[6] I Hate You

3.6K 671 397
                                    


Wah! 300 komen juga part kemarin. Makasih semua. Ayok yang rajin komen biar aku rajin juga update. Enjoyed!!!

* * *

"Jangan kurang ajar dengan tubuhku, jika tidak ingin ku tembak kedua kali!" Eunha memperingati tangan nakal Jungkook yang kini hendak mengusik punggung indahnya dibalik blazer.

Wanita itu menatap jengkel lelaki Jeon dihadapannya. Sumpah, jika ia gagal mendapatkan cek itu hari ini. Jungkook harus mengganti tunainya.

Uang dalam cek itu tadinya ingin Eunha belanjakan nanti malam. Membeli sepatu, pakaian, tas, alat make up, bila perlu membeli seluruh isi dalam toko langganannya. Ada distro ternama yang kerap Eunha kunjungi. Letaknya di kawasan elit Seoul Florest. Menjadi tempat bermanja para wanita penggila barang-barang branded seperti Lee Eunha salah satunya.

"Kau cantik dan pintar. Kau juga punya pistol kemana-mana. Apa kau seorang polisi wanita?"

"Bukan urusanmu. Aku buru-buru. Jadi lepaskan aku." Eunha berubah lebih dingin. Ia tidak suka dengan lelaki yang begitu mendominasi.

Karena Eunha yang lebih suka mendominasi. Eunha yang lebih suka mempermainkan. Wanita itu sudah bertekad dari dulu, dirinya harus menjadi ratu disegala bidang. Tidak akan mudah dipermainkan oleh siapapun.

Dan sepertinya Jungkook adalah tipe lelaki posesif yang akan lebih banyak mengganggunya.

"Kenapa buru-buru sekali? Apa ada sesuatu yang harus kau kerjakan dengan benar sampai mengabaikan ajakanku?"

Jungkook memasang wajah innocent. Mengamati manik kecoklatan milik Eunha yang indah bagai galaksi. Memancarkan aura yang begitu elegan. Sangat nikmat ketika menjadi pemandangan cantik sosok menarik itu.

Fokus Eunha seketika buyar lantaran earphone ditelinganya berbunyi. Suara Jimin menyerukan informasi tentang target mereka siang ini.

'Lee Eunha, misi telah gagal. Target pergi sangat cepat setelah selesai makan siang.'

"Sialan!" Umpatan Eunha bertanda bahwa wanita itu murka.

BUGH!!! Satu tinjuan mendarat diperut Jungkook. Meringis ketika rasa sakit menjalar ditubuh lelaki itu. Jungkook berdecak saat Eunha langsung berlalu pergi setelah menghajarnya tanpa alasan.

Wanita itu benar-benar mengagumkan dimata Jungkook.

Ada tawa kecil diperlihatkan. Jungkook membuang nafas lega. Setidaknya ia berhasil menghirup harum aroma wewangian Eunha siang ini.

"Bukan polisi wanita. Lalu sebenarnya apa? Mungkinkah---agen rahasia?"

Merapikan sebentar jaket kulit yang membalut tubuh atletisnya. Jungkook berjalan cepat menuju parkiran restoran. Masuk ke mobil sport mewah berwarna merah menyala. Menginjak pedal gas dengan cepat. Mengejar keterlambatannya untuk memburu mangsa didepan.

Sementara itu, Eunha berhasil kembali ke meja makan dimana Jimin masih duduk disana. Wajah wanita itu gusar bukan main. Eunha kehilangan milyaran won hanya karena lelaki brengsek tadi. Rasa kesalnya teramat serius. Lain kali jika bertemu lagi dengan Jungkook, Eunha akan memberi pelajaran yang lebih dari tembakan atau bahkan tinjuannya tadi.

Ini bukan sekedar misi. Eunha mau melakukannya karena imbalan uang berlimpah. Wanita itu mendesah frustasi. Sekarang ia benar-benar kehilangan komisi untuk malam nanti berbelanja.

"Kenapa kau tidak mengejarnya?" Eunha tidak tahu apa yang ada dalam kepala Jimin. Bisa-bisanya melepaskan target ketika sudah hampir ada dalam genggaman tangan.

Wanita itu dalam puncak emosi. Eunha akan sangat marah jika berurusan dengan uang yang gagal diterima. Sebut saja Eunha mata duitan. Karena memang begitulah nyatanya. Eunha suka sekali dengan uang. Ada banyak dolar dalam brankas wanita itu. Semua Eunha cintai melebihi siapapun.

Zaman sekarang, siapa yang tidak suka dengan uang?

Ketika Eunha marah, satu yang Jimin takuti. Eunha akan mendiaminya dan tidak mau bicara dengannya. Walau sering diledek, tapi Jimin sayang sekali dengan wanita itu. Sudah seperti teman hidup.

"Eunha. A-a-i-itu, itu tadi, aku-"

Jimin bingung harus menjawab jujur atau tidak. Ia kehilangan target lantaran tiba-tiba disapa perempuan cantik. Ketika selesai berbincang sebentar. Jimin sudah kehilangan Park Seo Joon bersama temannya.

Sekarang Jimin yang menyesal sudah mau-maunya diajak mengobrol dengan perempuan asing yang tak ia kenali.

"Lagi pula, kenapa kau lama sekali ke toilet? Jika kau cepat kembali, kita tidak akan kehilangan target."

"Oh! Jadi kau menyalahkan aku?"

"Tidak. Maaf." Jimin sudah ciut lebih dulu karena dibentak oleh Eunha.

Demi Tuhan, Jimin tidak akan berani lagi menyalahkan wanita Lee itu. Sampai kapanpun, dalam kamus klan Kim, seorang Lee Eunha tidak akan pernah salah. Itu pasal yang Eunha buat dengan seenak jidat wanita itu.

Jika Eunha disalahkan. Maka orang yang akan dihukum adalah yang sudah menyalahkan.

"Lupakan cek itu. Aku ingin pulang ke mansion. Dan kau Park Jimin, jangan dekati aku, jangan tatap aku dan jangan pulang dengan mobil bersamaku. Pulang jalan kaki sana! Kemarikan dompet dan ponselmu." Wanita itu merampas dompet dan ponsel milik Jimin. Membawanya pergi meninggalkan restoran.

Eunha sudah terlanjur marah. Ia bukan hanya marah dengan Jimin, tapi juga dengan sosok Jeon Jungkook. Sekarang kesempatannya untuk berbelanja raib. Padahal sudah sejak kemarin ia ingin sekali menghamburkan uangnya lagi untuk membeli barang-barang yang disuka.

Terpaksa Eunha akan menggunakan uang sebelumnya untuk menghilangkan penat. Jika perlu, Eunha ingin rasanya liburan keluar negeri. Menikmati waktu bersantai tanpa ada misi atau orang menyebalkan disekitarnya.

Tidak ada belas kasihan dari Eunha. Jimin sungguh menyesal sudah ceroboh. Ia tidak bisa berbuat banyak selain menuruti perintah dari bos perempuan. Jalan kaki kembali ke mansion. Untung saja jarak restoran dengan tempat tinggal tidak terlalu jauh. Jika tadinya Eunha memilih restoran yang ada di kawasan Yongsan, maka tamat sudah riwayat kaki Jimin akan berjalan jauh menuju mansion klan Kim.

Dalam perjalanan pulang, bagai jackpot. Eunha dihubungi oleh nomor milik Kim Taehyung. Terakhir mereka berkomunikasi lewat telepon saat malam dimana Jungkook tertembak.

Ada semangat yang terpancar kuat dari Eunha. Walaupun niatnya mendekati Taehyung untuk membunuh. Tapi Eunha ingin bermain-main sejenak dengan lelaki Kim itu. Andai saja yang tidur bersamanya saat di CIEL adalah Taehyung. Pastinya akan sangat bangga bisa memberikan keperawanan pada lelaki setampan Taehyung.

Awal rencana klan Kim tadinya memang mendekati Taehyung dengan umpan perempuan. Lelaki berbahaya itu memiliki cabang besar kantor barang terlarang. Bahkan nilai tunainya triliunan. Jika Eunha berhasil menghentikan bisnis terlarang Taehyung. Klan Kim akan untung besar. Dengan begitu aktivitas menyelundup barang terlarangpun dapat dihentikan.

Sebuah mini bar menjadi tempat pertemuan resmi keduanya kali ini. Eunha agak murung tadinya karena kehilangan cek milik Seo Joon. Tapi sekarang seperti digantikan oleh sosok menawan Taehyung.

Baru bertemu saja ia sudah disapa senyum. Ingin sekali bisa mendapat senyum itu setiap hari. Eunha bukan jatuh cinta. Hanya sebatas mengagumi Taehyung karena memang tampan sekali.

"Hai?"

"Maaf aku agak lama. Jalanan tiba-tiba macet." Itu hanya alasan umum ketika seseorang terlambat datang dalam pertemuan.

Eunha disambut rangkulan hangat dari Kim Taehyung. Dengan senang hati wanita itu menerima. Merasakan harum aroma yang sulit untuk di deskripsikan kata-kata. Terlalu sempurna tidak ada celah. Sekali lagi Eunha membatin dalam hati, apakah ia sanggup menghabisi Taehyung nantinya?

Jika disuruh memilih, Eunha lebih baik membunuh Jeon Jungkook yang teramat menyebalkan itu.

Ya. Eunha teramat benci dengan lelaki Jeon itu sekarang.[]

* * *

Masih inget kalimat Hoseok? Konon, rasa cinta timbul karena rasa benci. Eeyaaa-


[M] C I E L Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang