✎ 【 Sepi 】 ✎

68 28 53
                                    

✎♡✎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✎♡✎

Pagi tiba, menyambut hari-hari yang terasa sama bagi Renita. Seakan dia bangun untuk menyambut hal yang terus terulang seperti kemarin dan untuk besok, tentu saja rasanya berbeda karena hilangnya seseorang yang pernah dekat dengannya beberapa hari ini. Benda pertama yang ditatapnya di dalam kamar, adalah setangkai bunga mawar yang tergeletak di atas meja belajarnya.

Renita pun kembali teringat pedihnya momen perpisahan yang seharusnya, tidak perlu disertai pernyataan cinta yang terasa sia-sia. Pikirnya, perpisahannya dengan Eddy tidak perlu sampai membekas sedalam ini. Cukup dengan menghabiskan waktu terakhir di detik-detik jadwal kepulangannya dan mengucapkan selamat tinggal, momen perpisahan pun berhasil dilewati tanpa air mata.

Karena Eddy hanyalah teman dekat Renita walaupun bersifat sementara, ada sedikit rasa suka terhadap pemuda itu. Tapi rasa sadarnya, dapat mengalahkan rasa sukanya untuk berhenti menyimpan perasaan pada orang yang jelas-jelas, tidak akan bisa bertahan padanya. Tapi, entah angin dari mana, Eddy justru menyatakan perasaannya dan mengatakan bahwa dia mencintai Renita dengan percaya diri di detik-detik perpisahannya.

Semua cinta dan kasih sayang itu, tidak bisa dirasakan Renita karena kedua rasa itu terbang bersama Eddy ke Amsterdam. Tidak ada hal yang bisa digapai lagi pada pemuda itu, Renita lelah memikirkannya dan menyingkirkan rasa gelisah itu dengan mandi pagi. Sebelum pergi mandi, Renita mencabut hapenya setelah di-charge. Dengan itu, dia menyadari bahwa hapenya menerima pesan dari Delvin sejak kemarin malam. Niatnya untuk mandi pun, tertunda karena rasa penasarannya terhadap pesan tersebut.

Entah angin dari mana, tiba-tiba Delvin ingin bertemu dengannya dan menanyakan apakah dia butuh teman penghibur pada saat itu. Jam saat dia mengirim pesan pun, bertepatan dengan keadaan Renita yang rapuh kemarin malam. Walaupun saat ini Renita memang membutuhkan teman untuk menghiburnya, tapi dia merasa tidak perlu. Renita membalas pesan Delvin dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, dengan singkat tanpa terlihat kebohongannya.

Di rumah Delvin, pemuda itu baru selesai memakai seragam setelah mandi dan sedang menikmati sarapannya. Hapenya selalu dia bawa ke manapun, terkecuali saat mandi dan ke toilet. Balasan chat dari Renita, tentu saja dapat dilihatnya. Dia mengangkat hapenya dan senang mendapat balasan dari Renita, tapi jawabannya kurang memuaskan. Pasti ada sesuatu yang sengaja disembunyikan Renita, tidak mungkin dia tiba-tiba murung kemarin malam sambil menatapi setangkai bunga mawar.

Delvin memang tidak tahu apa penyebabnya, dia tetap akan menemui Renita dan setidaknya berada di sampingnya sampai perempuan itu merasa lebih baik. Renita selesai membuat telur dadar dan memakannya bersama dengan nasi yang sudah dicampur dengan kecap. Masih ada banyak waktu baginya untuk bersiap-siap, jam tutup gerbang sekolah masih lama. Renita menghabiskan sarapannya tanpa terburu-buru, sambil menunggu pesannya dibalas oleh Delvin.

Dalliance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang