DAMPAK ASTEROID JATUH

2.2K 433 17
                                    

Dampak Asteroid jatuh sangat membahayakan bagi semua peradaban di bumi seperti ribuan bom atom yang meledak membumi hangsukan segalanya.

Para ilmuwan sangat awas sekali, saat Asteroid terlihat mulai mendekat kepada Bumi.

Ruangan temaram itu diisi aduan seorang perempuan muda.

"Untuk mengurus perasaannya pun, kamu harus mengadu padaku?" Tanya Rawindra.

"Dia kan, cucumu."

"Ya, akan aku beritahu dia saat kembali."

Melody baru mau meninggalkan ruangan setelah Rawindra berbicara seperti itu.

"Jangan merasa berkuasa di hadapanku walaupun kamu anak sahabatku. Harus diingat kamu pun ikut andil dalam mencelakai Asteroid saat itu."

Melody menghentikan langkahnya, melirik Rawindra dengan sinis berlalu begitu saja. Bumi malam ini tidak memutuskan pulang ke rumahnya melainkan ke apartemen yang aman dari jangkauan kakeknya.

Bagus mengosilasi tempat itu agar tidak ada siapa pun yang tahu kecuali mereka.

Bumi sedang memegang topi kecil ditangannya, topi yang selalu melekat dikepala gadis itu saat masa remajanya.

"Dia pasti begitu percaya diri. Ke sekolah dengan selalu memakai topi seperti ini." Timpal Alberto.

Alberto menyimpan segelas kopi di atas meja, Albert mengalah membereskan berkas-berkasnya karena sahabatnya ini ingin bergabung.

"Dirinya lebih dari itu."

"Aku tahu, terlihat dari bahasa tubuhmu saat ini walaupun di hadapannya kamu terlihat menyebalkan. Memeluknya? Hey, kamu terlihat takut dia tak memiliki perasaan yang sama lagi denganmu."

"Seseorang yang berada di sisinya membutku merasa terancam."

"Tapi, dia berada di sisimu ada ancaman tidak main-main untuknya." Celetuk Albert.

Bumi menghela, Albert menutup mulutnya saat tak sengaja perkataan itu lepas begitu saja dari mulutnya. Bumi berdiri, menepuk pundak sahabatnya.

"Perkataanmu, sukses tidak akan bisa membuatku tidur hari ini."

"Sorry, bro."

"Aku akan melanjutkan pekerjaanku juga."

Bumi kembali ke ruang kerjanya menatap layar yang berisi perhitungan mengenai pertambangan yang menjadi tanggung jawabnya.

Dia mencari solusi, bisakah manusia bukan hanya mengambil untung dari alam tapi memiliki penyelesaian yang baik agar keseimbangan alam itu tetap terjaga.

Pembakaran lahan, penebangan pohon liar, pertambangan, uap-uap pabrik belum polusi yang disebabkan kendaraan. Sampah rumahtangga membuat bumi ini penuh sesak tak mampu bernafas tapi tak mampu berbicara.

Semuanya tercemar, apa jika terus begini mampukah bumi bertahan untuk menjadi saksi para keturunan Adam dan Hawa lagi.

"Sebetulnya kiamat, manusialah sendiri sebagai tanda kedatangannya akan tiba."

Bumi berujar lirih, berdiri keluar balkon ruang kerjanya di mana bintang tak terlihat karena kalah dengan polusi cahaya.

"Kepintaran manusia membuat mereka beradaptasi kembali, bumi pun mau tak mau mengikuti."

Langit pekat malam dengan ribuan cahaya yang berubah dari kerlip gedung-gedung pencakar, lampu-lampu perumahan serta kendaraan yang memenuhi jalanan.

"PR ku begitu banyak."

Bumi meminum kopinya, membiarkan udara dingin mendekap dirinya yang tetap berdiri tegak menjadi pemerhati atas semuanya

***

ASTEROIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang