22

47 1 0
                                    

“Risa... yok makan sayang, mama tunggu dibawah ya”

“.....”

“Risa”

“ma...”

“iya sayang duduk aja. Mama ambilin minum dulu”

“ma...”

“iya, bentar”

“ma... Risa mau pergi”

“abis makan baru boleh pergi Ris”

“Risa mau keluar negri”

“ha? Kemana?”

“Milan”

“kamu mau ninggalin mama? Kamu mau kayak papa kamu? Iya Ris? Hikss”

“nggak ma, bukan gitu maksudnya Risa. mama boleh ikut sama Risa kalau mama mau”

“kamu tau kan ini juga berat buat mama Ris”

“tau ma, tapi Risa benar-benar butuh ruang sekarang. Kalau Risa disini rasanya nggak bisa bernafas”

“tapi kan 3 hari lagi kamu mau menikah Ris”

“Risa nggak mau nikah ma, lagian Risa setuju karena pengen papa sehat dan sekarang papa udah nggak ada jadi Risa nggak perlu nikah sama Erfan”

“Risa!”

“maaf ma. kalau mama mau ikut Risa, mama bisa siap-siap sekarang. Risa naik dulu ma ambil tas”

“kalau papa kamu masih ada, dia pasti kecewa sama kamu Ris”

“.................”

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rasanya pengen banget gue mecat si Nina sekarang juga karena dia selalu bisa nyalahin gue balik waktu gue nyalahin dia soal pekerjaan gue yang menumpuk hari ini.

“kenapa bapak nggak ngabarin saya 3 hari yang lalu? Kalau ngubunginkan bisa saya atur lebih baik jadwalnya bapak”

“jangan protes ke saya sekarang dong pak. Makanya kalau bolos kerja jangan lama-lama pak”

“saya nggak bisa bantu bapak buat longgarin jadwal karena udah terlanjur buat janji dengan relasi bapak yang lain”

Itu jawaban dia ke gue, sebenarnya yang bos disini gue apa dia sih? Kalau bukan karena dia pintar dan cekatan nggak akan gue biarin dia jadi sekertaris, mungkin dia bakal gue jadiin OB biar dia tau rasa.

“halo ma”

“halo sayang, kamu kok belum pulang? Mama nungguin kamu buat makam malam bareng”

“maaf ma Erfan nggak bisa makan malam bareng mama hari ini, Erfan lembur ma karena nggak masuk 3 hari kemarin”

“Oo.. tapi kamu jangan lupa makan, suruh si Nina beliin kamu makanan sebelum dia pulang”

“udah kok ma”

“oh iya sayang, nanti sebelum kamu pulang tolong nanti mampir sebentar kerumahnya Risa ya. liat keadaannya dia sama mamanya. Kan kasihan sayang”

“oh. Ok ma, nanti Erfan mampir kesana”

“uhh anak mama manis banget”

“ma STOP!”

“hahahaha..... iya iya. Hati-hati sayang, sampai ketemu dirumah”

“iya ma, bye”

Untung aja mama ngingatin gue soal Risa gue lupa nelfon dia hari ini, semua memang salahnya Nina.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Mama yakin nggak ikut aku?”

“nggak Ris”

“mama masih marah sama Risa?”

“nggak sayang, mama yang salah karena udah berpikir yang jahat tentang kamu pengen ninggalin mama. Lagian kamukan Cuma liburan beberapa bulan, mama bakal nunggu kamu disini”

“makasih ma udah mau ngerti maksud Risa dan makasih juga udah nggak maksa Risa soal pernikahan itu. Risa tau Erfan baik tapi baik aja nggak cukup buat kami menikah ma”

“iya sayang, mama nggak akan maksa kamu lagi dan mama bakal ngomong sama mamanya Erfan soal itu”

“makasih lagi ma. Risa pergi dulu ma, sampai ketemu 3 bulan lagi ma. Risa bakal terus ngubungin mama, jaga kesehatan kalau ada apa-apa hubungin Risa secepatnya ma”

“iya Ris, kamu juga. Mama bakal kangen berat sama kamu sayang”

“udah ah ma jangan rasukin Risa sekarang. Risa sayang mama, dadah mama”

“mama juga sayang. Hati-hati”

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ting tong.... ting tong.....

“malam Tante, maaf ganggu malam-malam tante”

“eh Erfan, iya nggak apa-apa kok lagian tante juga belum tidur. Yok masuk dulu”

“iya tante, makasih”

“kamu baru pulang kantor? Mau minum apa Fan?”

“iya tante. eh soal minumnya nggak usah tante, Erfan cuma bentar kok. Cuma mau liat keadaan tante dan Risa aja”

“oo.. kami baik-baik aja kok Fan. makasih loh sayang udah perhatian malah capek-capek kesini segala”

“haha.. nggak kok tante. Risa udah tidur ya tan?”

“hmm Risa ya”

“iya tan, atau Risa lagi keluar ya tan? Kemana?”

“Risa pergi Fan”

“pergi? Pergi kemana tan? Biar Erfan susul, soalnya udah malam”

“Risa lagi pengen suasana baru, katanya kalau disini dia suka sesak karena ingat almarhum papanya”

“emang Risa kemana tante?”

“Ke Milan Fan”

“Italy?”

“iya”

“sampai kapan? Lama?”

“sekitar 3 bulan katanya”

“terus soal pernikahan gimana tante?”

“hmm... tante baru mau bicarain itu sama kamu dan mama kamu kalau Risa pengen pernikahan kalian dibatalin aja”

“batal tante?”

“iya. maafin tante Fan tapi tante nggak bisa maksa Risa apalagi dia lagi terpukul karena papanya pergi”

“............”

“lagian kalian juga nggak saling cinta jadi tante pikir memang ini yang terbaik”

“................”

“iyakan Fan”

“..................”

“nak Erfan”

“hmm.. iya tante Erfan ngerti. Kalau gitu Erfan langsung pulang aja ya tante. Jaga kesehatan tante”

“makasih Fan. kamu juga, sampaikan maaf tante ke mama kamu ya Fan”

“iya tante, Erfan pamit ya”

MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang