ANTARIKSA

2K 406 25
                                    

(*) Antariksa atau disebut juga luar angkasa merujuk pada bagian yang relative kosong dari jagad raya,di luar atmosfer dari benda celestial. Istilah luar angkasa digunakan untuk membedakannya dengan ruang udara dan lokasi terrestrial.

Keadaan menjadi gaduh saat Asteroid tidak ditemukan di mana pun. Kehadirannya yang dianggap ancaman bagi Bumi, tapi saat tidak ada dalam ruang geraknya semua orang menjadi kelabakan sendiri.

Di rumah atas bukit, kepanikan jelas tergambar di wajah semua orang.

"Ada apa dengan cucuku?" tanya Surya tidak sabar saat diberitahu putranya Senja atas penyergapan Aster tepat di depan kantor mereka.

Orion pun terpaku di atas kursi rodanya. Tangannya yang biasa menghasilkan lukisan indah pun bertaut resah. Seorang Kakek yang memiliki kekhawatiran tidak kalah besar. Bintang sudah meraung-raung meluapkan emosinya setelah pencarian apa pun tidak menemukan titik terang.

Sudah dua hari setelah menghilangnya Asteroid dari pandangan semua orang. Dada mereka digelayuti ketakutan yang kian banyak. Keenan mengepalkan tangannya, wajahnya sangat kusut tanda dia tidak menghabiskan waktu istirahat dengan baik.

Sedangkan Bumi sedang berjibaku dengan hukum yang sedang dia upayakan. Langkahnya terseok-seok tanpa ada yang memberitahu Asteroidnya hilang dari pandangan mata semua orang.

"Bukti kita belum cukup kuat untuk menumbangkan Rawindra," ujar Albert di apartemen mereka.

"Semua butuh proses, aku yakin semua bukti itu semua akan memberatkannya," timpal Bumi yang wajahnya terlihat begitu lelah.

Albert menatap sahabatnya yang sedang memijit pelipisnya, bahwasannya keadaan ini membuatnya harus bekerja keras.

"Besok aku akan menemui seseorang, semoga ada hasil baik," ujar Alberto.

Bumi mengangguk, karena bukti-bukti yang dibawa  Alberto kemarin tanpa tahu didapat dari mana cukup membuat Rawindra terancam.

"Kamu tidak merindukan kekasih hatimu?" tanya Albert.

"Tunggu, setelah semua ini selesai. Aku tidak ingin mengancam keselamatannya atas kehadiranku walaupun atas alasan aku merindukannya."

Alberto menepuk pundak sahabatnya.

"Istirahatlah Bro, besok kita kembali berjuang," ujarnya.

Bumi langsung menghentikan pekerjaannya, dia masuk ke kamarnya di mana lukisan dirinya belum selesai dilukis Aster tersimpan rapih di sana. Bumi menghela nafas tanpa tahu di luaran sana keadaannya tidak sebaik yang dirinya kira.

***

Asteroid masih dalam sepi dengan kesadaran yang sekejap hilang lalu kembali sadar. Keringat dingin mengucur membasahi dahinya. Dua hari dirinya tidak menemukan siapa pun. Mulutnya ditutup rapat begitu pun tangan dan kakinya. Dalam hatinya hanya berpikir, mungkin ini adalah akhir hidupnya. Siapa yang bisa hidup tanpa ada masukan makanan dan minuman ke dalam tubuhnya.

Saat dirinya termenung, sebuah cahaya menyilaukan matanya. Satu orang lelaki berpakaian serba hitam datang lalu membuka lakban yang menutup wajah Aster dengan sekali tarik. Aster beringsut mundur.

"Makan, Lu belum dibiarkan untuk mati. Buka mulut lu."

Aster menggeleng.

"Si...si...apa kamu?" tanyanya terbata.

"Jangan banyak bicara, buka mulut lu. Mumpung baik hati gue mau nyuapin. Kalau tidak, lu makan aja kayak binatang," sinisnya.

"Saya tidak mau makan! kamu menculik saya? kenapa?" tanya Aster pelan dengan ketakutan yang berusaha dia redam.

ASTEROIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang