BUMI ASTEROID

4.7K 592 84
                                    

Bumi dan Asteroid tetap pada lintasannya. Tidak bersapa atau saling mendekat seperti semula. Kata menjadi kelu serta tindakan tidak mampu berupaya sebagaimana harusnya.

Toko roti ini terlihat ramai dengan pengunjung. Bumi yang sudah turun dari mobilnya menyaksikan itu semua dengan haru. Impian Papanya yang begitu sederhana akhirnya terwujud juga.

Bagus masuk terlebih dahulu, Alberto mengikuti. Bumi pun melangkah dengan pelan sambil bercerita dalam hati, menjadi sebuah do'a kepada Mamanya yang sudah tiada.

Saat masuk, Bumi di hadapkan senyum haru Papanya. Matanya terlihat berkaca-kaca, membuka kedua tangannya, meminta sebuah pelukan. Bumi tidak menyia-nyiakannya, dipeluknya lelaki yang sangat dia sayangi itu.

Dirinya yang berani hanya untuk melihat anaknya mampu menggapai mimpi-mimpinya yang tertunda.

"Papa bangga menyambutmu sebagai seorang yang jenius dalam bidang musik," lirihnya.

Para pelanggan melirik Bumi yang sedang jadi perbincangan hangat memang akhir-akhir ini di laman media sosial sebagai pianist muda berbakat dari Indonesia.

"Ini putra saya, yang sering saya ceritakan saat menghidangkan roti hangat untuk kalian," ujar Gasendra.

Bagus dan Albert yang sudah duduk di kursi mereka menatap dengan tatapan hangat. Gasendra meninggalkan putranya ke dapur untuk membuat hidangan spesial.

Mata Bumi terhenti kepada satu lukisan yang membuat hatinya berdenyut hebat, gambar Papanya terlihat estetik dilihat dari atas kanvas itu.

"Asteroid yang membuatnya, sebelum dia keliling dunia dengan programnya di HNTV. Dulu dia sering ke sini," jelas Papanya yang menghidangkan roti hangat di meja.

"Aster?" tanya Albert.

"Ya, anak itu manis sekali. Ada hasil lukisannya di sini, sebagian besar penggemarnya pun banyak yang datang hanya untuk melihat langsung karyanya itu," beber Gasendra lagi.

Bagus melihat Bumi yang dikerubuni rindu yang betulan hebat. Dirinya memberi jarak untuk mereka sama-sama kembali utuh atas tabrakan luar biasa yang menimpa mereka.

"Syukur kalau dia baik-baik saja,"

Hanya itu tanggapan Bumi. Semua yang di sana pun tidak membahas terlalu jauh. Mereka kembali terlibat obrolan yang seru lalu kemudian Renata datang dengan senyuman hangat, menyambut cucunya kembali.

***

Malam ini terlihat sibuk. Belakang panggung teater yang megah, Bumi sedang menyiapkan dirinya untuk tampil solo dengan pianonya.

Instrument-instrument indahnya akan memanjakan telinga para penonton malam ini. Gasendra, Bagus dan Renata sudah duduk di kursi penonton. Menunggu penampilan Bumi.

Bumi naik ke atas panggung. Membungkukan badannya disambut tepuk tangan meriah, setelahnya senyap. Diisi alunan suara yang indah dari tangan lincah yang menari di atas tuts piano.

Gelapnya kursi penonton, tidak bisa menyembunyikan senyum seorang perempuan. Menatap dengan binar bangga ke depan.

Setelah acaranya selesai. Perempuan itu langsung ke belakang panggung, meminta tolong kepada orang untuk memberikan bunga kepada sang bintang malam ini.

"Dari mba siapa? Biar sekalian nanti saya sampaikan,"

Perempuan itu menggeleng. Masker menutup sebagian wajahnya, tapi topi squidward di kepalanya menunjukan identitas siapa dia bagi orang yang kenal dekat dengannya.

ASTEROIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang