuk hidup bersama seseorang yang bahkan nggak pernah kita bayangkan. 'I love you' adalah ketika kita berhasil menekan ego. Dan, 'I love you' adalah ketika kita nggak diberi pilihan untuk bertahan, dipaksa berhenti mencintai." Tubuhnya bangkit, sementara aku buru-buru menunduk. "Aku paham arti itu sejak dulu, Bo. Aku pergi dulu."

Aku tak menjawab, masih berusaha agar terlihat sibuk dengan laptop di pangkuan. Padahal, aku tak sedang mengerjakan apa-apa. Karena sejauh ini, aku bersyukur belum menemukan komplain berarti dari para customer.

Namun, tiba-tiba aku melihat sebuah tangan terulur di depan wajah. Yang pada akhirnya membuatku mendongak.

Dengan ekspresi santai, dia tersenyum sambil memiringkan kepala. "Eh lupa. Kebiasaan dulu, kalau mau pamit selalu kamu cium tanganku."

Mana pernah aku melakukan itu. Tidak dulu, apalagi sekarang.

Tingkahnya tidak berubah.

"Oh iya, pesanku satu lagi. Pastiin dia adalah orang yang bisa ngimbangin kamu di ranjang, Bo. Karena nyari yang kemampuannya sama kayak aku itu nggak mudah, jadi minimal dia nggak buat kamu kecewa aja."

"Mau seberapa lama lagi kamu di sini sebenarnya?"

"Kenapa?" Senyum tengilnya muncul, senyum yang paling kubenci. "Kangen?"

Aku tertawa, mencemooh. "Yang sejak tadi ngurusin masalahku, itu kamu. Yang sejak tadi, sibuk mikirin masalah ranjangku, itu kamu. Kamu yakin ngelakuin ini bukan karena kamu cemburu?"

"Kalau iya, itu ngaruh buat kamu?"

Laki-laki gila.

Ungkapan bahwa usia hanyalah angka memang benar nyata. Dia sama sekali tak mencerminkan sosok lelaki yang sudah hidup selama 34 tahun lamanya.

Satu-satunya hal yang dia cerminkan, bahwa baginya, vagina adalah segalanya.

Gharda Gulzar adalah definisi dari sejatinya bajingan.

Beda CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang