BUMI MENDENGAR

2.9K 493 12
                                    

Apa bumi mendengar gaduhnya peradaban? Apa bumi memahami ocehan manusia yang gemar menyalahkan? Sebagaimana dirinya menjadi tempat pelabuhan harapan serta jalinan baik buruk setitik jiwa yang diberikan amanah untuk menjaganya.

Bumi menjadi dingin saat kembali ke rumahnya, Sebelum makan malam kakeknya sudah berada di rumah, pembantunya menyampaikan pesan untuk segera menemuinya saat sudah pulang sekolah. Bumi bergegas masuk ke kamarnya lalu kembali berderap menuju ruangan kakeknya.

"Masuk." Ujar suara yang tegas.

Bumi masuk dan di hadapkan dengan wajah angkuh kakeknya. Seorang pengusaha yang mempekerjakan ratusan ribu karyawan. Yang membangun Gautama sampai sebesar sekarang walaupun urutan kemahsyuran masih kalah dengan gemilangnya pencapaian Hardinata Group. Rival perusahaan ini dalam berbisnis.

"Duduklah, Kakek ingin berbicara padamu."

Bumi duduk disofa coklat ruangan ini. Ruangan yang begitu otoriter menunjukan siapakah penguasanya di sini dan rumah ini.

Kakeknya memberikan satu lembar photo.

"Lihatlah, betapa cantiknya dia. Putri pejabat yang ternyata sangat menggemarimu dalam bermusik. Ya, keahlianmu itu bisa berguna juga pada akhirnya." Ujar Rawindra Gautama.

"lalu, dengan kakek menunjukkan photonya? Agar aku bagaimana?"

"Mereka akan makan malam dirumah kita, bersikaplah dengan baik."

"Akan aku lakukan." Ujar Bumi.

Bumi meninggalkan ruangan itu, melewati lorong menuju kamarnya. Rumah besar ini terasa tidak bernyawa di mana ada satu yang jadi pemutus ini patut dilakukan atau tidak. Bumi pun jadi salah satu yang berada dalam garis genggamannya.

Dikediamannya Aster menari-nari dengan latar musik alunan piano Bumi. Sena yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.

"Kakak, sedang bahagia?" Tanya Sena.

"Kamu tahu? Hah, sedari tadi kakak nunggu kamu nanya gitu."

Aster duduk di samping adiknya yang tampan itu.

"Lantas?" Tanya Sena.

"Kamu tahu Sena, bahwa Bumi kini mau masuk ekskul seni denganku."

"Lelaki yang memainkan musik ini?"

Aster mengangguk cepat. Sena tersenyum.

"kakak, menyukainya?"

"Aku belum berpikir ke sana."

"Secepatnya aku pikir kakak akan memutuskan menyukainya."

Aster tersenyum merekah sekali, lalu kedua orangtuanya masuk menanyakan itu semua.

"Hayoo, kenapa senyum cantik itu tercetak indah diawajahmu?" Tanya Senja.

"Ada alasan aku tersenyum begini, Pa."

"Emmm apa itu, kalau Papa boleh tahu?"

"Untuk saat ini rahasia, hehe."

Senja mengacak rambut putrinya.

"Kakek Surya akan makan malam di sini."

"Iyaaa?" Pekik Aster senang sekali.

Dia hari ini merasa kebahagiaan baru memeluk hatinya, dia pun tidak mengerti kenapa dengan Bumi memutuskan masuk ekskul seni dia bisa segembira ini.

***

Di Sekolah, Aster berjalan dengan semangat. Langkahnya mantap masuk ke dalam kelas di mana Bumi sudah ada di dalam. Aster melirik sekilas lalu tersenyum sendiri setelah itu.

ASTEROIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang