POV Erfan
Gue ditinggal Risa sendirian di taman RS, gue ngerti dia syok dengan keputusan gue barusan. Tapi sumpah demi apapun gue nggak tega liat bokapnya si Risa, gue kebayang muka papa dulu. Seandainya aja dulu gue anak baik-baik mungkin papa masih hidup sampai sekarang, mungkin gue pun nggak akan semenyesal ini. gue tau bokapnya Risa pasti nggak tenang ninggalin putri semata wayangnya tinggal sendiri, apalagi dengan mata yang terlihat tegar tapi sangat ketakutan bila dilihat kekedalaman matanya. Gue memang nggak punya perasaan sama Risa dan begitu pun sebaliknya tapi, tapi paling tidak kami bisa jadi teman yang baik. Nggak ada yang perlu dipaksakan, jika memang nanti semuanya nggak berjalan baik mungkin kami bisa membicarakan perpisahan secara baik-baik.
“kamu dimana Fan”
“dirumah sakit ma”
“oh kamu udah dengar tentang papanya Risa ternyata, kamu tolong temanin Risa disana ya sayang. nanti mama juga mau kesana. Jangan pulang sebelum mama suruh pulang”
“iya ma”
“sampai ketemu nanti ya sayang, bye”
“bye ma”
Gue belum siap ketemu lagi dengan Risa sekarang ini,dia perlu mikirin apa yang gue bilang tadi. Gue tau Risa anak yang bijak apalagi ini tentang orangtuanya.
“halo Di”
“.....”
“halo Di. Claudia. Di”
“.........”
“Loe kenapa Di? Bicara dong Di”
“hiks...hiks... hiks...”
“loe kenapa? Jawab gue Di!”
“I...Igo jahat sama gue Fan”
“dia ngapain loe? Jangan terisak gitu dong Di, gue jadi khawatir”
“gue butuh loe Fan. Gu..gue.. mau loe deket gue”
“gue...”
“Fan, dada gue sesak banget. Airmata gue ngalir terus, gue butuh loe Fan”
“tapi di..”
“gue cuma punya loe Fan, Igo ninggalin gue. sekarang gue butuh loe disini Fan. Tolong gue Fan”
“sekarang gue kesana”
Gue nggak bisa biarin Lodi kayak gini sendirian, maafin gue Ris.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
POV Lodi
Ceklek......
“Di, loe dimana?”
“....”
“Di loe jangan macam-maca deh. Gue udah disini, jadi loe bisa cerita ke gue sekarang”
“Fan... Fan.. hiks hiks hiks...”
Gue butuh Erfan, gue butuh tempat nangis semalaman sekarang dan itu hanya bahunya Erfan.
“Di... Gue nggak bisa napas kalau loe meluknya sekenceng ini”
“fan......”
“iya Di, gue disini. Huk..huk....regangin sedikit ya”
“g..g..gue...”
“tenang Di. Tarik nafas, buang nafas loe pelan-pelan. Gue nggak bisa dengerin loe dengan jelas kalau loe sesenggukan kayak gini. Gue ambilin loe minum dulu ya”
Gue emang duluan kenal Igo dibandingkan Erfan, tapi Erfan sama pentingnya dengan Igo. Terlebih disaat kayak gini, sebelum Igo memang belum pernah buat gue nangis sesenggukan kayak gini paling dia hanya buat gue jengkel karena capek nunggu kabar dari dia. Gue benar-benar nggak nyangka dengan apa yang dilakuin Igo tadi, dia nggak pernah sekejam itu ke gue.
“nih minum dulu. Nanti udah agak tenang baru loe cerita pelan-pelan. Gue bakal disini dengerin loe”
“makasih Fan”
“nggak usah ngomong makasih segala, gue temen loe”
“gue tau Fan. Eh itu hp loe bunyi”
“bentar ya”
Mungkin kalau Erfan nggak ada gue bakal nangis sepanjang malam ini. gue tau mungkin ini ngeganggu Erfan, mungkin dia acara malam ini tapi dia masih nyempatin waktunya buat gue.
“siapa Fan?”
“mama”
“loe lagi ada urusan ya? disuruh balik ya sama tante cindy?”
“nggak ah. Mama Cuma nanyain gue lagi dimana”
“oo.. kirain gue ganggu acara loe”
“jadi loe sama Igo kenapa? Tumben sampe nangis cenger gini”
“ntahlah Fan, gue bingung sama Igo”
“stop stop Di. Jangan nangis lagi, cukup berlinang aja. Gue bingung mau ngapain kalau loe nangis”
“ha..ha.. ha...”
“ett dia malah ketawa. Gue seriusan Di”
“makasih banyak Fan. Gue sayang sama loe”
Gue nggak butuh Erfan dengerin curhatan gue sekarang, lagian besok Igo juga bakal minta maaf kegue dan kita bakal baik-baik aja. Gue hanya butuh teman buat nemenin dan meluk gue sekarang. Eh apa gue udah pernah bilang sebelumnya, kalau badannya Erfan itu paling enak dipeluk. Bahkan dibandingin Igo, badan Erfan jauh lebih nyaman dan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memilih
Romancemencintai atau dicintai. menunggu atau ditunggu. memberi atau diberi.